23 Des 2013

Toleransi Yang Sebenarnya

Kemarin malam dan tadi pagi teman2 pasti memperhatikan bagaimana panasnya pembicaraan di TL-ku, yg dipicu satu hal. Peringatan Asyuro'...

Walau akhirnya yg mengajakku berbicara itu ternyata berputar2, main kata, dan tentu saja bala kurawanya yg lain ikut2an menyerbu...

Tabiat khas dari kelompok yg sebenarnya menyadari bahwa ada kesalahan dlm pemikiran/ideologinya namun tdk mau mengakui hal itu...

Setidaknya aku pribadi mndapat bukti dari teori yg aku pelajari slama ini dlm perbandingan agama/aliran/madzhab, dlm al-milal wa an-nihal

Dan juga sekaligus menambah pelajaran kehidupan bagiku bagaimana bersikap atas orang yg tetap bersikukuh pada kekurangbenaran berpikirnya

Ada satu kesamaan dari berbagai macam pemikiran/aliran/ideologi yg melenceng, yaitu kebiasaan mengubah2 propaganda/nama...

 ...untuk menutupi kebobrokan ideologinya itu atau untuk agar bisa terus eksis dalam melakukan penyesatan terhadap ummat manusia...

Meskipun pemikiran2 itu hakikatnya saling berbenturan satu sama lain, tapi targetnya sama, tadhlil... Penyesatan...

Maka (sjk zaman dulu kala) kita akan menemukan mereka slalu berganti2 nama, berlindung di balik kata yg sdng populer (toleransi misalkan)

Juga selalu berganti2 propaganda, untuk melakukan (minimal) pembelaan diri. Satu hal lain, fanatik terlalu buta...

Secara psikologi, mereka melakukan hal2 yg tak perlu itu sebab kurang yakin dg kebenaran pemikiran/ideologi yg dianutnya...

Coba jika mereka PD dan yakin jika ideologinya benar, pasti tidak melakukan usaha2 itu (gonta-ganti nama, gonta-ganti propaganda)...

Sekarang teman2 perhatikan Ahlus Sunnah wal Jamaah yg ala Manhajin Nubuwwah, Manhaj wasathi, moderat, apa pernah melakukan hal itu?

Selama berabad-abad kami dan para pendahulu yg berada dalam Manhaj ini tidak pernah mengubah nama atau propaganda apapun (kalau ada)..

Kami tetap bermaulid, bertahlil, rutin berziarah kubur, mencintai Ahlul Bayt dan Sahabat secara berimbang tanpa mengubah2 nama/ajakan

Kami tetap mempraktekkan dan mengajak orang2 untuk bertasawwuf misalkan tetap dg cara yg sama yg telah bertahan berabad2

Meskipun diserbu kiri kanan, disalah2kan, dibid'ahkan bahkan tak jarang dikafirkan, tapi nama dan ajakan2 kami, tak berubah...

Coba sekarang (maaf, menyebut merk) Wahabi,yg sekuat mungkin berpropaganda di balik kata Manhajus Salaf...Jg tak jarang pakai kata Sunni

Padahal jika diteliti salafnya ya cuma tetap itu2 saja; Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qoyyim... Utsaimin, Bin Baz, Albani...

Dalam perkembangan terakhir sudah mulai cukup bagus lah sering mengutip perkataan Imam Syafi'i, meski belum Abu Hanifah...

Andai mereka yakin dg kebenaran cara dan di'ayah (propaganda) di balik kata suci pemurnian tauhid, kenapa mesti gonta ganti topeng?

Atau kemarin, beberapa saudara Syiah yg menyerbu TL-ku, propaganda yg dipakai cukup manis, Sholawat dan Cinta Ahlul Bayt...

Padahal medio 15 tahun belum terdengar topeng2 bermerk Manhaj Salaf, Shalawat, Cinta ahlul bait atau segala macam ini...

Bagi orang awam yg baru belajar agama, tentu saja topeng manhaj salaf, shalawat, cinta ahlul bayt ini sangat manis.. Padahal racun..

Sementara manhaj salaf yg sebenarnya, praktek cinta ahlul bait yg tepat, ada pada Ahlussunnah yg ala Manhajin Nubuwwah...

Ada malhadz (sisi lain) yg unik... Pemikiran2 melenceng itu "tidak berani" menggunakan kata "Manhajun Nubuwwah", atau Cinta Nabi

Karena memang cara2 mereka tidak pernah diajarkan Nabi dan selalu mengalami kontradiksi dalam pemikiran2 mereka sendiri...

Tapi coba Ahlus Sunnah wal Jamaah yg Manhaj Nubuwwah, apa pernah ada kontradiksi itu? Segala tembakan semuanya ada dalil2 yg shahih

Topeng lain yg digunakan agar mereka bisa terus menebar kesalahan berpikirnya adalah kata toleransi, demokrasi dan sebagainya...

Bagi orang yg perasaannya suka mellow, kata toleransi ini cukup mengena.. Iya ya, kasian...

Tapi toleransi yg sebenarnya adl dalam persoalan kerukunan, hidup bersama. Bukan soal membiarkan kesalahan... Itu malah antitoleransi

Lagipula bukan sifat mukmin yg baik membiarkan mukmin yg lain tetap tercebur dg kesalahan.. Namun tentu caranya dg hikmah..

Oke, tak ada larangan bagi semisal syiah misalkan untuk hidup di Indonesia, mengembangkan pemikirannya.. Atau Ahmadiyyah...

Tapi saat kita tahu mereka salah, apa tetap membiarkan mereka dlm kesalahan dg alasan toleransi? Lalu apa faedah Surat Wal Ashr?

Atau dg alasan kebebasan berkeyakinan? Oke, siapapun bebas berkeyakinan, tapi paradoks saat kita dilarang meluruskan mereka..

 ...tapi mereka seenaknya menanamkan kesalahan2 ideologinya dg memaksa kita diam pakai kata toleransi... Ada benturan logika yg nyata.

Toleransi itu diterapkan dg kebijakan, bukan dengan perasaan...Karena jika main perasaan, Hukum dan tatanan kehidupan apapun tidak jalan

saat hukum serta tatanan kehidupan tak jalan sama saja seseorang itu berusaha membuat kerusakan di muka bumi.. Yas'auna fil ardhi fasada

Semoga Allah selalu memberi taufiq dan hidayah bagi kita serta menjaga kita dari fitnah dan topeng kata2 manis namun hakikatnya racun

Lagi pula, hidayah adl hal terbesar yg turun dari langit menuju bumi...

Sebagaimana ikhlas, yg merupakan hal terbesar yg naik dari bumi menuju ke langit...

Semoga menambah ilmu, saatnya hati2 dlm melangkah...

Selamat menikmati weekend.. Waffaqonallah wa iyyakum ila aqwamit thoriq.. Amiin :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar