28 Des 2013

Hormat Pada Guru

Berbicara mengenai "Ta'lim Muta'allim" dengan budayawan favoritku, pak @ariadinatajoni ada hal yg menurutku cukup menarik.

Sebelumnya, yg perlu kita ketahui, "Ta'lim Muta'allim" adl buku standar yg digunakan oleh hampir seluruh pesantren di Indonesia..

 ..yg berbicara bgaimana tatacara murid belajar, mengatur waktu, bagaimana tatacara murid bertatakrama trhadap Guru, teman & lingkungannya

Buku kecil dan tipis ini ditulis oleh az-Zarnuji, merupakan buku yg cukup bagus untuk mengatur bagaimana kita berinteraksi sosial.

Terutama bagaimana cara kita bersikap kepada Pengajar kita agar kita mendapat keberkahan ilmu. Alhasil isi buku mengatur tatakrama umum.

Buku bergenre sama dg Ta'lim Muta'allim adaba-t ta'allum (arti bebasnya, Mengajari pelajar tatakrama belajar) ini cukup banyak...

Hanya saja Ta'lim Muta'allim mendapatkan popularitas dan buku pilihan pada genre ini di hampir seluruh pesantren di Indonesia.

Cukup bagus kan? Sebuah buku moral. Tetapi ada hal yg perlu dijadikan catatan mengenai praktek lapangan atas buku ini.

Tentu saja tanpa mengurangi rasa hormat kepada sesama pelajar pesantren yg begitu semangat mempraktekkan isi buku ini.

Sebab aku juga berbasis pesantren dan besar dalam didikan isi buku tadi. Hanya saja memang ada yg patut dijadikan catatan kaki.

Istilahnya pak @ariadinatajoni bahwa ada beberapa kyai yg gila hormat sehingga begitu mewajibkan praktek atas buku ini secara berlebihan

Dan jika tidak nurut, ilmunya bisa tidak berkah. Bisa kualat. Nah, serem kan? Apalagi kata kualat dlm mainstream budaya Jawa itu sakral

Tidak aku pungkiri memang di sebagian pesantren terjadi juga sikap fundamentalisme terutama dalam hal ini. Menghormati kyai.

Sehingga begitu mengkultuskan, dan dalam keadaan tertentu prakteknya hampir seperti di keraton2 Jawa kuno. Seolah nggak bisa gerak.

Secara umum semua sepakat bahwa tatakrama adalah hal yg baik, tapi jika telah berlebihan dlm prakteknya, tentu akan jadi aneh.

Aku pribadi memang dari pesantren, namun bisa dibilang, aliran budaya pesantren2 tempatku belajar agak berbeda dg pesantren2 lama.

Yg pasti, dalam praktek isi kitab Ta'lim Muta'allim di pesantren2 tempatku belajar tidak sperti yg diistilahkan oleh pak @ariadinatajoni

Disebutkan dalam kitab itu bahwa memang jika ingin mendapat keberkahan ilmu, kita harus menghormati guru. Ini cukup umum dan maklum.

Nah nggak ada di situ dibilang, kalau nggak nurut guru,ilmunya nggak berkah, bisa kualat. Itu adl pemahaman yg menurutku dibuat2 sendiri

Jadi sebenarnya yg ada adl arahan baik. Dan cukup dg arahan di poin 18, pelajar pesantren tahu dg apa yg harus dilakukan.

Sebelumnya, pada dasarnya ini membutuhkan tulisan dalam buku menyendiri, kultwit pendek gini bisa menimbulkan salah paham

Namun aku ingin berbagi bagaimana para kyaiku mengajarkan isi kitab ini dan bagaimana prakteknya di lapangan.

Setahuku, para kyai kami tdk mengharuskan hal2 yg seolah begitu mnekan tadi (apalagi jika dibandingkan dg keadaan di pendidikan formal)

Kami diajarkan bertatakrama tinggi namun dlm kondisi interaksi sosial yg sangat normal. Yakni semisal kami tetap bercanda dg kyai2 kami

Jadi penghormatan dan ta'dzim pada Guru dan keluarga guru kami wilayahnya adalah sepenuhnya di hati. Bukan di bahasa tubuh.

Begitupula komunikasi yg berlangsung antara kyai dan murid jg interaktif, terjadi diskusi, saling timbal balik. Tak ada sekat apapun

Dan tetap dg kondisi hati yg sangat menaruh hormat untuk keberkahan ilmu itu. Seperti itu praktek dan arahan yg kami terima.

Perihal ada pesantren yg berlebihan dlm praktek isi buku itu, memang boleh jadi menimbulkan kritikan sana sini, terutama non pesantren

Tetapi meskipun begitu, sejauh ini dari kalangan pesantren yg seperti itu tetap enjoy2 saja, tak ada rasa tertekan apapun melakukannya.

Nah itu stidaknya yg mesti dipahami. Karena hal yg nampaknya ketat, jika dilakukan dg hati lapang maka tak akan ada rasa tertekan apapun

Pada akhirnya, jika ingin menilai pesantren, kita tdk bisa melakukannya secara general. Sebab setiap pesantren mempunyai keunikan.

Artinya, 20 ribu pesantren di Indonesia, berarti ada 20 ribu keunikan dan kebudayaan yg berbeda.

Namun yg pasti secara umum, apapun prakteknya, apapun kritikannya, pesantren adl lembaga yg fokus mengajarkan agama dan moral.

Maka kalau ada orang menilai pesantren,teman2 jangan langsung menjudge bahwa semua pesantren begitu, tp tanyakan dulu, pesantren yg mana

Agar kita bisa objektif dan proporsional dalam menilai. Semoga kultwit singkat ini sedikit bisa memberi informasi dari balik pesantren

Tidak ada komentar:

Posting Komentar