13 Jan 2014

Menyikapi "Kesalahan" Para Nabi

Sampai sejenak menjelang menulis kultwit ini aku masih kepikiran dg pertanyaan apakah Rasulullah pernah melakukan kesalahan?

Apalagi saat aku jawab "tidak" ada yg memberi negasi bahwa Nabi pernah melakukan "kesalahan" dg argumen QS. 80

Mana yg benar? Nabi (juga para Nabi yg lain) pernah melakukan kesalahan apa tidak pernah? Lalu bagaimana taujih atas QS. 80 itu?

Sebelum meneruskan twit, aku pernah kultwit bahwa dlm memposisikan Nabi adl sebagai qudwah, panutan, bukan miqyas, persamaan

(sila baca di sini http://t.co/AynEIdzXbh ), sebab menganalogikan diri dg para Nabi adl bentuk kekurangajaran yg menyendiri

Kita memang tidak bisa begitu saja menyalahkan orang awam yg berpikir bahwa Rasulullah (juga Nabi yg lain) pernah berbuat salah

Tapi kita bisa mengarahkan mereka agar tidak terus2an berpikiran bahwa para Nabi-pun jg melakukan kesalahan. Dan ini ranahnya adl Ihsan

Atau dzauq (kepekaan bertatakrama) khususnya kepada para Nabi, kelompok manusia terbaik pengajar dan penuntun kehidupan semesta

Jika kita pernah belajar Aqidatul Awam di masa kecil kita, ada 3 bait yg menjelaskan ekselensi2 khusus para Nabi

Dan bait ketiga adl ekselensi "ishmah", atau terjaganya para Nabi dari dosa dan kesalahan sejak mereka belum resmi diangkat sbgai Nabi

Dan Ishmah-nya para Nabi ini adl ideologi paling dasar dari Ahlus Sunnah wal Jamaah. Berpikiran Nabi tdk ma'shum bisa bahaya pd keimanan

Lantas bagaimana arahan perihal peristiwa2 yg secara lahiriah seolah para Nabi itu berbuat "kesalahan"?

Semisal kisah melanggarnya Nabi Adam dg makan buah larangan, kaburnya Nabi Yunus dari kepentingan dakwah, komplainnya Nabi Nuh...

...soal anaknya yg terbawa banjir raksasa, sikap Nabi Musa sampai disuruh berguru kehidupan lagi pada seseorang, atau kisah di QS. 80

 ...soal Nabi kita yg sempat merasa terganggu dg kehadiran seorang tuna netra saat beliau sedang mengajak tokoh Quraisy memeluk Islam

Atau Nabi Daud yg berpikiran ingin menikahi wanita yg ternyata telah jadi istri orang, atau Nabi Ibrahim yg mengaku sakit padahal tidak

Tentu saja para Nabi itu mendapat "teguran" langsung dari Allah. Nah apa arahan bagi kita melihat semua fakta dalam al-Qur'an itu?

Sebelumnya, ada dua hal yg harus kita pahami dg baik terlebih dahulu menyikapi "kesalahan" para Nabi ini...

Pertama, adl jangan pernah sekalipun menyamakan "kesalahan" mereka seperti kesalahan2 naif yg kerap kita perbuat

Kedua, kita harus tahu bahwa para Nabi ini pendidikan, tarbiyah dan penjagaannya langsung di Tangan Allah

Dan kita juga harus tahu Tugas Utama para Nabi, yaitu mengajarkan ummat manusia bagaimana menempuh kehidupan ini. Dan tentu saja...

. ...salah satunya adl bagaimana cara bersikap jika melakukan kesalahan. Dari sini kita harus melihat bahwa "kesalahan2" yg dilakukan...

 ...para Nabi itu adl sejenis adegan, maka tentu ketidaktepatan saat seseorang melihat pada titik "kesalahan"-nya...

Sebab fokus dan pesan yg disampaikan Allah melalui para Rosulnya itu adl bagaimana yg harus dilakukan jika mengalami kesalahan...

Artinya pada hakikatnya para Nabi itu tidak melakukan kesalahan, namun diadegankan melakukan kesalahan untuk memberikan pelajaran

Bukti lain dari itu adl pada suatu waktu Rasulullah shalat Ashar hanya dua rakaat saja. Tentu saja para Sahabat bertanya2...

Apa Rasul lupa? Atau salah? Atau syariat baru? Dan saat ada yg tanya, Rasul langsung menjawab, tidak salah juga tidak lupa...

Wa innama unassa li usyarri', bahwa aku dibuat lupa/dibuat salah untuk mensyariatkan ajaran baru lagi... Itu yg dikatakan Nabi

Dalam hadits sebab musabab disyariatkan sujud sahwi dalam sholat kala lalai/melakukan kesalahan dlm rukun

Pada akhirnya, kita harus dg baik belajar bertatakrama kepada para Nabi jika ingin benar & tepat dlm menjalankan syariat

Sebab ketidakadaan tatakrama pada Nabi efeknya sangat tidak baik tak hanya pada seorang muslim, namun manusia secara umum

Karena para Nabi dan Rasul (yg jumlahnya 124.000 itu) adl kelompok manusia terbaik pilihan Allah yg terjaga dari salah & dosa

Moga mencerahkan, menambah ilmu dan tahu bagaimana bertatakrama pada para Nabi khususnya Junjungan Nabi Muhammad S.a.w... Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar