Hari yg cukup
indah di awal tahun usia baru, terima kasih sebanyak2nya kepada para sahabat yg
sudah mendoakan aku, dari kalangan apapun
Tentu pertambahan usia (secara angka) dan berkurangnya umur
(secara catatan di Lauh Mahfudz) adalah sesuatu yg harus selalu direnungi
Apa yg telah kita lakukan dalam hidup ini? Lebih banyak manfaatnya atau banyak terbuangnya?
Sebab usia yg dihitung di sisi Allah adalah tentu usia yg
digunakan untuk beribadah kepada-Nya dan yg manfaat buat kemanusiaan karena-NYa
Atau begitu banyak dosa yg kita lakukan? Saatnya diistighfari. Atau banyak ibadah yg kita
lakukan? Momen tepat untuk dihamdalahi
Sempat ada yg
bertanya, apakah masa Nabi jg ada peringatan ultah dan doa2 semacam ini?
Jika minta dalil
secara spesifik jelas tidak ada. Diteruskan olehnya, berarti kalau begitu hal
itu tidak dilakukan Nabi...
Kembali aku terdiam, kesalahan berpikir semacam ini rupanya
sudah cukup mengakar. Apa lantas yg
tidak dilakukan Nabi berarti terlarang?
Pemikiran dasar
yg mesti diluruskan... Harus dipahami bahwa bukan lantas apa yg tdk dilakukan
Nabi lalu serta merta terlarang begitu saja
Sebab larangan
membutuhkan teks dalil yg jelas... Dan segala sesuatu selama ada dalil umum,
maka tidak masalah dilakukan
Semisal ucapan selamat ultah ini, masuk dua dalil umum
sekaligus, dalil mendoakan sesama muslim, dan dalil mensyukuri hari kelahiran.
Karena Nabi jg mensyukuri hari kelahirannya dg berpuasa pada
hari Senin, sebagaimana dalam sebuah hadits shahih yg cukup terkenal
Mungkin sebagian orang yg masih beku otaknya ngotot menolak
bahwa harus ada dalil khusus... Tidak
mau dalil umum...
Dalam keadaan ini orang berotak beku ini justru melakukan
dan menunjukkan dua ketololan sekaligus
Ketololan pertama
dia tidak berjalan sesuai kaidah yg telah disepakati para Ulama2 Islam selama
berabad2. Lagipula apa kapasitas dia?
Ketololan kedua, jika dia tidak menerima keberadaan dalil
umum (semisal jg tahlil-maulid) artinya dia tdk mengakui keglobalan Hadits
Otomatis jika tidak mengakui keglobalan hadits maka jg tdk
mengakui keglobalan dan keuniversalan al-Qur'an
Dan jika tidak mengakui keglobalan & keuniversalan
Qur'an-Hadits yg justru ekselensi utamanya, maka dia tak sadar merendahkan
keduanya
& tentu sbb sikapnya yg menolak tanpa sadar keberadaan
dalil2 umum bisa2 dia kufur tanpa sadar sbb menganggap qur'an hadits tdk
lengkap
Atau dia yg berotak beku itu berdalih dg hadits "barang
siapa menyerupai suatu kaum..."... Lagi2 dia salah berdalil dan gagal paham
Bagaimana
peletakan hadits itu dan bagaimana prakteknya... Maka seseorang yg memahami
teks saja tanpa ruhnya selalu mengalami kerancuan
Perlu kembali kepada para ulama yg kapabel dalam hal ini,
jangan coba2 membaca dalil sendiri dipaham2i sendiri apalagi terjemahan
Iya kalau bener
masih mending (walau caranya tetap salah), lah kalau salah? Sudah tersesat
masih potensi menyesatkan lagi, audzu billah
Pada akhirnya, kita masih harus banyak lagi untuk belajar. Jangan pernah merasa sempurna apalagi
merasa paling benar dan baik sendiri
Semoga mencerahkan dan selamat malam jumat. Saatnya memperbanyak baca sholawat pada Sang kekasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar