Sejenak aku ingin bernostalgia, mengenang tahun2 awal masa belajarku di Makkah (2004-2007).
Fokus utama pendidikan kami di tiga tahun pertama itu adalah lebih kepada pendalaman ilmu tatabahasa Arab.
Mulai Nahwu tingkat lanjutan (pasca Syarh Ibn Aqil), Balaghoh, & tentu saja Adab (sastra Arab). Mulai dr era Arab jahiliyyah smpai modern
Saat mempelajari sastra Arab, sangat banyak sekali pengetahuan yg aku dapatkan, terutama sejarah sastra Arab itu sendiri.
Bagaimana indahnya puisi2 Arab kuno (khususnya Mu'allaqot Asyaroh), kekuatan bahasa, dan kekuatan karakter puisi itu sendiri.
Yg sangat aku kenang, dan tak akan aku lupakan sekaligus aku banggakan, mentor sastraku di Makkah adalah penyair kaliber dunia.
Syaikh Dhiya-uddin Al-Sabouni, kakak kandung Ahli Tafsir Qur'an nomer satu dunia saat ini, Syaikh Muhammad Ali Al-Sabouni.
Beliau, dengan usianya yg mendekati kepala 9, tetap energik dan semangat mengajar kami yg usianya jauh lebih muda, terpaut 70 tahun
Tak ada rasa bosan, dengan metode2 yg cukup mencengangkan bagi siapapun yg mempelajari sastra Arab yg punya tingkat kerumitan luar biasa
Yg selalu kuingat adl tiap masuk kelas beliau (dg suara tua yg bergetar) selalu berteriak: Qifa nabki min dzikro habibin wa manzili!
Dan kami sambung serentak... Bi siqthi-l liwa baina-d dakhuli wa haumali.. Setelah itu beliau mmberikan presentasi materi2nya dg elegan
Kehebatan syaikh Dhiya' adalah kepiawaian beliau memudahkan kaidah2 bahasa Arab yg rumit dg perumpamaan2 di sekitar kita.
Semisal I'rob, beliau mengarahkan kami untuk mengimajinasikannya dg gerobak. Atau Mabni dengan tembok kokoh yg tidak bergerak.
Sekitar 3 tahun kebersamaan kami dengan beliau meski kerap kali kami tercepuk-cepuk mengejar kesemangatan beliau.
Pernah kami bertanya perihal kesehatan dan ingatan beliau yg masih prima padahal usia menjelang 90.
Beliau hanya menjawab, hafidznaha fis sighor, hafidzatna fil kibar. Anggota tubuhku kujaga saat kecil, kini ia yg menjagaku saat aku tua
Lain dari itu, Syaikh Dhiya' bisa dikata sebagai sosok yg humoris. Saat kami mulai terlihat bosan, pasti beliau berkisah hal2 lucu..
Semisal kisah dokter yg mengoperasi pasiennya dan gunting operasinya tertinggal di perut pasien setelah bedahan dijahit.
Atau kisah2 lucu yg berhubung erat dg keunikan sastra Arab. Metode ampuh pengusir kepenatan kami dan kelelahan otak kami
Namun waktu terus berjalan. Syaikh Dhiya' semakin tua, fisiknya pun melemah meski tidak mengidap penyakit apapun.
Dan pihak Rusaifah melihat kondisi syaikh pun mengambil kebijakan untuk mengistirahatkan beliau. Sebab beliau telah dipapah saat brjalan
Meski seperti itu, beliau tetap semangat ingin mengajar kami, dan sesekali datang mengobati rindunya dg berkunjung ke asrama kami.
Setelah itu, tepatnya 3 tahun terakhir ini kami tak lagi melihat Syaikh Dhiya'. Beliau menghabiskan masa tuanya di kediamannya.
Meski seperti itu, karya2 terbaru beliau dalam sastra tetap bisa kami nikmati sebab beliau tidak berhenti menulis. Karyanya cukup banyak
Dan kemarin jumat, kami mendapat kabar mengejutkan, bahwa Syaikh Dhiya', mentor sastra kami, tutup usia setelah melewati hidup bahagia
Semalam aku,beserta rekan senior yg lain mengantar beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya di Ma'la, Makkah, dekat makam S. Khadijah
Selamat jalan syaikh Dhiya', akan kami kenang engkau seumur hidup kami, terima kasih atas segalanya. Rahimakallah Ya Syaikh.
Terima kasih atas cintamu pada kami, kesemangatanmu di usiamu yg begitu tua adalah inspirasi abadi bagi kami..
Tips hidup bahagia itu sederhana; jangan banyak mengeluh. Sebab semakin seseorang itu sering mengeluh, maka dia akan semakin sumpek & susah
Setiap waktu itu indah bagi seseorang yg mampu mengoptimalkan kebahagiaan yg tersimpan rapi di dalam dirinya
Allah Ta'ala tdk Melihat seberapa banyak ibadahmu, seberapa lama sholatmu, seberapa gosong jidatmu.. Tapi seberapa ikhlas dan bersih hatimu
Hal terindah dalam sujud adalah, kita berbisik kepada bumi namun terdengar oleh Yang di atas sana.
Saat kita menghadap Allah nanti, yg jadi penentuan adalah bukan sebarapa banyak perbuatan baik kita. Tapi seberapa beningnya hati kita
Jika kita sadar sepenuhnya bahwa hidup ini sudah ada Yang Mengatur, maka kita tidak akan pernah terlalu sedih, juga tidak terlalu gembira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar