28 Des 2013

Membahas Hadits Dha'if

Mungkin, di antara argumen yg membuat orang awam ragu dan bimbang (lalu tentu saja bungkam), adl argumen: "ini hadits shahih, ini dhaif".

Selama ini tentu saja dalam hal beragama orang awam memang mengikut (taqlid).. Makanya ada istilah "lil ami la madzhab lah"..

Orang awam itu tidak punya madzhab khusus... Tentu saja pada saat yg sama mereka tdk tahu secara detail dalil2 amalan2 mereka

Nah pada kondisi seperti ini, jika seorang awam digiring dg argumen soal dalil2, otomatis mereka hanya akan ikut saja. Ini watak umum.

Terlebih jika diberi pandangan global saja bahwa dalil (dalam hal ini hadits), itu ada yg shahih (kuat) dan ada yg dhaif (lemah).

Opening yg cukup bagus sebenarnya. Tetapi racun masuk pada doktrinisasi setelah opening yg manis itu.

Dan ini memang sengaja disetting, bahwa sebuah dalil, jika shahih itu diterima, dan jika dhaif maka tidak diterima dan tdk bisa dipakai.

Efek negatifnya setelah itu adalah, jika seorang awam tiap mendengar kata dhaif, secara otomatis otaknya terprogram langsung menolak!

Dan bencana lebih besar dari itu jika sampai terseret pada menyalahkan, debat kusir, tengkar, puncaknya menyesatkan & mengkafirkan.

Tentu saja dalam kasus ini yg kurang ajar adalah yg menanamkan pemahaman salah perihal hadits shahih dan hadits dhaif.

Sebab persoalan ini (shahih & dhaif) sebenarnya sangat teknis sekali dan tdk dipahami banyak orang tapi dibuat alat pemicu perselisihan

Pembicaraan spesifik mengenai shahih dan dhaif suatu hadits dibahas secara detail dalam kategori ilmu mustholah hadits.

Bagi sarjana ilmu hadits, mereka tentu saja sangat familiar sekali dg istilah2 ini, yg pada dasarnya cukup rumit bagi awam.

Secara umum, hadits shahih (dan hasan) adalah hadits yg bisa menjadi pijakan argumen (hujjah) atas hukum2 dalam syariah

Sedangkan hadits dhaif tidak bisa dipergunakan sebagai hujjah.. Dengan persyaratan tertentu.

Nah kata "persyaratan tertentu" inilah yg sengaja disembunyikan oleh mereka2 (kemplo2 itu) dari awam, sehingga menimbulkan fitnah.

Padahal jika seseorang mendengar kata "hadits dhaif", tidak bisa serta merta begitu saja menolaknya.

Artinya, suatu hadits dhaif bisa diterima, dan bisa jadi pijakan argumen jika memenuhi syarat tambahan. Dan itu sudah ada aturan mainnya

Semisal, hadits dhaif tdk bisa jika dipakai sebagai argumen atas hukum fiqh/aqidah. Namun bisa dipakai jika berhubung dg fadhilah amalan

Atau suatu hadits dhaif bisa dipakai sebab derajatnya naik menjadi hasan karena ada hadits2 dhaif yg lain yg mendukung.

Karena dalam kaidah dasar ilmu mustholah antar sesama hadits dhaif bisa saling menguatkan dg persyaratan2 khusus di sana.

Bisa juga hadits dhaif dipergunakan jika dalam permasalahan yg dibahas tak ada lagi dalil lain selain itu. Dan ini lebih baik dari qiyas

Atau hadits dhaif bisa dipakai jadi dalil dg catatan nggak dhaif banget. Sebab dlm ilmu mustholah, hadits dhoif itu ada 80 jenis!

Teknis sekali yah? Intinya, jika tweeps mendengar kata "ini haditsnya dhaif", maka jangan langsung ditelan mentah2 begitu saja.

Tapi teliti lebih dahulu bagaimana kedhaifan hadits itu. Atau jika tak mengerti, maka tanyakan pada ahlinya dalam bidang ini.

Karena jika serta merta menganggap hadits dhaif itu tertolak dan tidak terpakai sama sekali, maka hampir 1/3 dasar syariah yg runtuh!

Karena pintu ini soal hadits shahih, hasan, dhaif ini bukan pintu yg kecil, tapi ia pintu besar untuk ruangan yg sangat luas.

Moga menambah ilmu, jangan gampang terpancing argumen istilah shahih dan dhaif yg sengaja disunat dan disalahgunakan itu.

Karena tidak seluruh hadits berstatus dhaif tidak bisa digunakan, tetapi tetap bisa digunakan dg syarat2 tertentu.

Selamat malam jumat, saatnya memperbanyak baca shalawat pada Nabi. Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar