28 Des 2013

Moral di Atas Ilmu

Salah satu nasehat abadi Guru Besar kami, mendiang Abuya S. Muhammad Alwy Al-Maliky adl: "Al-adab fauqol ilm"

Bahwa tatakrama adl di atas ilmu. Kesantunan, kesopanan, cara bergaul yg baik, rendah hati, adl segala2nya dalam hidup ini

Boleh jadi selama ini kita telah banyak sekali mencari dan mendapat ilmu, bahkan tak sedikit yg benar2 mencapai puncak pencarian itu

Prestasi akademi yg membanggakan, gelar2 hebat yg berderet di depan dan belakang nama, penemuan2 ilmiah yg mengagumkan...

Namun apakah dg perolehan dan torehan ilmiah yg luar biasa itu, undangan seminar ke sana kemari, telah membuat hati ini merunduk?

Karena, jika memperhatikan fenomena kehidupan saat ini, bisa dibilang secara ilmiah, kualitas otak bangsa ini semakin bagus dan tinggi

Namun kenapa secara tatakrama semakin menurun? Banyak sekali nilai2 yg dulu merupakan karakter bangsa ini lambat laun menghilang...

Tentu saja secara otomatis terjadi split personality. Semestinya semakin tingginya kualitas berpikir tidak membuat seseorang makin culas

Apakah dlm lembaga2 pendidikan formal tidak diajarkan bagaimana bertatakrama misalkan? Paling sederhana, murid hormat takdzim ke Guru?

Karena setinggi apapun ilmu seseorang namun tanpa disertai dg tatakrama yg tinggi pula, membuat nilai pribadinya tidak berbobot apa2

Bahkan yg dituntut adl tatakrama harus lebih tinggi. Kita adl bangsa pengkonsumsi padi, namun filosofi padi itu sepertinya memudar

Tak ada faedah apapun seseorang bergelar Doktor di depannya atau Master di belakangnya tetapi kelakuannya begitu kurang ajar misalkan

Sebab ketiadaan atau buruknya kualitas tatakrama dlm diri seseorang tak hanya merugikan diri sendiri, namun orang lain & lingkungan...

Contoh paling nyata di depan mata kita, korupsi, aku yakin 90% pelakunya adl mereka yg mengaku memeluk Islam dan jg rajin sholat...

Dan karena kebetulan praktek korupsi yg banyak terjadi di dunia birokrasi, tentunya pelakunya adl muslim2 berpendidikan dg embel2 gelar

Kenapa hal yg cukup kontras ini terjadi? Kemana ilmu begitu tinggi yg dipelajari lama itu? Kenapa tak memberikan perbaikan?

Secara tabiat, pada dasarnya ilmu itu panas, dan dalam proses pencariannya membutuhkan semacam refrigerator, pendingin...

Dan pendingin dari "panas"nya karakter ilmu itu adl dg diimbangi belajar tatakrama dan penghancuran hati melalui banyak media...

Uniknya, media2 pendingin ilmu itu banyak terdapat dalam Tasawwuf. Keadaan tentu semakin runyam saat ada berusaha yg melarang tasawwuf

Maka, pengalaman pribadiku, aku tidak pernah menemukan pelajar muslim yg menggeluti tasawwuf dg baik yg sikapnya kurang ajar...

Sebaliknya, rata2 orang kurang ajar adl mereka yg tidak atau kurang bener mendalami tasawwuf, meski itu pelajar ilmu2 agama yg agung

Maka yg perlu dan harus dipikirkan para pendidik bangsa saat ini adl kembali mensinkronkan tatakrama dg ilmu di lembaga2 pendidikan

Bukan hanya sekedar teori2 keagamaan, teori2 norma2, namun praktek bersama secara langsung. Menumbuhkan kembali nilai2 yg hilang

Banyaknya skandal2 berbau seks dan pornografi di dunia pendidikan level SMP-SMA adl bukti nyata efek negatif ketiadaan tatakrama

Sementara dlm 1 waktu yg sama mereka bukanlah siswa2 bodoh, banyak yg prestasi akademiknya mengagumkan dan cerdas di atas rata2

Itu yg terungkap di media, yg undercover? Nah bagaimana nasib masa depan bangsa ini jika generasi mudanya telah remuk sedemikian rupa?

PR dakwah masih cukup banyak, konsentrasi saja pada Tauhid atau Fiqh adl kekurangbijakan, harus dikawal dg tasawwuf, dg tazkiyah

Atau jika memang tidak mau ada label2 religi atau rohani masuk lembaga2 pendidikan formal, setidaknya ajarkan norma2 dan moral bangsa

Semoga kultwit seperti ini sampai kepada instansi2 yg berkait dg dunia pendidikan di Tanah Air, sampai ke Bapak Menteri Pendidikan

Semoga mencerahkan, catat dalam benak baik2, peram dlm jiwa, bahwa tatakrama adl di atas ilmu... Al-adab fauqol ilm. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar