26 Des 2013

Ucapan "Selamat Ulang Tahun" Dalam Perspektif Islam

Hari yg cukup indah di awal tahun usia baru, terima kasih sebanyak2nya kepada para sahabat yg sudah mendoakan aku, dari kalangan apapun

Tentu pertambahan usia (secara angka) dan berkurangnya umur (secara catatan di Lauh Mahfudz) adalah sesuatu yg harus selalu direnungi

Apa yg telah kita lakukan dalam hidup ini? Lebih banyak manfaatnya atau banyak terbuangnya?

Sebab usia yg dihitung di sisi Allah adalah tentu usia yg digunakan untuk beribadah kepada-Nya dan yg manfaat buat kemanusiaan karena-NYa

Atau begitu banyak dosa yg kita lakukan? Saatnya diistighfari. Atau banyak ibadah yg kita lakukan? Momen tepat untuk dihamdalahi

Sempat ada yg bertanya, apakah masa Nabi jg ada peringatan ultah dan doa2 semacam ini?

Jika minta dalil secara spesifik jelas tidak ada. Diteruskan olehnya, berarti kalau begitu hal itu tidak dilakukan Nabi...

Kembali aku terdiam, kesalahan berpikir semacam ini rupanya sudah cukup mengakar. Apa lantas yg tidak dilakukan Nabi berarti terlarang?

Pemikiran dasar yg mesti diluruskan... Harus dipahami bahwa bukan lantas apa yg tdk dilakukan Nabi lalu serta merta terlarang begitu saja

Sebab larangan membutuhkan teks dalil yg jelas... Dan segala sesuatu selama ada dalil umum, maka tidak masalah dilakukan

Semisal ucapan selamat ultah ini, masuk dua dalil umum sekaligus, dalil mendoakan sesama muslim, dan dalil mensyukuri hari kelahiran.

Karena Nabi jg mensyukuri hari kelahirannya dg berpuasa pada hari Senin, sebagaimana dalam sebuah hadits shahih yg cukup terkenal

Mungkin sebagian orang yg masih beku otaknya ngotot menolak bahwa harus ada dalil khusus... Tidak mau dalil umum...

Dalam keadaan ini orang berotak beku ini justru melakukan dan menunjukkan dua ketololan sekaligus

Ketololan pertama dia tidak berjalan sesuai kaidah yg telah disepakati para Ulama2 Islam selama berabad2. Lagipula apa kapasitas dia?

Ketololan kedua, jika dia tidak menerima keberadaan dalil umum (semisal jg tahlil-maulid) artinya dia tdk mengakui keglobalan Hadits

Otomatis jika tidak mengakui keglobalan hadits maka jg tdk mengakui keglobalan dan keuniversalan al-Qur'an

Dan jika tidak mengakui keglobalan & keuniversalan Qur'an-Hadits yg justru ekselensi utamanya, maka dia tak sadar merendahkan keduanya

& tentu sbb sikapnya yg menolak tanpa sadar keberadaan dalil2 umum bisa2 dia kufur tanpa sadar sbb menganggap qur'an hadits tdk lengkap

Atau dia yg berotak beku itu berdalih dg hadits "barang siapa menyerupai suatu kaum..."... Lagi2 dia salah berdalil dan gagal paham

Bagaimana peletakan hadits itu dan bagaimana prakteknya... Maka seseorang yg memahami teks saja tanpa ruhnya selalu mengalami kerancuan

Perlu kembali kepada para ulama yg kapabel dalam hal ini, jangan coba2 membaca dalil sendiri dipaham2i sendiri apalagi terjemahan

Iya kalau bener masih mending (walau caranya tetap salah), lah kalau salah? Sudah tersesat masih potensi menyesatkan lagi, audzu billah

Pada akhirnya, kita masih harus banyak lagi untuk belajar. Jangan pernah merasa sempurna apalagi merasa paling benar dan baik sendiri

Semoga mencerahkan dan selamat malam jumat. Saatnya memperbanyak baca sholawat pada Sang kekasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar