Sebagian teman
masih saja belum sreg jika semisal aku meretweet kata2 orang yg tidak mereka
suka, Mas Ulil misalkan atau orang2 JIL
Selama yg ditwitkan itu hal baik, kata mutiara, atau sesuatu
yg sesuai syariah misalkan, apa salahnya meretweet? Meski dari mereka...
Yg aku herankan, kenapa meretweet kata2 tokoh2 JIL
dimasalahkan tapi mereka enteng2 saja mengutip kata2 orang Barat yg kafir? Term mereka
Semestinya, untuk kebaikan, kita harus punya kaidah jelas,
dan itu sudah ada serta digariskan langsung oleh Nabi dan para Salaf Shaleh
Karena jelas sekali (meski tidak disuudzoni) di sana ada kesalahan dalam
tatacara berpikir sebab lebih mendahulukan ego dan ketidaksukaan
Sehingga yg terjadi tentu saja kontradiksi antara teori dan
praktek yg mereka pelajari dalam syariat dan moral yg berlaku
Jauh hari Nabi bersabda, ambillah hikmah (kebaikan, ilmu,
kebijaksanaan) dari mana saja keluarnya...
Ali bin Abi Tholib jg bilang, lihatlah apa yg dikatakan,
jangan melihat siapa yg mengatakan. Kita hapal hal ini, tapi prakteknya?
Bukankah jg sejak kecil kita diajarkan dan diberi cerita
untuk tidak melihat orang dari rupanya? Meski orang itu buruk rupa.
Kalau terus kita tidak ikut Nabi lantas mau ikut siapa? Katanya mengikuti ajaran salaf shaleh,
tapi benci pada sesama muslim, apaan tuh
Oke deh kalau tidak mau anggap mereka muslim, bukankah kata
yg dikutip tetap kata2 baik kan?..
Perhatian tidak? Setiap habis sholat kita baca ayat kursi,
dan semua muslim tahu bahwa ayat kursi itu ayat pelindung dari setan
Tahu tidak apa sebab dianjurkannya ayat itu oleh Nabi kepada
setiap muslim? Dan siapa yg pertama kali memberitahu fungsinya?
Bukan Nabi, tapi
setan sendiri saat berusaha mengganggu Abu Hurairah dan dia laporan pada Nabi
soal pengalamannya itu.
Dan apa komentar
Nabi? Apa yg dikatakan setan itu benar meski dia pembohong, bacalah (ayat kursi
itu)
So, mesti dirapikan kembali cara berpikir kita, jangan asal
semangat, asal ghiroh, asal benci saja, amburadul ntar jadinya
Silakan benci siapapun, silakan tidak suka, tapi sing
madyo... (lagipula apa Islam
mengajarkan untuk benci orang yg tidak seide)
Namun selama itu kebaikan, meski keluarnya dari orang yg
tidak kita suka, ambil. Al-ma'ruf
yadzollu ma'rufan mahma kan
Bahwa kebaikan tetaplah kebaikan apapun bentuknya. Kami tidak seide dg Ibn Taimiyyah, tapi
beliau tetap Syaikhul Islam yg diakui.
Kami tidak sepemikiran dg Albani, Uthaimin, tapi mereka
tetap kami akui sebagai orang2 Alim di bidangnya masing2, meski ideologi beda.
Bukan lantas
ketidaksukaan, kebencian, lalu membuang segalanya dan merasa diri ini yg paling
benar, paling baik. Busuk tidak sadar itu
Karena selama itu
manusia, maka tidak ada ceritanya baik 100% dan buruk 100%. Kecuali para Nabi
saja
Itupun mereka masih diadegankan untuk melakukan hal2
manusiawi semacam lupa, melakukan kesalahan kecil. Sebab mereka tetap manusia..
Makanya aku pribadi tidak sependapat dg kata Anti buat yg
berbeda pemikiran. Katanya dakwah
kok anti, dakwah itu ya merangkul
Kultwit ini tidak
hendak membela siapapun, namun memberitahukan bagaimana cara berpikir dan
bersikap sesuai arahan Nabi
Jika msh dikira lain ya hasbunallah wa ni'mal wakil. Benar apa kata Imam Malik, sgala kata itu
pasti trjadi pro kontra,kecuali kata Nabi
Perlu mendahulukan ilmu dan kaidah dg baik, jangan dahulukan
perasaan dan ego, sebab itu pasti mengalahkan logika.
Moga menjadi hari minggu yg cerah. Bersama belajar jadi orang baik,
bukan jadi orang yg selalu merasa paling baik (padahal ancur)...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar