Dalam kultwit2ku yg terdahulu pernah aku sampaikan contoh2 dalil salah tempat atau yg digunakan bukan pada tempatnya
Tentu saja dalil salah tempat seperti ini menimbulkan masalah (bahkan fitnah), sebab tidak sesuai dengan maqosidut tasyri' dari dalil itu
Kali ini akan aku beri contoh lain perihal dalil salah tempat. Sebelumnya, dalam tradisi penganut Ahlussunnah wal jamaah di manapun...
... Di belahan dunia mana saja, kebiasaan mencium tangan orang tua,Guru/kyai (terlebih syaikh), dan ahlul bait (sayyid/habaib) adl hal umum
Bahkan takdzim seperti itu diajarkan sejak kecil, sebagai sebuah jenjang tarbiyah yg punya efek positif luar biasa.
Pertanyaan selingan sebelum kita masuk ke inti masalah, kira2 pernahkah kalian mencium tangan dosen kalian?
Meski seperti itu, tradisi positif turun temurun yg tidak berhubung langsung dengan ibadah tak luput dr cibiran sebagian kelompok muslim
Bahwa hal seperti itu (terutama mencium tangan kyai dan habaib) adalah berlebihan, toh mereka juga sama kayak kita, manusia, makan nasi
Itu masih dibumbui dalil salah tempat oleh mereka bahwa "inna akromakum indallahi atqokum", bahwa salaf tidak melakukannya.
Aku pribadi tidak habis pikir, sebenarnya maunya orang2 itu apa, jika tak lebih dari dengki dan kebusukan hati. Kasian yg ikut2an mereka
Karena tanpa sadar mereka melakukan beberapa kesalahan sekaligus. Terutama sangat berperan pada penggerusan moral generasi muda
Ksalahan pertama mreka tdk paham dg baik ayat "inna akromakum indallahi atqokum".Yg termulia di antara kalian menurut Allah adl yg takwa
Yo yang sesama jenis lah mbak, bukan bahasan itu kalau lain jenis RT @mauizhahdj: Tidaklah bknmuhrim?
Sekilas sepertinya benar dia memakai dalil itu, tetapi dia tidak sadar bahwa di situ ada kata "indallah", menurut Allah.
So jika begitu (indallah) yang tahu kadar ketakwaan seseorang itu dia apa Allah?
Maka jika kita tidak tahu kadar ketakwaan seseorang,tentu yg kita jadikan patokan penghormatan dan cium tangan adl kesalehan pribadinya.
Dengan kata lain dalil tadi salah alamat jika dipakai buat mencibir orang yg sungkem pada kyai dan habaib.
Kesalahan kedua soal salaf yg tak mlakukan cium tangan. Brarti orang ini tdk tahu jika Abdullah bin Abbas mencium tangan Zaid bin tsabit
Ibnu Abbas mencium tangan Zaid bin Tsabit sbb mengganggapnya Guru, sementara Zaid mencium tangan Ibn Abbas sbb beliau ahlul bait.
Kesalahan ketiga, kayaknya orang model ini lupa hadits "laisa minna man lam yarham shoghirona wa lam yuwaqqir kabirona"...
Bukan termasuk kita orang yg tak bisa sayang kepada yang muda dan tidak bisa menghormati kepada yg tua.
So, mencium tangan adalah bentuk penghormatan kepada yg tua. Lagipula efek dalam hati sangat berbeda antara salaman biasa dg cium tangan
Ingat dg baik, bahwa di antara tanda dekatnya kiamat adl hilangnya rasa hormat, tatakrama dari yg muda kepada yg tua
Maukah kalian jadi bagian mempercepat menggelindingnya roda kiamat?
Maka perlu dilestarikan tradisi mencium tangan, sebab ini adalah bagian penting sekaligus salah satu dasar dari Ihsan.
Mungkin ada yg bilang (secara lahiriyah) itu penghormatan biasa. Tapi diam2 ia akan mendidik jiwa untuk jadi pribadi yg santun.
Sebab jika sejak kecil tidak dibiasakan untuk menghormati yg tua, yg berilmu, seorang anak bisa tumbuh tanpa tahu rasa hormat.
Lantas apa yg akan terjadi jika generasi muda tak tahu rasa hormat? Jawaban bisa ditebak sendiri.
Semoga mencerahkan. Memang kelihatannya hal2 seperti ini remeh, tapi di sana mempunyai efek positif yg menentukan langkah seumur hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar