Belajar untuk berada pada manhaj wasathi (moderat), untuk menjadi bagian Rijal Namath Awsath, tidak semudah membalik telapak tangan
Butuh belasan tahun bagaimana menjadikan kita dalam berpikir, bersikap, berdakwah untuk selalu bisa menjadi yg di tengah... wasathon
Belajar berada pada sistem yang tidak ifroth (bablas, gampangan, liberal), juga tidak tafrith (kaku, keras, radikal, dikit2 haram)
Terus terang sebenarnya sebagian besar orang (terutama muslim kota dan muslim gerakan, maaf) masih salah dalam memahami kata Salaf
Atau masih tidak sepenuhnya ngeh dengan apa dan bagaimana manhaj salaf sebenarnya. Pokoknya asal salaf itu ya zaman Nabi dan sahabat
Sebenarnya, ekselensi metode salaf dalam memahami teks adalah sangat moderat sekali. Tengah2, tidak ke kiri juga tidak ke kanan
Jika kita mau benar2 total belajar, tidak asal militan dan separoh2 saja, kita bakal tahu bagaimana sebenarnya manhaj salaf yg hakiki
Sistem dan metode salaf dalam berdakwah pun sangat merangkul semua elemen, sangat jarang sekali menyalahkan atau menyesatkan yg lain
Metode salaf yang sebenarnya sama sekali tidak mengenal kekakuan dan kejumudan. Tapi sangat luwes dan manusiawi
Sebab Nabi telah berstatemen bahwa agama ini mudah, bagi yang mempersulit agama ini justru dia sendiri akan kalang kabut. Terbukti itu
Inna-d diina yusrun, wa lan yusyaadda-d diina ahadun ... illa gholabah!
Metode salaf sama sekali tidak mengenal fanatisme buta, sama sekali tidak mengenal kekerasan dan radikalisme. Apalagi memaksa
Metode salaf yang hakiki sama sekali tidak fanatik dan membabi buta atas satu pendapat saja. Metode salaf menghargai pendapat yg lain
Metode salaf yg hakiki tidak menutup mata dan telinga terhadap sesuatu yg ada kemaslahatan buat ummat secara umum
Juga perbedaan pendapat dan perbedaan sudut pandang dalam memahami teks syariat tidak sampai membuat salaf saling mengkafirkan
Atau menjudge yang lain dengan sesat, bid'ah dan sebagainya seperti yang kita lihat sekarang. Ngaku salaf tapi sebenarnya salaf abal2
Padahal sebenarnya yg membahayakan eksistensi ummat ini adalah sikap fanatisme buta dan kegemaran menyalahkan pendapat orang lain
Tak cuma itu, bahkan menumpas ikatan kemanusiaan, menghentikan jiwa eksplorasi sebagai ummat yg kreatif sekaligus mematikan cita2
Dan tanpa sadar justru menimbulkan permusuhan baru dalam tubuh ummat. Apa Nabi pernah mengajarkan seperti itu? Coba dipikir baik2
Malah sebenarnya kejumudan (stagnan) dalam berpikir dan fanatik buta atas suatu pendapat adalah sesuatu yg sangat dibenci salaf kita
Banyak sekali hal yang sebenarnya belum dipahami dg baik oleh mereka yang mengaku mengusung ajaran salaf, terutama dlm pemahaman nash
Atau membaca sejarah Nabi hanya sekedar membaca tanpa menggali apa hikmah dan pelajaran besar di balik sejarah beliau
Semisal kenapa beliau lahir yatim, kenapa beliau miskin, apa rahasia beliau tumbuh dewasa dg niaga dan menggembala kambing
Lalu bagaimana seseorang bisa memahami sistem Nabi jika dia tak bisa menggali pelajaran di balik sejarah Nabi? Iqro'-nya blm merasuk
Pada akhirnya kita masih harus banyak belajar.Jalan menuju baik itu sangat panjang dan berliku. Tidak Instan apalagi sambil menyalah2kan
Jangan jadi bagian kategori pembaca qur'an yg diprediksi Nabi, membaca qur'an tapi hanya sampai tenggorokan, tidak sampai hati
Wa laa tattabi'us subula fa tafarroqo bikum an sabilih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar