Kemarin malam dan
tadi pagi teman2 pasti memperhatikan bagaimana panasnya pembicaraan di TL-ku,
yg dipicu satu hal. Peringatan Asyuro'...
Walau akhirnya yg
mengajakku berbicara itu ternyata berputar2, main kata, dan tentu saja bala
kurawanya yg lain ikut2an menyerbu...
Tabiat khas dari
kelompok yg sebenarnya menyadari bahwa ada kesalahan dlm pemikiran/ideologinya
namun tdk mau mengakui hal itu...
Setidaknya aku
pribadi mndapat bukti dari teori yg aku pelajari slama ini dlm perbandingan
agama/aliran/madzhab, dlm al-milal wa an-nihal
Dan juga
sekaligus menambah pelajaran kehidupan bagiku bagaimana bersikap atas orang yg
tetap bersikukuh pada kekurangbenaran berpikirnya
Ada satu kesamaan
dari berbagai macam pemikiran/aliran/ideologi yg melenceng, yaitu kebiasaan
mengubah2 propaganda/nama...
...untuk menutupi kebobrokan ideologinya itu
atau untuk agar bisa terus eksis dalam melakukan penyesatan terhadap ummat
manusia...
Meskipun
pemikiran2 itu hakikatnya saling berbenturan satu sama lain, tapi targetnya
sama, tadhlil... Penyesatan...
Maka (sjk zaman
dulu kala) kita akan menemukan mereka slalu berganti2 nama, berlindung di balik
kata yg sdng populer (toleransi misalkan)
Juga selalu
berganti2 propaganda, untuk melakukan (minimal) pembelaan diri. Satu hal lain,
fanatik terlalu buta...
Secara psikologi,
mereka melakukan hal2 yg tak perlu itu sebab kurang yakin dg kebenaran
pemikiran/ideologi yg dianutnya...
Coba jika mereka
PD dan yakin jika ideologinya benar, pasti tidak melakukan usaha2 itu
(gonta-ganti nama, gonta-ganti propaganda)...
Sekarang teman2
perhatikan Ahlus Sunnah wal Jamaah yg ala Manhajin Nubuwwah, Manhaj wasathi,
moderat, apa pernah melakukan hal itu?
Selama
berabad-abad kami dan para pendahulu yg berada dalam Manhaj ini tidak pernah
mengubah nama atau propaganda apapun (kalau ada)..
Kami tetap
bermaulid, bertahlil, rutin berziarah kubur, mencintai Ahlul Bayt dan Sahabat
secara berimbang tanpa mengubah2 nama/ajakan
Kami tetap
mempraktekkan dan mengajak orang2 untuk bertasawwuf misalkan tetap dg cara yg
sama yg telah bertahan berabad2
Meskipun diserbu
kiri kanan, disalah2kan, dibid'ahkan bahkan tak jarang dikafirkan, tapi nama dan
ajakan2 kami, tak berubah...
Coba sekarang
(maaf, menyebut merk) Wahabi,yg sekuat mungkin berpropaganda di balik kata
Manhajus Salaf...Jg tak jarang pakai kata Sunni
Padahal jika
diteliti salafnya ya cuma tetap itu2 saja; Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qoyyim...
Utsaimin, Bin Baz, Albani...
Dalam
perkembangan terakhir sudah mulai cukup bagus lah sering mengutip perkataan
Imam Syafi'i, meski belum Abu Hanifah...
Andai mereka
yakin dg kebenaran cara dan di'ayah (propaganda) di balik kata suci pemurnian
tauhid, kenapa mesti gonta ganti topeng?
Atau kemarin,
beberapa saudara Syiah yg menyerbu TL-ku, propaganda yg dipakai cukup manis,
Sholawat dan Cinta Ahlul Bayt...
Padahal medio 15
tahun belum terdengar topeng2 bermerk Manhaj Salaf, Shalawat, Cinta ahlul bait
atau segala macam ini...
Bagi orang awam
yg baru belajar agama, tentu saja topeng manhaj salaf, shalawat, cinta ahlul
bayt ini sangat manis.. Padahal racun..
Sementara manhaj
salaf yg sebenarnya, praktek cinta ahlul bait yg tepat, ada pada Ahlussunnah yg
ala Manhajin Nubuwwah...
Ada malhadz (sisi
lain) yg unik... Pemikiran2 melenceng itu "tidak berani" menggunakan
kata "Manhajun Nubuwwah", atau Cinta Nabi
Karena memang
cara2 mereka tidak pernah diajarkan Nabi dan selalu mengalami kontradiksi dalam
pemikiran2 mereka sendiri...
Tapi coba Ahlus
Sunnah wal Jamaah yg Manhaj Nubuwwah, apa pernah ada kontradiksi itu? Segala
tembakan semuanya ada dalil2 yg shahih
Topeng lain yg
digunakan agar mereka bisa terus menebar kesalahan berpikirnya adalah kata
toleransi, demokrasi dan sebagainya...
Bagi orang yg
perasaannya suka mellow, kata toleransi ini cukup mengena.. Iya ya, kasian...
Tapi toleransi yg
sebenarnya adl dalam persoalan kerukunan, hidup bersama. Bukan soal membiarkan
kesalahan... Itu malah antitoleransi
Lagipula bukan
sifat mukmin yg baik membiarkan mukmin yg lain tetap tercebur dg kesalahan..
Namun tentu caranya dg hikmah..
Oke, tak ada
larangan bagi semisal syiah misalkan untuk hidup di Indonesia, mengembangkan
pemikirannya.. Atau Ahmadiyyah...
Tapi saat kita
tahu mereka salah, apa tetap membiarkan mereka dlm kesalahan dg alasan
toleransi? Lalu apa faedah Surat Wal Ashr?
Atau dg alasan
kebebasan berkeyakinan? Oke, siapapun bebas berkeyakinan, tapi paradoks
saat kita dilarang meluruskan mereka..
...tapi mereka
seenaknya menanamkan kesalahan2 ideologinya dg memaksa kita diam pakai kata
toleransi... Ada
benturan logika yg nyata.
Toleransi itu diterapkan dg kebijakan, bukan dengan perasaan...Karena jika main perasaan, Hukum dan tatanan kehidupan apapun tidak jalan
saat hukum serta tatanan kehidupan tak jalan sama saja seseorang itu berusaha membuat kerusakan di muka bumi.. Yas'auna fil ardhi fasada
Semoga Allah selalu memberi taufiq dan hidayah bagi kita serta menjaga kita dari fitnah dan topeng kata2 manis namun hakikatnya racun
Lagi pula, hidayah adl hal terbesar yg turun dari langit menuju bumi...
Sebagaimana ikhlas, yg merupakan hal terbesar yg naik dari bumi menuju ke langit...
Semoga menambah ilmu, saatnya hati2 dlm melangkah...
Selamat menikmati weekend.. Waffaqonallah wa iyyakum ila aqwamit thoriq.. Amiin :)
Toleransi itu diterapkan dg kebijakan, bukan dengan perasaan...Karena jika main perasaan, Hukum dan tatanan kehidupan apapun tidak jalan
saat hukum serta tatanan kehidupan tak jalan sama saja seseorang itu berusaha membuat kerusakan di muka bumi.. Yas'auna fil ardhi fasada
Semoga Allah selalu memberi taufiq dan hidayah bagi kita serta menjaga kita dari fitnah dan topeng kata2 manis namun hakikatnya racun
Lagi pula, hidayah adl hal terbesar yg turun dari langit menuju bumi...
Sebagaimana ikhlas, yg merupakan hal terbesar yg naik dari bumi menuju ke langit...
Semoga menambah ilmu, saatnya hati2 dlm melangkah...
Selamat menikmati weekend.. Waffaqonallah wa iyyakum ila aqwamit thoriq.. Amiin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar