23 Des 2013

Tidak Perlu Mengumbar Aib Orang

Selamat siang teman2, kultwit kali ini ingin aku mulai dg sedikit cerita. Pernah dlm suatu waktu saat aku telepon ke ortu...

Tak seperti biasa beliau langsung memberiku wejangan saat baru menerima telpon dariku. Biasanya tanya2 kabar, perkembangan ini itu dll

Kali ini dg cukup berhati2 beliau memberiku nasehat dg pengantar, "Alawy, ini saya ada berita tidak enak, tapi saya minta padamu sesuatu

. ...setelah dengar kabar ini, netralkan hatimu seperti saat sebelum telpon ini." Aku tentu saja mengiyakan dan bertanya2 penuh keheranan

"Sahabat karibmu si A teruji dg melakukan tindakan asusila, dia menghamili anak orang." Seketika langit rasanya runtuh saat dengar itu

Namun sekali lagi Ortuku segera menyambung, "Ingat, jaga hatimu, jangan sampai sedikitpun mengoloknya, menjelek2kannya meski dalam hati."

"Cukup dg mengingkari perbuatannya saja, dan setelah itu kosongkan hatimu dari tentang apa yg dia perbuat, ini musibah..."

Usai telpon, aku berpikir akan sebuah sikap apa yg harus kita lakukan saat melihat/mendengar orang berbuat dosa

Juga teringat akan taujih (arahan Nabi) apa yg mesti dilakukan jika mendengar saudara muslimnya (seburuk apapun) berbuat kenistaan...

Bahwa saat kita mendapat informasi atau bahkan melihat sendiri seseorang berbuat dosa, kita terlarang untuk mengolok2nya sebab dosa itu

Apalagi sampai menyebarluaskan perbuatannya masih pakai mengatai2 lagi, walau memang orang itu beneran melakukan dosa...

Cukup dua hadits shahih Nabi yg berhubungan dg interaksi sosial yg mengatur kita soal ini...

Man ayyaro akhohu bi dzanbin, lan yamut hatta yaf'alah.. Bahwa seseorang yg mengolok saudaranya sebab dosa, dia tak akan mati sampai...

. ...dia melakukan perbuatan dosa yg dilakukan saudaranya itu sendiri!"

Dan peringatan keras dari Nabi ini cukup nyata, jika seseorang mengolok orang lain (misalkan bandot tua yg berlebihan) maka...

Maka dia tidak akan mati kecuali melakukan hal yg sama juga...

Lebih aneh lagi saat berdalih menyebarkan tapi ada kegeraman di hati, apa lupa hadits Nabi bahwa kita disuruh menutup aib orang lain?

Man sataro akhohu satarallahu yaumal qiyamah.. Bahwa orang yg menutupi aib saudaranya, maka aib dia akan ditutup Allah nantinya

Ada pula berdalih bahwa social punishment memberi efek jera, tapi apa tidak ada cara elegan sehingga harus mengolok dg kata tak elok?

Aku tidak hendak membela seseorang, namun sebagai muslim yg baik kita harus tahu cara bersikap. Andai dia muslim maka begini...

Dan andai dia non muslim, tak percaya Nabi, lalu apa faedah kita mengotori bibir atau tangan kita dg mencercanya?

Sejak kapan Nabi mengajarkan kita untuk mencerca orang lain? Yg ada adl perintah menasihati atau mendoakan dpt hidayah...

Kadang kita ini terlalu semangat berislam tapi dalam soal praktek2 hukum saja, tak menjalankan islam dalam beradab secara sosial

Kalaupun toh agar orang lain berhati2, Nabi pun telah mengajarkannya dg cara elegan, menjauhi orang2 itu tanpa menyebut nama...

Kurang apa bangsatnya perilaku Ibn Salul pada Nabi, terang2an di depan hidung melakukan fitnah pada Nabi, tapi beliau mengarahkan...

. ... Para sahabatnya untuk menghindari tanpa menyebut nama Ibn Salul, dan tanpa mengolok2 Ibn Salul, presiden kaum munafik kala itu

Kalau kita tak hendak meniru Nabi lalu mau meniru siapa? Apa untungnya juga kita ikut2an nimbrung membahas dosa orang?

Sudah pasti ghibah (dan jelas dosanya) masih jg melakukan hal tidak perlu, bukankan muslim yg baik adl meninggalkan hal2 yg tak perlu?

Bukankah jelas sekali Nabi bilang "min husni Islamil mar'i tarkuhu maa laa ya'nihi"?

Sudah 3 hadits perkataan dan 1 hadits tindakan kusampaikan dlm kultwit ini, masih disangkal dg hal2 untuk membela egoisme diri?

Lalu jika tidak percaya pada perkataan Nabi lantas mau percaya pada siapa? Apa bedanya dg mereka yg juga bilang tak percaya Nabi?

Masih banyak hal2 sederhana ajaran Islam yg belum kita lakukan, seperti ini minta Syariah ditegakkan sbgai UU negara? Syariah yg mana?

Perlu introspeksi diri lagi, dan masih perlu banyak hal dalam perbuatan sehari2 yg harus kita pindai, sesuai tdk dg syariat Islam?

Ini juga salah satu efek negatif menjauhkan orang dari tasawwuf, sebab hadits2 interaksi sosial seluruhnya ada pada tasawwuf

Apa dikira Islam ini cuma halal-haram, hijab syar'i, rajam, potong tangan saja? Sikap baikmu pada orang, sopanmu, semua juga diatur

Bagaimana juga sikapmu saat ada orang berbuat dosa... Tidak ada ceritanya Islam memerintahkan menyebar2 dosa orang dg alasan hati2

Sudah jg diatur bagaimana sikap pada pelaku kedzaliman dan pada yg didzalimi, dlm Islam semua sudah ada dan ada yg berwenang buat itu

Akhir kultwit, jadikan peristiwa apapun di depanmu sebagai pembenahan sikap atas perilakumu, bukan sbgi pembanding bahwa diri lebih baik

Sebab hanya iblis saja yg merasa dirinya baik. Dan yg merasa dirinya paling baik, paling benar, tak layak tinggal di surga, sperti iblis

1 komentar:

  1. Assalaamu'alaikumWrWb
    Judulnya mungkin lebih pas, JANGAN PERNAH SEKALIPUN MEMBUKA AIB SAUDARAMU..
    Karena hadist Man Ayyaro ... itu sangat nyata terbukti dalam waktu setahun, sebulan, seminggu, sehari atau bahkan hanya dalam beberapa menit..
    Sangat boleh tidak sependapat, silakan uji coba dengan hal kecil2 aja..
    Mohon maaf jika tidak berkenan.
    Makasih..

    BalasHapus