21 Des 2013

Bagaimana Menyikapi Ucapan "Selamat Natal"?

Beberapa waktu lalu aku kultwit soal Hukum Selamat Natal dan alasan pandangan yg membolehkan http://t.co/AVqAZGcICC

Tetapi jika aku perhatikan dari perkembangan pertanyaan2 & mention2an ke aku nampaknya ada beda antara sekedar hukum & sikap akan hukum

Oke, aku flashback ulang secara ringkas kembali, yg pasti pendapat kaum muslimin soal hukum mengucapkan selamat natal terbagi jadi dua


Kelompok pertama (dan sepertinya lebih banyak) menyatakan ketidakbolehan mengucapkan dengan alasan ada indikasi turut bergembira/menyetujui

Kelompok kedua membolehkan terlebih jika kebetulan muslim hidup di tengah komunitas mayoritas kristen atau mempunyai relasi kristen

Perihal alasan dan ijtihad dalil kelompok kedua sudah aku jelaskan di kultwitku. Lantas sekarang apa sikap atas hukum itu?
 
Seperti yg sudah aku bilang, karena ini persoalan fiqh murni (bukan aqidah secara langsung), maka jika terjadi perbedaan pendapat...

..artinya seorang muslim bisa memilih ikut pendapat mana yg menurutnya mantap baginya. Tanpa perlu menyalahkan yg memilih berbeda

Bagi yg mengikuti pendapat tidak boleh, tidak perlu menyalah2kan yg memilih boleh sebab tentu ada alasan mendasar kenapa memilih yg boleh

Dan alasan2 ini yg harus dipahami karena tidak setiap orang mempunyai kondisi kehidupan yg sama...

Maka tentu sangat tidak tepat bagi yg memilih tidak boleh sampai menghukumi kufur kepada yg memilih boleh dg dalih menyetujui kekufuran

Apalagi membandingkan antara cuma kata "selamat Natal" dg kalimat syahadat. Ingat, kata2 kufur ke sesama muslim itu berat konsekwensinya

Bagi yg memilih boleh,tidak perlu over sampai usul buat pasang spanduk selamat natal di masjid segala. Toleransi ya toleransi,tp yg wajar

Sebab pendapat yg membolehkan adalah makhroj (jalan keluar) bagi muslim yg kebetulan hidup di komunitas kristen atau punya relasi kristen
 
Begitu juga mesti dipahami dg baik antara kata "boleh" dan "harus". Aku sempat heran saat ada yg tanya, emang harus mengucapkan selamat?

Please deh jangan merendahkan kualitas intelektualmu sendiri sampai memaknakan kata "boleh" ke "harus"... 
 
Mengenai pendapat boleh yg sebagai makhroj (solusi), tentu juga akan jadi hal lain bagi semisal kita yg tak punya relasi kristen

Atau tinggal di komunitas yg semuanya Islam. Apa perlu mengucapkan selamat natal segala dg alasan toleransi?


Dalam hal ini, mengingat posisi muslim yg jenis ini, cukuplah diwakili oleh institusi semisal lembaga negara atau ucapan2 umum

Dan tak perlu mengucapkan selamat natal segala wong tidak punya teman kristen, tinggal di tengah2 orang Islam semua pula

Sebab muslim yg baik adl yg meninggalkan hal2 yg tak perlu baginya. Min husni islamil mar-i tarkuhu maa laa ya'nihi (Hadits). Itupun bagi yg membolehkan ada yg masih memberi arahan lagi, jika bisa dg tidak mengucapkan kata "selamat natal", maka tidak perlu ucap
 
Semisal dg memberinya hadiah atau menjabat tangannya dg cukup ucapan kata "selamat" saja. Sebagai sikap jaga diri (tawarru')

Ini semua soal ucapan selamat. Adapun jika hadir misa, atau ikutan gembira atas perayaan natal, jelas tidak boleh. Kita punya Id sendiri

Kecuali bagi semisal pejabat2 resmi yg kebetulan urusan2 keagamaan & kerukunan, ada pembahasan lain dg alasan lebih detail di sana

Adapun jika diundang makan2 oleh mereka, bagaimana? Yg pasti makanan orang kristen halal bagi kita, atas dasar ayat dlm Qur'an
 
Pada akhirnya,kita sesama muslim tak perlu saling debat kusir soal ini,diketawain sampean wong yg perayaan mereka yg tengkar malah kita

Apalagi sampai mengkafirkan segala.. Gemar betul masuk2in saudara sendiri ke neraka

Semoga mencerahkan dan silakan timbang keadaan diri sendiri memilih pendapat yg mana tanpa perlu menyalahkan yg berbeda pendapat. Salam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar