Mungkin sebagian teman dan sesepuh agak gerah dg twit2ku beberapa waktu terakhir ini, kok terasa begitu keras. Tidak seperti biasa...
Ya, mohon dimaklumi saja sebab siapapun selama dia itu manusia maka pasti memiliki dua (atau beberapa) sisi. Meski tingkatannya berbeda2
Tidak ada ceritanya manusia itu seluruh sifatnya lembut. Tidak ada juga manusia yg seluruh sifatnya kasar/keras. Pasti ada keduanya...
Hanya saja di antara kedua sifat yg bertentangan itu, mana yg lebih dominan dalam pribadi tiap2 manusia.
Oke, sebelum aku masuk pada hal yg ingin aku bicarakan, sedikit aku akan bercerita. Baru saja aku baca hadits menarik di Syu'abul Iman
Kita tak usah membicarakan bagaimana status hadits yg akan aku sampaikan, itu persoalan teknis. Yg penting adl pelajaran besarnya...
Hadits unik ini diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, salah satu pionir dalam dunia ilmu hadits.
Setiap orang Islam pasti tahu siapa sosok antagonis yg tersebut abadi dalam al-Qur'an dg segala kesombongan & kejumawaannya, Fir'aun...
Jika disebutkan kata Fir'aun, maka segera terlintas dalam benak kita segala predikat dan track record buruk. Ikon kejahatan dlm sejarah
Segala sepak terjang kesombongannya yg luar biasa terekam dlm al-Qur'an. Bagaimana jg cara Nabi Musa menghadapinya...
Hingga kematiannya yg tragis di telan oleh Laut Merah setelah laut itu terbelah oleh mukjizat pukulan tongkat Nabi Musa...
Hadits yg aku maksud tadi, berkenaan dg Fir'aun. Sebelum Nabi Musa diutus untuk menghadapi Fir'aun, beliau sempat bertanya kepada Allah
Bahwa kenapa Fir'aun dibiarkan hidup begitu lama dg sgala kesombongannya, perilakunya yg memperbudak bangsa Israel, bahkan mengaku Tuhan
Oleh Allah, Nabi Musa diberitahu, bahwa meski Fir'aun seperti itu, dia tetap mempunyai sisi yg lain, terutama kepada sesama bangsanya..
Bahwa Fir'aun, meski seperti itu, dia punya kebaikan perangai jika pada bangsanya dan tak mempersulit siapapun yg ingin menemuinya...
Maka oleh Allah, sisi kebaikan Fir'aun itu dibalas oleh-Nya dg usia panjang dan tak pernah mengalami sakit. Versi hadits itu, 400 tahun
Makanya oleh Allah, Nabi Musa & Harun diarahkan untuk bertutur kata yg baik meskipun tetap tajam, siapa tahu Fir'aun mau bertaubat
Fa qulaa lahu qoulan layyinan la'allahu yatadzakkaru aw yakhsya...Begitu di al-Qur'an, sebab Fir'aun jg tetap manusia yg punya sisi baik
Kayaknya yg mau aku kultwitkan perihal perbedaan ideologi nggak jadi deh... Besok aja Insya Allah... Sekarang intermezzo Fir'aun dulu...
Dan seperti yg terekam di al-Qur'an pula diceritakan bagaimana Fir'aun membesarkan Musa kecil dalam asuhannya dg penuh kasih sayang...
Meskipun kekejamannya pada rakyatnya (khususnya yg non koptik) sangat luar biasa. Bahkan dg kearoganannya dia mengaku tuhan...
Pelajaran moral apa yg bisa kita ambil? Bahwa mungkin kita tidak suka seseorang akan kekerasannya. Namun bagaimanapun jangan tutup mata
Jika bisa jadi dia punya sisi kebaikan yg lain. Begitu pula dg seseorang yg dominan bersifat baik, pasti ada sisi jelek yg tdk kita suka
Maka semisal kita respek dg seseorang sebab dia selalu bertutur kata sejuk, lalu tiba2 dlm satu tempo dia berubah tegas dan tajam...
...yg bahkan membuat kita sendiri gerah atau bahkan tidak suka, maka kita tidak perlu heran dg perubahan2 sejenak itu, namanya manusia
Mungkin hanya para Nabi saja yg tidak punya sisi menyebalkan sebab mereka punya kemampuan super tinggi mengontrol perilakunya...
Khususnya Nabi yg sangat kita cinta, Rasulullah S.a.w. Itupun mereka yg kebaikannya tak terilustrasi itu saja masih banyak yg benci..
Apalagi kita yg tidak pernah stabil antara sifat baik dan sifat buruk kita. Alhasil dg pelajaran2 semisal Fir'aun ini kita bisa belajar
Bagaimana bersikap ke sesama manusia, khususnya ke sesama muslim. Sbb banyak sekali di antara kita yg kerap merasa paling benar...
Kita juga tak perlu heran saat lihat orang marah2 dlm mengingatkan orang lain. Saat sekolah saja jika kita salah menjawab, dimarahi guru
Apalagi ini kesalahan level akidah misalkan. Cuma memang caranya saja yg perlu dimanajemen dg baik...
Karena pada dasarnya, semelenceng apapun pemikiran dan ideologi, ia tetap bermula dari satu titik kebenaran, hanya salah penafsiran saja
Dan dalam cara mengingatkan, cara menjewer, keras lembutnya tergantung level kesalahan. Hal yg sangat maklum sekali dlm dunia pendidikan
Bukan lantas misalkan perintah Allah pada Nabi Musa untuk menasihati dg lembut itu sebagai bentuk toleransi. Tak ada yg memaknai gt...
Karena toleransi itu hal, dan mengingatkan, menasihati juga hal yg lain. Tempatkanlah segala sesuatu pada tempatnya masing2...
Sebab seseorang (apalagi jika dia muslim) yg tidak pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya, artinya dia belum bijak dan jg belum adil
Dan kata lain belum bisa adil artinya seseorang itu masih pada wilayah dzalim... Perlu segera mengkoreksi diri untuk beranjak dari situ
Semoga mencerahkan dan semoga kita bisa terus menaikkan kualitas kepribadian kita dg belajar bersikap sesuai keharusan masing2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar