Apa kabar teman semua? Lama tidak kultwit, berikut aku kultwitkan pada teman2 peta perbedaan antara Ahlus Sunnah dan Syiah, moga manfaat
Untuk ahlussunnah (baik itu kelompok mayoritas sufi atau minoritas salafi) aku beri kode (a), sedangkan syiah aku beri kode (b)...
(a). Dlm ahlussunnah, rukun Islam ada 5: syahadat, shalat, puasa, zakat & haji. Diambil dari aksiomatis dlm Qur'an & Hadits Shahih
(b) sedangkan syiah, rukun Islam jg 5: Shalat, zakat, puasa, haji dan wilayah (keimaman Ali & 11 keturunannya) (al-kafi, juz 18)
Sebelumnya aku ingatkan terlebih dulu pd teman2, bahwa syiah di sini adl aliran yg berkembang di Indonesia saat ini, Itsna Asyariyyah
(a) Qur'an dlm Mushaf Utsmani adl kitab suci terakhir yg final, tdk mengalami interpolasi seperti kitab2 suci pendahulunya
(b) menurut syiah, Qur'an yg ada sekarang baru 1/3 dari yg orisinal, 2/3 masih di tangan Mahdi (alkafi juz I hal 634)
Tetapi secara fisik Qur'an resmi syiah seperti milik sunni (Mushaf Utsmani) tapi Utsman dikecam & dicerca bahkan dimurtadkan
(a) Sahabat Nabi bertingkat2; ada muhajirin, ansar, fath makkah, pasca fathu makkah. Kualitas memang beda2, tapi semuanya adil...
...dan SDM pilihan. Tapi sebagai manusia biasa mereka bisa berbuat salah (tidak ma'shum seperti Nabi)
(b) menurut syiah, seluruh sahabat Nabi itu murtad karena tidak mendukung Imamah Ali bin Abi Thalib sbg pengganti Nabi, hanya sisa 4 sj
..yaitu Abu Dzar, Salman alfarisi, Ammar bin Yasir dan Miqdad. Bagi syiah Ali & keturunannya ma'shum seperti Rosul
(a) bagi ahlussunnah, kitab hadits yg shahih dan jadi referensi utama dlm syariat adl Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
(b) bagi syiah, kitab hadits utamanya adl al-kafi, at-tahdzib, man laa yahdhuruhu alfaqih dan al-istibshar.. Beda referensi
Makanya kedua sulit ketemu dari titik penting ini. Itupun Ulama Syiah sering mengutip hadits2 Sunni untuk pembenaran keyakinan mereka
(a) bagi sunni, yg disebut hadits adl segala sesuatu yg disandarkan pada Rosul, baik ucapan, tindakan, akhlak & persetujuan diam beliau
(b) bagi syiah, hadits adl (sedikit) sabda Nabi, tetapi (banyak) perkataan/perbuatan para Imam (khususnya Imam Ja'far asShodiq)
Hadits imam 12 bagi syiah identik nilainya dg Hadits Rosul bahkan sama dg wahyu Allah (versi alkafi I/53)
(a) bagi ahlussunnah, Imamah bukanlah doktrin mutlak & keharusan. Tapi ini menyangkut kepentingan ummat. Tak ada nash qath'i soal itu
(b) bagi syiah, imamah adl konsep kepemimpinan mutlak berdasar nash ilahi & wasiat Nabi. Siapapun yg mati tdk berbaiat/iman ke imam 12
Maka ia dianggap mati dlm keadaan jahiliyyah (kafir)
(a) bagi Ahlussunnah, pengertian Ahlul Bayt adl Istri2 Nabi (Qs 33:33). Sdangkan putra putri Nabi otomatis masuk dlm ahlul bayt semuanya
(b) bagi syiah, ahlul bayt dikerucutkan hanya pada Fathimah, Ali, Hasan dan Husain. Istri2 Nabi dan yg lain dieliminasi
(a) bagi ahlussunnah, konflik Ali-Muawiyah adl persoalan politik, bukan pertentangan antara mukmin & kafir. Sbb Aqil, saudara Imam Ali..
...dlm konteks ini pro Muawiyah. Jika ini soal agama maka tentu Imam Ali angkat bicara secara serius, faktanya tidak ada hal itu
(b) bagi syiah, konflik Ali-Muawiyah adl pembangkangan terhadap nash keimaman Ali. Dan ini pertentangan antara Iman & kufur
(a) bagi ahlussunnah, Mut'ah hukumnya haram berdasar hadits Nabi yg diriwayatkan Imam Ali yg tak pernah mut'ah. Bukan pendapat Umar
(b) bagi syiah, mut'ah halal. Yg mengharamkan Umar. Kalau tidak diharamkan Umar (menurut mereka bukan Nabi yg melarang), maka...
...tidak ada orang berzina. Memberi kesan seakan Umar sebagai penetap hukum Syar'i
(a) bagi ahlussunnah, shalat 5 waktu waktunya terpisah2 5x dlm sehari. Jama' hanya diperkenankan dg alasan2 syar'i tertentu
(b) bagi Syiah, shalat 3 waktu: shubuh, Dzuhur-ashar dan maghrib-isya' 3 kali sehari (jama' sepanjang masa tanpa uzur apapun)
(a) bagi ahlussunnah, sujud dlm shalat di mana saja boleh asalkan memenuhi syarat kesucian
(b) bagi syiah, sujud di atas turba (kereweng tanah liat dari karbala). Argumentasinya di bawah dalil2 pendapat pribadi para Imam
(a) dlm ahlussunnah, tidak ada anjuran taqiyyah (sikap menyembunyikan keyakinan sementara) sbb dituntut harus berkata benar walau pahit
(b) bagi syiah, taqiyyah adl bagian dari agama yg dianjurkan kpda ummatnya dlm rangka adaptasi dg "lawan" (alkafi II/218)
Dan praktek taqiyyah ini oleh mereka acapkali digunakan untuk proses adaptasi dg Sunni
Dan benturan terbesar serta terfatal mereka adl sikap melaknat kepada 3 sosok raksasa dlm Islam, s. Abu Bakr, s. Umar dan s. Aisyah
Syiah dan Sunni bisa didekatkan, bisa didamaikan jika mereka mau tanazul untuk tidak lagi melaknat/menyalahkan Abu Bakr,Umar & Aisyah
Selama mereka masih melaknat/menyalah2kan tokoh2 besar yg diagungkan Sunni itu; maka SNSD hanya mimpi di siang bolong
Selamat malam, semoga menambah pengetahuan perihal peta umum perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jamaah & Syiah Rafidhah Itsna Asyariah
26 Jan 2014
Liberal, Salafi & Moderat; Mana Yang Lebih Cinta Nabi?
Merenungi tulisan Guru Besarku, bahwa salah 1 tanda aliran & ideologi yg melenceng adl penganutnya sangat sedikit membaca shalawat pada Nabi
Pemikiran yg terlalu ke kiri, atau yg terlalu ke kanan jika dipahami mendalam memang selalu ada sesuatu yg negatif terhadap Nabi. Cukup aneh
Pemikiran yg ke kiri, kerap mengkritisi kebijakan2 Nabi, dan pelan namun pasti selalu menyinggung pribadi Nabi... Tidak pasrah total
Pemikiran yg terlalu ke kanan pun begitu, meski ditutup2i dg berkoar baca sejarah Nabi, tapi selalu ada rasa alergi pada yg Cinta Nabi
Yg lebih aneh, belum pernah aku temukan orang2 pemikiran kiri dan kanan yg mimpi jumpa Nabi. Ekselensi ini hanya kutemukan di yg tengah2
Sosok2 Ulama dan Fuqoha besar sepanjang masa yg terkenal merangkap Wilayah (pangkat kewalian) pun hanya orang2 tengah (moderat) saja...
Belum pernah aku mendengar ada Wali dari liberal, atau Syiah, atau Salafi, atau yg lain. Tidak untuk masa modern, apalagi masa lalu..
Bagi mereka itu mungkin tidak penting (sebab memang tidak ada jatah mendapat keistimewaan yg di luar nalar itu)... Tapi itu cukup sbg bukti
Ibnu Taimiyyah, siapa yg tak mengakui kehebatan ilmiahnya... Tapi tak ada satupun Tokoh2 raksasa dlm Islam menyatakannya sebagai wali...
Na karena tak dapat jatah kewalian, dan agar dapat jatah wali, semisal orang2 salafi memaksa makna bahwa wali adl setiap orang mukmin...
Tapi kalau ditanya balik, apakah mukmin yg korupsi, berbuat banyak dosa besar... Juga disebut wali? Orang2 salafi itu hanya bisa gugup
Orang liberal... Bagi mereka dunia ini bukan dunia dlm mimpi, bukan cerita2 karomah, ndak ada semua itu... Ntah kalau diam2 meyakini...
Maka ukuran moderat tidaknya seseorang adl sangat mudah... Langsung lakukan tes seberapa besar cinta dan tunduk pasrah totalnya pada Nabi
Mencintai Nabi tidak cukup hanya dg klaim mengikuti sunnahnya, tapi juga cinta pribadinya, sekaligus keluarga & sahabatnya secara berimbang
Klaim cinta Nabi cukup dg hanya mengikut sunnahnya saja (tanpa cinta pribadinya) adl cinta palsu, pengakuan yg menipu...
Klaim cinta pribadi Nabi, tetapi saat yg sama tidak melakukan sunnah2nya juga klaim palsu... Meski masih sangat lumayan dari yg pertama
Maka cinta sejati pada Nabi adl; cinta pribadinya, mengikuti sunnah2nya, dan cinta keluarga (keturunannya) serta sahabat2nya dg seimbang
Cinta sejati pada Nabi jenis ini hanya ada pada mereka yg menempuh Manhaj Wasathi... Jalur moderat... Ayo mau ikut jalur mana kita sekarang?
Wali Allah akan selalu ada sepanjang masa, hanya bisa jadi saat ini banyak yg terahasiakan... Tak banyak yg terlihat...
Tanda ekselen wali2 Allah adl jika melihat wajahnya, hati serasa teduh; jika mendengar Namanya, cinta seketika menyeruak...
Dan jika mendengar nasihat2nya, selalu mendinginkan dan jauh dari permusuhan...
Pemikiran yg terlalu ke kiri, atau yg terlalu ke kanan jika dipahami mendalam memang selalu ada sesuatu yg negatif terhadap Nabi. Cukup aneh
Pemikiran yg ke kiri, kerap mengkritisi kebijakan2 Nabi, dan pelan namun pasti selalu menyinggung pribadi Nabi... Tidak pasrah total
Pemikiran yg terlalu ke kanan pun begitu, meski ditutup2i dg berkoar baca sejarah Nabi, tapi selalu ada rasa alergi pada yg Cinta Nabi
Yg lebih aneh, belum pernah aku temukan orang2 pemikiran kiri dan kanan yg mimpi jumpa Nabi. Ekselensi ini hanya kutemukan di yg tengah2
Sosok2 Ulama dan Fuqoha besar sepanjang masa yg terkenal merangkap Wilayah (pangkat kewalian) pun hanya orang2 tengah (moderat) saja...
Belum pernah aku mendengar ada Wali dari liberal, atau Syiah, atau Salafi, atau yg lain. Tidak untuk masa modern, apalagi masa lalu..
Bagi mereka itu mungkin tidak penting (sebab memang tidak ada jatah mendapat keistimewaan yg di luar nalar itu)... Tapi itu cukup sbg bukti
Ibnu Taimiyyah, siapa yg tak mengakui kehebatan ilmiahnya... Tapi tak ada satupun Tokoh2 raksasa dlm Islam menyatakannya sebagai wali...
Na karena tak dapat jatah kewalian, dan agar dapat jatah wali, semisal orang2 salafi memaksa makna bahwa wali adl setiap orang mukmin...
Tapi kalau ditanya balik, apakah mukmin yg korupsi, berbuat banyak dosa besar... Juga disebut wali? Orang2 salafi itu hanya bisa gugup
Orang liberal... Bagi mereka dunia ini bukan dunia dlm mimpi, bukan cerita2 karomah, ndak ada semua itu... Ntah kalau diam2 meyakini...
Maka ukuran moderat tidaknya seseorang adl sangat mudah... Langsung lakukan tes seberapa besar cinta dan tunduk pasrah totalnya pada Nabi
Mencintai Nabi tidak cukup hanya dg klaim mengikuti sunnahnya, tapi juga cinta pribadinya, sekaligus keluarga & sahabatnya secara berimbang
Klaim cinta Nabi cukup dg hanya mengikut sunnahnya saja (tanpa cinta pribadinya) adl cinta palsu, pengakuan yg menipu...
Klaim cinta pribadi Nabi, tetapi saat yg sama tidak melakukan sunnah2nya juga klaim palsu... Meski masih sangat lumayan dari yg pertama
Maka cinta sejati pada Nabi adl; cinta pribadinya, mengikuti sunnah2nya, dan cinta keluarga (keturunannya) serta sahabat2nya dg seimbang
Cinta sejati pada Nabi jenis ini hanya ada pada mereka yg menempuh Manhaj Wasathi... Jalur moderat... Ayo mau ikut jalur mana kita sekarang?
Wali Allah akan selalu ada sepanjang masa, hanya bisa jadi saat ini banyak yg terahasiakan... Tak banyak yg terlihat...
Tanda ekselen wali2 Allah adl jika melihat wajahnya, hati serasa teduh; jika mendengar Namanya, cinta seketika menyeruak...
Dan jika mendengar nasihat2nya, selalu mendinginkan dan jauh dari permusuhan...
Doa Nabi Adam -Alaihis Salam-
(Allahumma innaka ta'lamu sirri wa 'alaniyati, faqbal ma'dziroti)..Ya Allah, Engkau Maha Tahu isi hatiku & tindakan2ku,maka terima maafku
(Wa ta'lamu hajati fa`tini su`li).. Dan Maha Tahu apa kebutuhan2ku dan kemauan2ku, maka kabulkan permintaan2ku
(Wa Ta'lamu maa fi nafsi, faghfir lii dzunubi)... Dan Maha Tahu bisikan2 dalam jiwaku, maka ampuni dosa2ku
(Allahumma inni as-aluka imanan yubasyiru qolbi)... Ya Allah, aku mohon pada-Mu beri aku cahaya keimanan yang merengkuh hatiku
(Wa yaqinan shodiqon.. Hatta a'lama...).. Dan keyakinan yang benar, sehingga aku tahu...
(..annahu laa yushibunii illa maa katabtahu lii)... Bahwa tak akan menimpaku apapun kecuali yang telah Engkau Tuliskan buatku
(warridho bi maa qosamtahu lii)... Dan menerima dengan segala apa yang telah Engkau bagikan (dan Engkau berikan) untukku...
(Ya Dzal Jalali wal Ikrom)... Duhai Dzat Yang Maha Memiliki Keagungan, dan Yang Maha Memiliki Kemuliaan
Doa Nabi Adam -Alaihis Salam-
(Wa ta'lamu hajati fa`tini su`li).. Dan Maha Tahu apa kebutuhan2ku dan kemauan2ku, maka kabulkan permintaan2ku
(Wa Ta'lamu maa fi nafsi, faghfir lii dzunubi)... Dan Maha Tahu bisikan2 dalam jiwaku, maka ampuni dosa2ku
(Allahumma inni as-aluka imanan yubasyiru qolbi)... Ya Allah, aku mohon pada-Mu beri aku cahaya keimanan yang merengkuh hatiku
(Wa yaqinan shodiqon.. Hatta a'lama...).. Dan keyakinan yang benar, sehingga aku tahu...
(..annahu laa yushibunii illa maa katabtahu lii)... Bahwa tak akan menimpaku apapun kecuali yang telah Engkau Tuliskan buatku
(warridho bi maa qosamtahu lii)... Dan menerima dengan segala apa yang telah Engkau bagikan (dan Engkau berikan) untukku...
(Ya Dzal Jalali wal Ikrom)... Duhai Dzat Yang Maha Memiliki Keagungan, dan Yang Maha Memiliki Kemuliaan
Doa Nabi Adam -Alaihis Salam-
Sunat Pada Perempuan Dalam 4 Mahdzab
Di Mesir lebih ke adat sebenarnya @era_yu: Seruan kelompok wanita di Mesir agar sunat dihentikan http://t.co/Oa7OHum1h5 @awyyyyy
Tadi aku kebetulan lewat dengan salah satu sahabat yg hendak kultwit soal #sunatperempuan ... Cc @iffah_hannah
Dan alhasil setelah itu aku mendapat link yg berhubungan dg #sunatperempuan dalam Islam & female genital mutilation yg terjadi di Afrika
Sebenarnya ini permasalahan sederhana saja namun sepertinya oleh sebagian pihak yang menurutku lebay dibuat seolah2 wow gitu.
Dan seolah syariat merampas hak seksual wanita dengan #sunatperempuan itu. Padahal qodhiyyah (permasalahan)-nya nggak gitu2 amat
Lagipula #sunatperempuan ini sudah ada jauh sebelum Islam. Bukan hal yg baru disyariatkan oleh Islam. Syariat hanya mengarahkan.
Pun dalam istilah syariat, #sunatperempuan ini secara khusus bukan dinamakan "Khitan", tapi "Khofdh", atau dikerat sedikit.
Kalau khitan, prosesnya menghilangkan secara total kulit yg menutupi kepala penis pada anak laki2.
Sedangkan khafdh hanya mengerat sedikit klitoris yg terlihat di permukaan vagina anak perempuan. Jadi #sunatperempuan beda dg khitan
Tentu saja berbeda dg kasus female genital mutilation yg terjadi di beberapa suku pedalaman di Afrika yg bukan beragama Islam.
Perihal hukum #sunatperempuan terjadi perbedaan pendapat antara 4 madzhab. Tentu saja sebab pemahaman berbeda atas dalil seputar ini.
awyyyyy 10/Jun/2013 07:51:38 AM PDT
Mayoritas ulama' madzhab syafi'i dan hambali mewajibkan #sunatperempuan atas tekstual hadits yg diriwayatkan Abu Daud, "wakhtatin"
Dan dlm status hadits ini ada pembicaraan. Maka negara dg mayoritas madzhab syafi'i lumrah mlakukan #sunatperempuan pd anak wanita mreka
Adapun madzhab Maliki melihatnya sebagai sunnah sj, begitu jg madzhab hanafi, bagi mereka #sunatperempuan sekedar makrumah (seremonial)
Tentu saja bagi madzhab hanafi #sunatperempuan bukan sesuatu yg wajib, atas dasar hadits Nabi yg mengarahkan soal itu kpd Ummu Athiyyah
"idza khofadhti fa asyimmi", dan "asyimmi wa laa tunhiki". Jika melakukan #sunatperempuan kerat sedikit saja dan jangan dipotong habis
Perihal madzhab syafi'i yg mewajibkan (dan ada juga yg hanya menyatakannya sebagai sunnah mu-akkad) kemungkinan sebab Imam Syafi'i...
...tinggal di Mesir, dan bagi masyarakat Mesir sejak dahulu kala #sunatperempuan sudah merupakan bagian budaya mereka.
Perihal jika kedokteran sekarang melarang sebab ada sesuatu yg dipandang negatif, yg pasti tidak bertentangan dg syariat.
Karena jika melihat perbedaan yg terjadi antara empat madzhab lebih banyak yg menyatakan #sunatperempuan sbg hal yg sunnah, bukan wajib
Semoga mencerahkan dan yg pasti #sunatperempuan dalam Islam tidak merampas hak apapun dari kaum wanita.
Tadi aku kebetulan lewat dengan salah satu sahabat yg hendak kultwit soal #sunatperempuan ... Cc @iffah_hannah
Dan alhasil setelah itu aku mendapat link yg berhubungan dg #sunatperempuan dalam Islam & female genital mutilation yg terjadi di Afrika
Sebenarnya ini permasalahan sederhana saja namun sepertinya oleh sebagian pihak yang menurutku lebay dibuat seolah2 wow gitu.
Dan seolah syariat merampas hak seksual wanita dengan #sunatperempuan itu. Padahal qodhiyyah (permasalahan)-nya nggak gitu2 amat
Lagipula #sunatperempuan ini sudah ada jauh sebelum Islam. Bukan hal yg baru disyariatkan oleh Islam. Syariat hanya mengarahkan.
Pun dalam istilah syariat, #sunatperempuan ini secara khusus bukan dinamakan "Khitan", tapi "Khofdh", atau dikerat sedikit.
Kalau khitan, prosesnya menghilangkan secara total kulit yg menutupi kepala penis pada anak laki2.
Sedangkan khafdh hanya mengerat sedikit klitoris yg terlihat di permukaan vagina anak perempuan. Jadi #sunatperempuan beda dg khitan
Tentu saja berbeda dg kasus female genital mutilation yg terjadi di beberapa suku pedalaman di Afrika yg bukan beragama Islam.
Perihal hukum #sunatperempuan terjadi perbedaan pendapat antara 4 madzhab. Tentu saja sebab pemahaman berbeda atas dalil seputar ini.
awyyyyy 10/Jun/2013 07:51:38 AM PDT
Mayoritas ulama' madzhab syafi'i dan hambali mewajibkan #sunatperempuan atas tekstual hadits yg diriwayatkan Abu Daud, "wakhtatin"
Dan dlm status hadits ini ada pembicaraan. Maka negara dg mayoritas madzhab syafi'i lumrah mlakukan #sunatperempuan pd anak wanita mreka
Adapun madzhab Maliki melihatnya sebagai sunnah sj, begitu jg madzhab hanafi, bagi mereka #sunatperempuan sekedar makrumah (seremonial)
Tentu saja bagi madzhab hanafi #sunatperempuan bukan sesuatu yg wajib, atas dasar hadits Nabi yg mengarahkan soal itu kpd Ummu Athiyyah
"idza khofadhti fa asyimmi", dan "asyimmi wa laa tunhiki". Jika melakukan #sunatperempuan kerat sedikit saja dan jangan dipotong habis
Perihal madzhab syafi'i yg mewajibkan (dan ada juga yg hanya menyatakannya sebagai sunnah mu-akkad) kemungkinan sebab Imam Syafi'i...
...tinggal di Mesir, dan bagi masyarakat Mesir sejak dahulu kala #sunatperempuan sudah merupakan bagian budaya mereka.
Perihal jika kedokteran sekarang melarang sebab ada sesuatu yg dipandang negatif, yg pasti tidak bertentangan dg syariat.
Karena jika melihat perbedaan yg terjadi antara empat madzhab lebih banyak yg menyatakan #sunatperempuan sbg hal yg sunnah, bukan wajib
Semoga mencerahkan dan yg pasti #sunatperempuan dalam Islam tidak merampas hak apapun dari kaum wanita.
13 Jan 2014
Menyikapi "Kesalahan" Para Nabi
Sampai sejenak menjelang menulis kultwit ini aku masih kepikiran dg pertanyaan apakah Rasulullah pernah melakukan kesalahan?
Apalagi saat aku jawab "tidak" ada yg memberi negasi bahwa Nabi pernah melakukan "kesalahan" dg argumen QS. 80
Mana yg benar? Nabi (juga para Nabi yg lain) pernah melakukan kesalahan apa tidak pernah? Lalu bagaimana taujih atas QS. 80 itu?
Sebelum meneruskan twit, aku pernah kultwit bahwa dlm memposisikan Nabi adl sebagai qudwah, panutan, bukan miqyas, persamaan
(sila baca di sini http://t.co/AynEIdzXbh ), sebab menganalogikan diri dg para Nabi adl bentuk kekurangajaran yg menyendiri
Kita memang tidak bisa begitu saja menyalahkan orang awam yg berpikir bahwa Rasulullah (juga Nabi yg lain) pernah berbuat salah
Tapi kita bisa mengarahkan mereka agar tidak terus2an berpikiran bahwa para Nabi-pun jg melakukan kesalahan. Dan ini ranahnya adl Ihsan
Atau dzauq (kepekaan bertatakrama) khususnya kepada para Nabi, kelompok manusia terbaik pengajar dan penuntun kehidupan semesta
Jika kita pernah belajar Aqidatul Awam di masa kecil kita, ada 3 bait yg menjelaskan ekselensi2 khusus para Nabi
Dan bait ketiga adl ekselensi "ishmah", atau terjaganya para Nabi dari dosa dan kesalahan sejak mereka belum resmi diangkat sbgai Nabi
Dan Ishmah-nya para Nabi ini adl ideologi paling dasar dari Ahlus Sunnah wal Jamaah. Berpikiran Nabi tdk ma'shum bisa bahaya pd keimanan
Lantas bagaimana arahan perihal peristiwa2 yg secara lahiriah seolah para Nabi itu berbuat "kesalahan"?
Semisal kisah melanggarnya Nabi Adam dg makan buah larangan, kaburnya Nabi Yunus dari kepentingan dakwah, komplainnya Nabi Nuh...
...soal anaknya yg terbawa banjir raksasa, sikap Nabi Musa sampai disuruh berguru kehidupan lagi pada seseorang, atau kisah di QS. 80
...soal Nabi kita yg sempat merasa terganggu dg kehadiran seorang tuna netra saat beliau sedang mengajak tokoh Quraisy memeluk Islam
Atau Nabi Daud yg berpikiran ingin menikahi wanita yg ternyata telah jadi istri orang, atau Nabi Ibrahim yg mengaku sakit padahal tidak
Tentu saja para Nabi itu mendapat "teguran" langsung dari Allah. Nah apa arahan bagi kita melihat semua fakta dalam al-Qur'an itu?
Sebelumnya, ada dua hal yg harus kita pahami dg baik terlebih dahulu menyikapi "kesalahan" para Nabi ini...
Pertama, adl jangan pernah sekalipun menyamakan "kesalahan" mereka seperti kesalahan2 naif yg kerap kita perbuat
Kedua, kita harus tahu bahwa para Nabi ini pendidikan, tarbiyah dan penjagaannya langsung di Tangan Allah
Dan kita juga harus tahu Tugas Utama para Nabi, yaitu mengajarkan ummat manusia bagaimana menempuh kehidupan ini. Dan tentu saja...
. ...salah satunya adl bagaimana cara bersikap jika melakukan kesalahan. Dari sini kita harus melihat bahwa "kesalahan2" yg dilakukan...
...para Nabi itu adl sejenis adegan, maka tentu ketidaktepatan saat seseorang melihat pada titik "kesalahan"-nya...
Sebab fokus dan pesan yg disampaikan Allah melalui para Rosulnya itu adl bagaimana yg harus dilakukan jika mengalami kesalahan...
Artinya pada hakikatnya para Nabi itu tidak melakukan kesalahan, namun diadegankan melakukan kesalahan untuk memberikan pelajaran
Bukti lain dari itu adl pada suatu waktu Rasulullah shalat Ashar hanya dua rakaat saja. Tentu saja para Sahabat bertanya2...
Apa Rasul lupa? Atau salah? Atau syariat baru? Dan saat ada yg tanya, Rasul langsung menjawab, tidak salah juga tidak lupa...
Wa innama unassa li usyarri', bahwa aku dibuat lupa/dibuat salah untuk mensyariatkan ajaran baru lagi... Itu yg dikatakan Nabi
Dalam hadits sebab musabab disyariatkan sujud sahwi dalam sholat kala lalai/melakukan kesalahan dlm rukun
Pada akhirnya, kita harus dg baik belajar bertatakrama kepada para Nabi jika ingin benar & tepat dlm menjalankan syariat
Sebab ketidakadaan tatakrama pada Nabi efeknya sangat tidak baik tak hanya pada seorang muslim, namun manusia secara umum
Karena para Nabi dan Rasul (yg jumlahnya 124.000 itu) adl kelompok manusia terbaik pilihan Allah yg terjaga dari salah & dosa
Moga mencerahkan, menambah ilmu dan tahu bagaimana bertatakrama pada para Nabi khususnya Junjungan Nabi Muhammad S.a.w... Salam
Apalagi saat aku jawab "tidak" ada yg memberi negasi bahwa Nabi pernah melakukan "kesalahan" dg argumen QS. 80
Mana yg benar? Nabi (juga para Nabi yg lain) pernah melakukan kesalahan apa tidak pernah? Lalu bagaimana taujih atas QS. 80 itu?
Sebelum meneruskan twit, aku pernah kultwit bahwa dlm memposisikan Nabi adl sebagai qudwah, panutan, bukan miqyas, persamaan
(sila baca di sini http://t.co/AynEIdzXbh ), sebab menganalogikan diri dg para Nabi adl bentuk kekurangajaran yg menyendiri
Kita memang tidak bisa begitu saja menyalahkan orang awam yg berpikir bahwa Rasulullah (juga Nabi yg lain) pernah berbuat salah
Tapi kita bisa mengarahkan mereka agar tidak terus2an berpikiran bahwa para Nabi-pun jg melakukan kesalahan. Dan ini ranahnya adl Ihsan
Atau dzauq (kepekaan bertatakrama) khususnya kepada para Nabi, kelompok manusia terbaik pengajar dan penuntun kehidupan semesta
Jika kita pernah belajar Aqidatul Awam di masa kecil kita, ada 3 bait yg menjelaskan ekselensi2 khusus para Nabi
Dan bait ketiga adl ekselensi "ishmah", atau terjaganya para Nabi dari dosa dan kesalahan sejak mereka belum resmi diangkat sbgai Nabi
Dan Ishmah-nya para Nabi ini adl ideologi paling dasar dari Ahlus Sunnah wal Jamaah. Berpikiran Nabi tdk ma'shum bisa bahaya pd keimanan
Lantas bagaimana arahan perihal peristiwa2 yg secara lahiriah seolah para Nabi itu berbuat "kesalahan"?
Semisal kisah melanggarnya Nabi Adam dg makan buah larangan, kaburnya Nabi Yunus dari kepentingan dakwah, komplainnya Nabi Nuh...
...soal anaknya yg terbawa banjir raksasa, sikap Nabi Musa sampai disuruh berguru kehidupan lagi pada seseorang, atau kisah di QS. 80
...soal Nabi kita yg sempat merasa terganggu dg kehadiran seorang tuna netra saat beliau sedang mengajak tokoh Quraisy memeluk Islam
Atau Nabi Daud yg berpikiran ingin menikahi wanita yg ternyata telah jadi istri orang, atau Nabi Ibrahim yg mengaku sakit padahal tidak
Tentu saja para Nabi itu mendapat "teguran" langsung dari Allah. Nah apa arahan bagi kita melihat semua fakta dalam al-Qur'an itu?
Sebelumnya, ada dua hal yg harus kita pahami dg baik terlebih dahulu menyikapi "kesalahan" para Nabi ini...
Pertama, adl jangan pernah sekalipun menyamakan "kesalahan" mereka seperti kesalahan2 naif yg kerap kita perbuat
Kedua, kita harus tahu bahwa para Nabi ini pendidikan, tarbiyah dan penjagaannya langsung di Tangan Allah
Dan kita juga harus tahu Tugas Utama para Nabi, yaitu mengajarkan ummat manusia bagaimana menempuh kehidupan ini. Dan tentu saja...
. ...salah satunya adl bagaimana cara bersikap jika melakukan kesalahan. Dari sini kita harus melihat bahwa "kesalahan2" yg dilakukan...
...para Nabi itu adl sejenis adegan, maka tentu ketidaktepatan saat seseorang melihat pada titik "kesalahan"-nya...
Sebab fokus dan pesan yg disampaikan Allah melalui para Rosulnya itu adl bagaimana yg harus dilakukan jika mengalami kesalahan...
Artinya pada hakikatnya para Nabi itu tidak melakukan kesalahan, namun diadegankan melakukan kesalahan untuk memberikan pelajaran
Bukti lain dari itu adl pada suatu waktu Rasulullah shalat Ashar hanya dua rakaat saja. Tentu saja para Sahabat bertanya2...
Apa Rasul lupa? Atau salah? Atau syariat baru? Dan saat ada yg tanya, Rasul langsung menjawab, tidak salah juga tidak lupa...
Wa innama unassa li usyarri', bahwa aku dibuat lupa/dibuat salah untuk mensyariatkan ajaran baru lagi... Itu yg dikatakan Nabi
Dalam hadits sebab musabab disyariatkan sujud sahwi dalam sholat kala lalai/melakukan kesalahan dlm rukun
Pada akhirnya, kita harus dg baik belajar bertatakrama kepada para Nabi jika ingin benar & tepat dlm menjalankan syariat
Sebab ketidakadaan tatakrama pada Nabi efeknya sangat tidak baik tak hanya pada seorang muslim, namun manusia secara umum
Karena para Nabi dan Rasul (yg jumlahnya 124.000 itu) adl kelompok manusia terbaik pilihan Allah yg terjaga dari salah & dosa
Moga mencerahkan, menambah ilmu dan tahu bagaimana bertatakrama pada para Nabi khususnya Junjungan Nabi Muhammad S.a.w... Salam
Dalil Qoth'i dan Dalil Dzonni
Sebagai muslim, dalam memahami syariah kita harus memahami bahwa di sana ada hukum yg berlandaskan dalil2 qoth'iy (dalil pasti)..
Dan banyak jg hukum yg berlandaskan dalil2 dzonni (dalil yg bisa menimbulkan dua/lebih pemahaman, tergantung siapa yg membaca)..
Dalil qoth'i sama sekali tidak bisa diganggu gugat, sementara dalil dzonni bisa berubah secara kondisional, tentu dg persyaratan2 khusus
Semisal hukum berdasar dalil qoth'i adalah kewajiban sholat, puasa, keharaman zina, minuman memabukkan, mencuri, dll
Adapun misal dalil dzonni adalah setiap hukum yg di sana terjadi perselisihan pendapat antara para ulama'. Nah ini wilayah madzhab
Dan pada dalil2 dzonni (yg pemahamannya terjadi lebih dari 1 interpretasi) adalah wilayah ijtihad para ulama selama ini.
Semisal musik, kenapa dalam kultwitku aku katakan ranahnya adalah furu'iyyah fiqhiyyah? Sebab tak dalil pasti yg mengharamkan musik.
Artinya kasus semacam musik yg di sana pada kenyataannya juga sejak dulu terjadi perbedaan pendapat para ulama', wilayahnya adalah ini.
Maka jika ada kata "haram", kita harus bisa membedakan di mana wilayahnya. Apa wilayah qoth'i atau dzonni? Meski agak rumit
Sebab ada sebagian kelompok yg sukanya memaksakan pendapatnya kepada orang lain dg tanpa melihat aturan2 main yg disepakati ulama itu
Kalau haram ya haram, seolah yg lain yg tidak berpendapat haram itu salah besar. Dan dalam kasus tertentu dianggap sesat ujung2nya kafir
Kegegabahan mudah menyalahkan (apalagi jika ranahnya fiqih) menunjukkan orang tersebut tidak paham sama sekali konsep ijtihad dlm Islam
Apalagi ushul fiqh. Makanya sering aku pribadi jumpai mereka yg berislamnya "cukup keras" itu kebanyakan tidak paham hal2 ini.
Belum lagi watak doktrinan mereka (khususnya Salafi) yg kalau A ya A. Nggak ada itu B atau C, padahal ini soal ikhtilaful madzahib
Wajar kalau seperti mereka pasti keok kalau debat dg syiah/liberal sebab tidak paham ushul fiqh apalagi mantiq. Bisanya cuma marah2
Alhasil, jika kita menemukan hukum yg terjadi perbedaan pendapat antar ulama' (madzhab2) artinya di sana ada alternatif pilihan.
Dan umpama jika ada orang pilih pendapat A, kita tidak bisa memaksanya untuk B. Kecuali dalil Qoth'i yg memang tidak bisa diganggu gugat
Dan juga kita tidak bisa begitu saja menyalahkannya, sebab dalam wilayah ijtihad, jika benar dapat pahala dua,jika salah dpt pahala satu
Dan banyak jg hukum yg berlandaskan dalil2 dzonni (dalil yg bisa menimbulkan dua/lebih pemahaman, tergantung siapa yg membaca)..
Dalil qoth'i sama sekali tidak bisa diganggu gugat, sementara dalil dzonni bisa berubah secara kondisional, tentu dg persyaratan2 khusus
Semisal hukum berdasar dalil qoth'i adalah kewajiban sholat, puasa, keharaman zina, minuman memabukkan, mencuri, dll
Adapun misal dalil dzonni adalah setiap hukum yg di sana terjadi perselisihan pendapat antara para ulama'. Nah ini wilayah madzhab
Dan pada dalil2 dzonni (yg pemahamannya terjadi lebih dari 1 interpretasi) adalah wilayah ijtihad para ulama selama ini.
Semisal musik, kenapa dalam kultwitku aku katakan ranahnya adalah furu'iyyah fiqhiyyah? Sebab tak dalil pasti yg mengharamkan musik.
Artinya kasus semacam musik yg di sana pada kenyataannya juga sejak dulu terjadi perbedaan pendapat para ulama', wilayahnya adalah ini.
Maka jika ada kata "haram", kita harus bisa membedakan di mana wilayahnya. Apa wilayah qoth'i atau dzonni? Meski agak rumit
Sebab ada sebagian kelompok yg sukanya memaksakan pendapatnya kepada orang lain dg tanpa melihat aturan2 main yg disepakati ulama itu
Kalau haram ya haram, seolah yg lain yg tidak berpendapat haram itu salah besar. Dan dalam kasus tertentu dianggap sesat ujung2nya kafir
Kegegabahan mudah menyalahkan (apalagi jika ranahnya fiqih) menunjukkan orang tersebut tidak paham sama sekali konsep ijtihad dlm Islam
Apalagi ushul fiqh. Makanya sering aku pribadi jumpai mereka yg berislamnya "cukup keras" itu kebanyakan tidak paham hal2 ini.
Belum lagi watak doktrinan mereka (khususnya Salafi) yg kalau A ya A. Nggak ada itu B atau C, padahal ini soal ikhtilaful madzahib
Wajar kalau seperti mereka pasti keok kalau debat dg syiah/liberal sebab tidak paham ushul fiqh apalagi mantiq. Bisanya cuma marah2
Alhasil, jika kita menemukan hukum yg terjadi perbedaan pendapat antar ulama' (madzhab2) artinya di sana ada alternatif pilihan.
Dan umpama jika ada orang pilih pendapat A, kita tidak bisa memaksanya untuk B. Kecuali dalil Qoth'i yg memang tidak bisa diganggu gugat
Dan juga kita tidak bisa begitu saja menyalahkannya, sebab dalam wilayah ijtihad, jika benar dapat pahala dua,jika salah dpt pahala satu
Melihat Sisi Positif Dari Faktor 'X'-nya Fatin Shidqia
Assalamu alaikum.. Apa kabar tweeps semua, semoga pekan ini kita mulai dg ceria..
Sebelumnya secara person tentu aku mengucapkan Congrats pada @FatinSL yg
Dan juga sangat salut pada para @Fatinistic yg begitu fanatik dan militan
Mungkin sebagian teman heran (atau bahkan ingkar), kok bisa2nya seorang Awy yg dg background sprti itu kok @Fatinistic banget (gt ya? :D)
Kultwit ini nggak hendak membersihkan diri, membela diri, ke-ge er-an atau apa
Kenapa aku suka @FatinSL dan bergabung dalam @Fatinistic ? Aku pribadi (dg
Pertama, sepertinya kayak kebanyakan @Fatinistic yg lain, aku ngefans @FatinSL begitu saja saat pertama kali lihat performnya
Tanpa ada alasan spesifik kenapa suka. Berjilbab? Bisa jadi. Polos? Lugu? Mungkin. Suara enak? Itu pasti. Yg jelas, ini namanya faktor X
Naksir? Biasa saja, untuk aku yg usianya dua kali lipatnya usia @FatinSL ya tentu saja ndak nyambung lah. Sukanya bukan sebab itu.
Ya, tapi kamu kan ada orang yg manggil kamu "ustadz", "kyai", apa ya pantes ikut-ikutan jadi @Fatinistic gitu?
Belum juga bukannya musik itu haram? Jawabanku, what's wrong jika aku suka @FatinSL tanpa sebab? Berarti itu bukan "dari" aku.
Lagipula soal keharaman musik itu muqoyyad (tergantung), aku tidak hendak membahasnya detail sebab sudah pernah aku kultwitkan.
Tweeps bisa membacanya di sini http://t.co/eglItsSZ1o dan tweeps akan tahu aku berada pada posisi mana
Lagipula ranah pembahasan musik itu bukan ushuliyyah aqo-idiyyah.. Tapi furu'iyyah fiqhiyyah.. Jadi nggak perlu diwah-wahkan.
Sebenarnya ada beberapa hal lain yg bisa kita ambil pelajaran sekaligus dari fenomena @FatinSL dan @Fatinistic ini.
Pertama, seorang yg menempatkan diri sebagai agen dakwah harus cerdas membaca keadaan dan membaca peluang dakwah itu sendiri.
Bahwa skecil apapun peluang hrs dimanfaatkan dg baik. Apalagi ini peluang cukup besar. Ingat, @FatinSL brjilbab, & kita tahu apa artinya
Ya, tapi masa' berjilbab kok nyanyi2 gt, pakaiannya "tabarruj". Kalau kita menilai dari sudut negatif, tak akan ada selesainya.
Tapi jika kita melihat dari sudut pandang positif, semua akan berbeda total. Apa kita lupa bahwa Nabi mengajarkan kita untuk...
... Melihat segala sesuatu dg positif? Untuk selalu membawa muslim yg lain pada mahmal hasan? Kemungkinan2 baik?
Jadi jika kita memilih menjadi penyebar kebaikan, yg harus kita lakukan adalah kemampuan merangkul. Bukan malah "jijik" melihat yg lain
Semalam ada jg yg tanya. Apa pentingnya? Aku jawab, sangat penting. Itu di belakang @FatinSL ada berapa juta orang yg bisa diarahkan?
Cukup hanya dengan @FatinSL saja dg faktor X-nya yg lain. Pendek kata secara tak langsung dia bisa jadi alat syiar. Positif sekali kan?
Maka di antara pelajaran penting bagi Da'i dari @FatinSL dan @Fatinistic ini adalah: belajarlah mengarahkan, jangan menyalahkan.
Sebab untuk menuju menjadi baik itu butuh proses. Jangan pernah membandingkan proses kebaikan diri dg proses orang lain. Tidak sama.
Karena kalau membandingkan, artinya seseorang itu merasa dirinya baik. Saat itu tak sadar dia terseret peta tipuan iblis..
Maka seorang Da'i itu dalam berdakwah harus paham dg baik filosofi gelas yg isinya tinggal separoh..
Apa dia dalam berdakwah cara berpikirnya "Yah, tinggal separoh", apa "alhamdulillah, masih separoh"? Kalau pertama, berarti nggak sukses
Sebenarnya seorang Da'i tak akan heran dg fenomena @FatinSL dan @Fatinistic jika dia paham sejarah Sunan Kalijogo dan ingat Nabi Daud
Dan sebenarnya ini juga ujian hati bagi dia dan ujian buat strategi dakwahnya. Bisa nggak melewati dan memanfaatkannya?
Maka pada akhirnya, intinya adalah kita harus terlebih dahulu berhusnuddzon dalam memandang segala sesuatu. Apalagi sesama muslim
Dan jangan kira belajar berhusnuddzon itu gampang lho? Kita lebih mudah memandang segala sesuatu dg negatif dan suudzon.
Padahal suudzon itu bisa menyeret 14 penyakit hati sekaligus (komplikasi parah) yg bisa menghancurleburkan semua pahala amalanmu
So, kita masih perlu banyak belajar berhusnuddzon, mencari kemungkinan2 baik dari hal sederhana tapi penuh fenomena semacam @FatinSL
Maka aku pribadi sangat berterimakasih pada @FatinSL jg @Fatinistic yg malah membuka lebar2 sudut pandang positif dakwah yg lain
Akhir kultwit, Fatin Fatiiiiiin? FOYAAAAA :D ... Congrats @FatinSL dan kompak selalu @Fatinistic .. Kita adalah satu keluarga..
Sebelumnya secara person tentu aku mengucapkan Congrats pada @FatinSL yg
Dan juga sangat salut pada para @Fatinistic yg begitu fanatik dan militan
Mungkin sebagian teman heran (atau bahkan ingkar), kok bisa2nya seorang Awy yg dg background sprti itu kok @Fatinistic banget (gt ya? :D)
Kultwit ini nggak hendak membersihkan diri, membela diri, ke-ge er-an atau apa
Kenapa aku suka @FatinSL dan bergabung dalam @Fatinistic ? Aku pribadi (dg
Pertama, sepertinya kayak kebanyakan @Fatinistic yg lain, aku ngefans @FatinSL begitu saja saat pertama kali lihat performnya
Tanpa ada alasan spesifik kenapa suka. Berjilbab? Bisa jadi. Polos? Lugu? Mungkin. Suara enak? Itu pasti. Yg jelas, ini namanya faktor X
Naksir? Biasa saja, untuk aku yg usianya dua kali lipatnya usia @FatinSL ya tentu saja ndak nyambung lah. Sukanya bukan sebab itu.
Ya, tapi kamu kan ada orang yg manggil kamu "ustadz", "kyai", apa ya pantes ikut-ikutan jadi @Fatinistic gitu?
Belum juga bukannya musik itu haram? Jawabanku, what's wrong jika aku suka @FatinSL tanpa sebab? Berarti itu bukan "dari" aku.
Lagipula soal keharaman musik itu muqoyyad (tergantung), aku tidak hendak membahasnya detail sebab sudah pernah aku kultwitkan.
Tweeps bisa membacanya di sini http://t.co/eglItsSZ1o dan tweeps akan tahu aku berada pada posisi mana
Lagipula ranah pembahasan musik itu bukan ushuliyyah aqo-idiyyah.. Tapi furu'iyyah fiqhiyyah.. Jadi nggak perlu diwah-wahkan.
Sebenarnya ada beberapa hal lain yg bisa kita ambil pelajaran sekaligus dari fenomena @FatinSL dan @Fatinistic ini.
Pertama, seorang yg menempatkan diri sebagai agen dakwah harus cerdas membaca keadaan dan membaca peluang dakwah itu sendiri.
Bahwa skecil apapun peluang hrs dimanfaatkan dg baik. Apalagi ini peluang cukup besar. Ingat, @FatinSL brjilbab, & kita tahu apa artinya
Ya, tapi masa' berjilbab kok nyanyi2 gt, pakaiannya "tabarruj". Kalau kita menilai dari sudut negatif, tak akan ada selesainya.
Tapi jika kita melihat dari sudut pandang positif, semua akan berbeda total. Apa kita lupa bahwa Nabi mengajarkan kita untuk...
... Melihat segala sesuatu dg positif? Untuk selalu membawa muslim yg lain pada mahmal hasan? Kemungkinan2 baik?
Jadi jika kita memilih menjadi penyebar kebaikan, yg harus kita lakukan adalah kemampuan merangkul. Bukan malah "jijik" melihat yg lain
Semalam ada jg yg tanya. Apa pentingnya? Aku jawab, sangat penting. Itu di belakang @FatinSL ada berapa juta orang yg bisa diarahkan?
Cukup hanya dengan @FatinSL saja dg faktor X-nya yg lain. Pendek kata secara tak langsung dia bisa jadi alat syiar. Positif sekali kan?
Maka di antara pelajaran penting bagi Da'i dari @FatinSL dan @Fatinistic ini adalah: belajarlah mengarahkan, jangan menyalahkan.
Sebab untuk menuju menjadi baik itu butuh proses. Jangan pernah membandingkan proses kebaikan diri dg proses orang lain. Tidak sama.
Karena kalau membandingkan, artinya seseorang itu merasa dirinya baik. Saat itu tak sadar dia terseret peta tipuan iblis..
Maka seorang Da'i itu dalam berdakwah harus paham dg baik filosofi gelas yg isinya tinggal separoh..
Apa dia dalam berdakwah cara berpikirnya "Yah, tinggal separoh", apa "alhamdulillah, masih separoh"? Kalau pertama, berarti nggak sukses
Sebenarnya seorang Da'i tak akan heran dg fenomena @FatinSL dan @Fatinistic jika dia paham sejarah Sunan Kalijogo dan ingat Nabi Daud
Dan sebenarnya ini juga ujian hati bagi dia dan ujian buat strategi dakwahnya. Bisa nggak melewati dan memanfaatkannya?
Maka pada akhirnya, intinya adalah kita harus terlebih dahulu berhusnuddzon dalam memandang segala sesuatu. Apalagi sesama muslim
Dan jangan kira belajar berhusnuddzon itu gampang lho? Kita lebih mudah memandang segala sesuatu dg negatif dan suudzon.
Padahal suudzon itu bisa menyeret 14 penyakit hati sekaligus (komplikasi parah) yg bisa menghancurleburkan semua pahala amalanmu
So, kita masih perlu banyak belajar berhusnuddzon, mencari kemungkinan2 baik dari hal sederhana tapi penuh fenomena semacam @FatinSL
Maka aku pribadi sangat berterimakasih pada @FatinSL jg @Fatinistic yg malah membuka lebar2 sudut pandang positif dakwah yg lain
Akhir kultwit, Fatin Fatiiiiiin? FOYAAAAA :D ... Congrats @FatinSL dan kompak selalu @Fatinistic .. Kita adalah satu keluarga..
Wudhu Bagi Orang Kecelakaan
Apa kabar tweeps? Masih menikmati berlebaran ya? Seminggu yg indah bersama keluarga... Semoga benar2 ber-idul fitri sesuai maknanya..
Di antara budaya khas bangsa kita menjelang id dan seminggu sesudah id adalah budaya mudik.. Dan setelahnya tentu balik....
Dan kita tahu bahwa cukup banyak -laa samahallah- kecelakaan terjadi saat arus mudik dan arus balik. Semoga Allah Melindungi kita, Amiin.
Nah sekarang bagaimana dg orang yg mengalami kecelakaan dan terluka perihal sholat dan wudhunya? Dg elegan Islam telah mengaturnya.
Sebelumnya kita semua telah tahu bahwa sholat itu wajib dalam keadaan apapun dan dg cara bagaimanapun selama orang itu sadar..
Dan siapapun tahu bahwa sebelum sholat seorang muslim diharuskan wudhu. Jika tidak ada maka tayammum....
Sekarang bagaimana cara wudhu/mandi orang yg mengalami kecelakaan hingga harus diperban?.
Dalam fiqh, permasalahan ini diatur dalam bab "al-mash alal jaba-ir", atau membasuh di atas perban.
Agak sedikit rumit namun perlu diperhatikan sebab berhubung dengan syarat sahnya sholat....
Jika yg terluka adalah anggota tubuh selain tempat wudhu (yg terluka bukan kepala, wajah, tangan dan kaki), maka tak ada masalah apapun..
Yakni tetap wudhu normal seperti biasa..
Jika yg terluka dan yg diperban adalah anggota wudhu (semisal kaki atau kepala), maka saat wudhu, anggota yg selamat (wajah, tangan)....
Tetap dg air... Sementara kaki yg diperban, atau kepala (jika tertutup semua) yg tidak mungkin dibasuh dg air....
Sebagai gantinya dilakukan tayammum (setelah mengeringkan bekas air di wajah dan di tangan).
Setelah itu sholat seperti biasa, jika tidak mungkin sholat dg normal maka sholat dg duduk/berbaring.. Sesanggupnya.
Perihal apakah sebelum memasang perban itu harus dalam keadaan suci dulu atau tidak, ada sedikit perbedaan..
Syafi'i & Hambali berpendapat, sebelum diperban, pasien diwudhukan lebih dulu. Sementara Maliki & Hanafi berpendapat tdk perlu, ribet.
Oh ya, sebelum bertayammum (sebagai ganti anggota tubuh yg diperban), perbannya tadi dibasuh dg air (asal basah).
Namun sekarang, jika yg diperban adalah anggota wudhu + tayammum (wajah dan tangan), maka dlm keadaan ini sholatnya li hurmatil waqt.
Yakni tetap sholat di waktu itu hanya saja tetap qodho' nanti saat sembuh. Karena pasien tdk mungkin bersuci dlm keadaan apapun..
Sedangkan jika sekarang pasien mengalami hadats besar yg mengharuskannya mandi, tatacara sama dg wudhu....
Dg catatan yg diperban adalah bukan anggota tayammum (wajah/tangan)... Tubuh yg selamat dibasahi semua, perban dibasuh, lalu tayammum.
Jika yg diperban itu wajah/tangan (anggota tayammum), maka mandinya nanti sehabis perban dilepas dan luka mengering....
Semoga menambah ilmu, untuk lebih jelas, kembali ke kitab fiqh dan ngaji langsung ke Kyai/Ustadz terdekat....
Kultwit ini hanya sekedar reminder saja, tidak lebih. Selamat memulai hari dg ceria dan gembira. Titi DJ yah (hati2 Di Jalan)…
Di antara budaya khas bangsa kita menjelang id dan seminggu sesudah id adalah budaya mudik.. Dan setelahnya tentu balik....
Dan kita tahu bahwa cukup banyak -laa samahallah- kecelakaan terjadi saat arus mudik dan arus balik. Semoga Allah Melindungi kita, Amiin.
Nah sekarang bagaimana dg orang yg mengalami kecelakaan dan terluka perihal sholat dan wudhunya? Dg elegan Islam telah mengaturnya.
Sebelumnya kita semua telah tahu bahwa sholat itu wajib dalam keadaan apapun dan dg cara bagaimanapun selama orang itu sadar..
Dan siapapun tahu bahwa sebelum sholat seorang muslim diharuskan wudhu. Jika tidak ada maka tayammum....
Sekarang bagaimana cara wudhu/mandi orang yg mengalami kecelakaan hingga harus diperban?.
Dalam fiqh, permasalahan ini diatur dalam bab "al-mash alal jaba-ir", atau membasuh di atas perban.
Agak sedikit rumit namun perlu diperhatikan sebab berhubung dengan syarat sahnya sholat....
Jika yg terluka adalah anggota tubuh selain tempat wudhu (yg terluka bukan kepala, wajah, tangan dan kaki), maka tak ada masalah apapun..
Yakni tetap wudhu normal seperti biasa..
Jika yg terluka dan yg diperban adalah anggota wudhu (semisal kaki atau kepala), maka saat wudhu, anggota yg selamat (wajah, tangan)....
Tetap dg air... Sementara kaki yg diperban, atau kepala (jika tertutup semua) yg tidak mungkin dibasuh dg air....
Sebagai gantinya dilakukan tayammum (setelah mengeringkan bekas air di wajah dan di tangan).
Setelah itu sholat seperti biasa, jika tidak mungkin sholat dg normal maka sholat dg duduk/berbaring.. Sesanggupnya.
Perihal apakah sebelum memasang perban itu harus dalam keadaan suci dulu atau tidak, ada sedikit perbedaan..
Syafi'i & Hambali berpendapat, sebelum diperban, pasien diwudhukan lebih dulu. Sementara Maliki & Hanafi berpendapat tdk perlu, ribet.
Oh ya, sebelum bertayammum (sebagai ganti anggota tubuh yg diperban), perbannya tadi dibasuh dg air (asal basah).
Namun sekarang, jika yg diperban adalah anggota wudhu + tayammum (wajah dan tangan), maka dlm keadaan ini sholatnya li hurmatil waqt.
Yakni tetap sholat di waktu itu hanya saja tetap qodho' nanti saat sembuh. Karena pasien tdk mungkin bersuci dlm keadaan apapun..
Sedangkan jika sekarang pasien mengalami hadats besar yg mengharuskannya mandi, tatacara sama dg wudhu....
Dg catatan yg diperban adalah bukan anggota tayammum (wajah/tangan)... Tubuh yg selamat dibasahi semua, perban dibasuh, lalu tayammum.
Jika yg diperban itu wajah/tangan (anggota tayammum), maka mandinya nanti sehabis perban dilepas dan luka mengering....
Semoga menambah ilmu, untuk lebih jelas, kembali ke kitab fiqh dan ngaji langsung ke Kyai/Ustadz terdekat....
Kultwit ini hanya sekedar reminder saja, tidak lebih. Selamat memulai hari dg ceria dan gembira. Titi DJ yah (hati2 Di Jalan)…
Renungan di Akhir Ramadhan
Tak terasa kita telah berada di penghujung bulan suci yang indah, Ramadhan. Sudahkah kita bisa memetik hal positif di bulan ini?.
Atau begitu banyak kegagalan yg justru kita alami di bulan yg bagi setiap muslim bagaikan madrasah yg mendidik jiwa dan ruh itu....
Boleh jadi di bulan ini kita sedikit bisa mengubah kebiasaan kita di hari2 biasa menjadi lebih religius. Terlebih keadaan jg mendukung.
Yg asalnya jarang2 baca al-Qur'an, di bulan ini kita bisa banyak waktu untuk membacanya, paling tidak sekali khataman.
Namun di saat yg sama kita masih cukup kewalahan mengekang nafsu kita, padahal setan udah diikat, tapi kenapa masih sering lolos?.
Kita masih beranggapan bahwa puasa itu menahan diri di siangnya saja, dan malamnya kita lepas kontrol memuaskan keinginan nafsu2 kita.
Dan itu bisa kita rasakan saat berbuka puasa. Ketamakan & keserigalaan nafsu kita muncul saat itu dg hendak menyantap semua aneka makanan.
Jenis makanan & minuman apa saja terhidang di hadapan kita, tak sabar menunggu adzan tiba, seolah semua mau dimakan sekalian mejanya.
Harus kita akui jg, kemalasan sering melanda kita di bulan mulia ini, khususnya malam, sangat jarang kita bisa tarawih dg lengkap....
Itu pun kita masih mencari musholla/masjid dg imam yg bacaannya setelah fatihah hanya satu ayat seukuran alif lam mim.
Atau, mungkin syukurlah kita bisa puasa dan qiyam dg lengkap, tapi bisikan pemusnah ibadah yg lain bertiup. Kita merasa diri kita baik.
Atau pahala puasa seharian kita ludeskan sendiri malam harinya dg ngobrol yg ujungnya ngomongin orang lain..
Lebih parah lagi di antara kita ada yg beranggapan menahan mulut dr kata buruk pas puasa siang harinya. Usai buka, mulai hujat sana sini.
Harus kita akui bersama bahwa puasa kita masih kelas puasa gali lobang tutup lobang.
Harus kita akui bersama bahwa puasa kita masih kelas puasa tambal sulam.
Harus kita akui, bahwa puasa yg semestinya "junnah" (perisai), itu kita lobangi sendiri dg tindakan2 kita menuruti nafsu2 kita.
Harus kita akui bahwa kita kehilangan makna ihsan dalam puasa kita. Kita hanya memenuhi syarat syariatnya saja..
Fisik kita puasa, tapi diam2 kita masih melakukan dosa yg sama, belum ada perubahan signifikan apapun kecuali sedikit.
Kita diberi Allah kesempatan sebulan melakukan koreksi diri, menaikkan level ruh kita, tapi semua kita lakukan dg tidak tertata..
Tentu suatu kerugian saat kita keluar dari fakultas ramadhan ini dalam kondisi ruh yg tidak berubah banyak....
Atau jangan2 kita telah berencana sehabis ramadhan ini akan menuntaskan dendam2 kita semisal perdebatan dg yg tak sehaluan?.
Jika memang ia, maka artinya kita telah gagal total di Ramadhan ini. Oke, tanggungan memang lepas, tapi tak ada efek positif apapun..
Itu belum kita yg masih diributkan di bulan suci ini dg tengkar2 kecil akan hal2 sepele yg tidak semestinya kita perkarakan.
Alhasil jika kita memindai puasa kita selama sebulan penuh ini, kita akan temukan ruh kita masih belepotan di sana sini.
Saatnya kita meninggalkan ramadhan kali ini dan menyambut kedatangan Idul Fitri dg penuh rasa sesal dan rasa malu atas bobroknya jiwa
Dan semoga Allah Mempertemukan kita dg Ramadhan tahun depan tidak dg kondisi jiwa, ruh, & mental seperti Ramadhan tahun ini..
Semoga jg nilai positif ramadhan kali ini membekas di jiwa kita sebagai bekal 11 bulan ke depan, untuk menyongsong hidup yg keras.
Akhir twit, mohon maaf lahir batin atas seluruh kekhilafan dan kata yg tidak mengenakkan....
Semoga kita termasuk yg ber-aidin, termasuk faizin dan tentu jg ibadah2 kita di Ramadhan ini diterima Allah Ta'ala.
Lagipula, "laisal id li man labisal jadid, wa innamal id li man tho'atuhu yazid". Id bukan buat yg brbaju baru,tapi yg ketakwaannya naik.
Moga kita termasuk yg merayakan Idul Fitri dg makna sebenarnya... Asakum min Awwadih :) amiin
Atau begitu banyak kegagalan yg justru kita alami di bulan yg bagi setiap muslim bagaikan madrasah yg mendidik jiwa dan ruh itu....
Boleh jadi di bulan ini kita sedikit bisa mengubah kebiasaan kita di hari2 biasa menjadi lebih religius. Terlebih keadaan jg mendukung.
Yg asalnya jarang2 baca al-Qur'an, di bulan ini kita bisa banyak waktu untuk membacanya, paling tidak sekali khataman.
Namun di saat yg sama kita masih cukup kewalahan mengekang nafsu kita, padahal setan udah diikat, tapi kenapa masih sering lolos?.
Kita masih beranggapan bahwa puasa itu menahan diri di siangnya saja, dan malamnya kita lepas kontrol memuaskan keinginan nafsu2 kita.
Dan itu bisa kita rasakan saat berbuka puasa. Ketamakan & keserigalaan nafsu kita muncul saat itu dg hendak menyantap semua aneka makanan.
Jenis makanan & minuman apa saja terhidang di hadapan kita, tak sabar menunggu adzan tiba, seolah semua mau dimakan sekalian mejanya.
Harus kita akui jg, kemalasan sering melanda kita di bulan mulia ini, khususnya malam, sangat jarang kita bisa tarawih dg lengkap....
Itu pun kita masih mencari musholla/masjid dg imam yg bacaannya setelah fatihah hanya satu ayat seukuran alif lam mim.
Atau, mungkin syukurlah kita bisa puasa dan qiyam dg lengkap, tapi bisikan pemusnah ibadah yg lain bertiup. Kita merasa diri kita baik.
Atau pahala puasa seharian kita ludeskan sendiri malam harinya dg ngobrol yg ujungnya ngomongin orang lain..
Lebih parah lagi di antara kita ada yg beranggapan menahan mulut dr kata buruk pas puasa siang harinya. Usai buka, mulai hujat sana sini.
Harus kita akui bersama bahwa puasa kita masih kelas puasa gali lobang tutup lobang.
Harus kita akui bersama bahwa puasa kita masih kelas puasa tambal sulam.
Harus kita akui, bahwa puasa yg semestinya "junnah" (perisai), itu kita lobangi sendiri dg tindakan2 kita menuruti nafsu2 kita.
Harus kita akui bahwa kita kehilangan makna ihsan dalam puasa kita. Kita hanya memenuhi syarat syariatnya saja..
Fisik kita puasa, tapi diam2 kita masih melakukan dosa yg sama, belum ada perubahan signifikan apapun kecuali sedikit.
Kita diberi Allah kesempatan sebulan melakukan koreksi diri, menaikkan level ruh kita, tapi semua kita lakukan dg tidak tertata..
Tentu suatu kerugian saat kita keluar dari fakultas ramadhan ini dalam kondisi ruh yg tidak berubah banyak....
Atau jangan2 kita telah berencana sehabis ramadhan ini akan menuntaskan dendam2 kita semisal perdebatan dg yg tak sehaluan?.
Jika memang ia, maka artinya kita telah gagal total di Ramadhan ini. Oke, tanggungan memang lepas, tapi tak ada efek positif apapun..
Itu belum kita yg masih diributkan di bulan suci ini dg tengkar2 kecil akan hal2 sepele yg tidak semestinya kita perkarakan.
Alhasil jika kita memindai puasa kita selama sebulan penuh ini, kita akan temukan ruh kita masih belepotan di sana sini.
Saatnya kita meninggalkan ramadhan kali ini dan menyambut kedatangan Idul Fitri dg penuh rasa sesal dan rasa malu atas bobroknya jiwa
Dan semoga Allah Mempertemukan kita dg Ramadhan tahun depan tidak dg kondisi jiwa, ruh, & mental seperti Ramadhan tahun ini..
Semoga jg nilai positif ramadhan kali ini membekas di jiwa kita sebagai bekal 11 bulan ke depan, untuk menyongsong hidup yg keras.
Akhir twit, mohon maaf lahir batin atas seluruh kekhilafan dan kata yg tidak mengenakkan....
Semoga kita termasuk yg ber-aidin, termasuk faizin dan tentu jg ibadah2 kita di Ramadhan ini diterima Allah Ta'ala.
Lagipula, "laisal id li man labisal jadid, wa innamal id li man tho'atuhu yazid". Id bukan buat yg brbaju baru,tapi yg ketakwaannya naik.
Moga kita termasuk yg merayakan Idul Fitri dg makna sebenarnya... Asakum min Awwadih :) amiin
5 Jan 2014
Dasar Dakwah
Dasar dakwah adalah kasih sayang dan cinta ~Abuya Sayyid Ahmad bin Muhammad Al-Maliky~
Dasar dakwah adalah menghargai dan menghormati, terutama mereka yg telah mendahului kita, alladzina sabaquna bil iman
Dasar dakwah adalah menjalankan terlebih dahulu apa yg hendak didakwahkan... Praktek buat diri sendiri
Dasar dakwah adalah tidak merasa diri lebih baik dari yg diajak... Tetapi berjalan bersama menuju kebaikan
Dasar dakwah.. Tidak marah2
Dakwah sejati adalah dakwah yg menyejukkan bagi hati siapa saja, bahkan preman sekalipun...
Dasar dakwah... ilmu yg kuat, kesemangatan yg bagus.. Militansi tanpa ilmu sangat tidak bagus buat dakwah
Ilmu tanpa militansi juga tidak bagus bagi dakwah.. Macet
Dasar dakwah, ta'dzim kepada yg sepuh dan sayang kepada yg lebih muda.. Smile is anything for dakwah
Dasar dakwah adalah menghargai dan menghormati, terutama mereka yg telah mendahului kita, alladzina sabaquna bil iman
Dasar dakwah adalah menjalankan terlebih dahulu apa yg hendak didakwahkan... Praktek buat diri sendiri
Dasar dakwah adalah tidak merasa diri lebih baik dari yg diajak... Tetapi berjalan bersama menuju kebaikan
Dasar dakwah.. Tidak marah2
Dakwah sejati adalah dakwah yg menyejukkan bagi hati siapa saja, bahkan preman sekalipun...
Dasar dakwah... ilmu yg kuat, kesemangatan yg bagus.. Militansi tanpa ilmu sangat tidak bagus buat dakwah
Ilmu tanpa militansi juga tidak bagus bagi dakwah.. Macet
Dasar dakwah, ta'dzim kepada yg sepuh dan sayang kepada yg lebih muda.. Smile is anything for dakwah
Belajar Memaklumi dari Ahli Hadits
Kita semua pasti sangat familiar sekali dengan kitab-kitab hadits master semacam Shahih Bukhori, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzy...
Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasa-i dan Sunan Ibn Majah. 6 Kitab hadits puncak yg jadi referensi utama bagi muslim di manapun.
Ribuan hadits yg mereka riwayatkan dan bersambung langsung pada Nabi itu transmisi sanadnya melalui sekitar 10.000 ulama' hadits.
Tentu syarat utama untuk bisa diterima sebagai seorang penyampai hadits (Rowi) adalah seorang muslim. Artinya non muslim/kafir, tdk bisa
Setelah itu ada beberapa kriteria ketat agar seseorang periwayatannya bisa diterima, dan perinciannya terdapat dalam ilmu mustholah hadis
Titik utama yg harus kita perhatikan saat ini adalah bahwa perawi ini orang Islam. Oke? So yg nggak Islam tidak mungkin jadi Rowi.
Jika kita mempelajari kategori ilmu hadits diroyah yg lain, kita tahu di sana ada ilmu yg namanya Jarh wa Ta'dil.
Ilmu ini khusus membicarakan status para perawi ini melalui latar belakang hidupnya, kepribadiannya, perilakunya dan IDEOLOGI dia
Aku pusatkan kultwit ini pada perawi 6 kitab tadi saja dan aku ambilkan dari referensi jarh wa ta'dil yg paling kecil, Taqribut Tahdzib
Jika kita mau menengok latar belakang para perawi itu, jangan heran jika ternyata di antara mereka banyak sekali berideologi melenceng!
Bahkan perawi yg jadi transmisi sanadnya Bukhori dan Muslim. Tidak sedikit di antara mereka berideologi bukan ahlussunnah wal jamaah
Di sana ada perawi berstatus rumiya bit tasyauyu', Rofidhi,fih tasyayyu' yasir, syi'i,rumiya bin nashb,mu'tazili kabir, rumiya bil irja'
Yakni ideologi mereka ada yg Syiah, mulai syiah soft sampai syiah hard, ada yg tukang mengkafirkan, ada yg liberal, ada kebatinan, dll
Dan meski seperti itu, jika mereka tak mempropagandakan ideologinya itu, periwayatan mereka diterima.
Jika benar ideologi2 itu membuat mereka kafir, bukan bagian dari Islam, maka artinya periwayatan mereka diterima.
Pemahaman sebaliknya, jika riwayat hadits mereka diterima walau ideologinya menyimpang, artinya mereka tetap Islam. Meski syiah/liberal
Ralat poin 15: jika ideologi2 menyimpang itu membuat mereka kafir, maka periwayatan mereka jelas tidak diterima
Dan sebagaimana kita ketahui dalam kenyataannya riwayat orang2 seperti itu diterima. Sebab dalam hal ini yg dijalankan adl hukum dhohir
Tidak pernah kami baca di kitab sejarah apapun dari era para salaf seseorang dikafirkan hanya sebab dia syiah atau mu'tazilah...
Kalau disalahkan, didebat, saling adu argumen itu hal yg biasa, tapi mereka semua tetap saling menghargai sebagai muslim yg sama
Lah ini ngaku salafi, manhaj salaf, tapi mudah betul mengeluarkan orang dari lingkaran Islam sebab syiah sebab liberal, manhaje sopo iku
Apalagi masalah yg diributkan pun ternyata juga menjadi permasalahan yg mengalami perbedaan pendapat sejak dulu.
Atau masalah2 furu'iyyah fiqhiyyah yg menerima ijtihad namun diplintir dg cara digeneralisir semisal persoalan khamr
Andai semacam syiah mengkafirkan yg non syiah, itu permasalahan ada dalam mereka. Kita sebagai sunni tidak diajarkan mengkafirkan orang
Pun hak justifikasi kafirnya seseorang, jika kita belajar fiqh jinayat adalah ada pada pemerintahan/lembaga resmi, bukan personal
Maka ribut2 segala macam soal kemarin jika yg dihadapi adl orang yg "informasi" (informasi lho ya, bukan ilmu) Islamnya masih cetek..
Hanya akan menjadi debat kusir tak berkesudahan dan menunjukkan kapasitas ilmiah orang itu yg terbukti hanya copy paste dan doktrinan sj
Mengutip perkataan abadi Guru Besarku, Abuya Sayyid Muhammad bin Alwy Al-Maliky dan Syaikh Hasan Massyat, bahwa..
... Seseorang yg makin luas ilmunya (ilmu, bukan informasi lho ya), luas pemikirannya, maka akan semakin lapang dadanya dg perbedaan
Artinya, berdiskusi (ah, bukan diskusi menurutku) dg orang yg suka main tabrak tak akan menghasilkan nilai positif apapun..
Sebab semakin diberi dalil, diberi jawaban, seilmiah apapun, malah akan membuatnya semakin kerasukan sebab memang sudah terisi nafsu
Maka menghadapi orang yg suka menyalahkan, merasa dirinya selalu benar pada akhirnya adalah cukup dg senyuman. Tak perlu diteruskan.
Wa idza khotobahum-ul JAHILUNA .. Qolu.. SALAMA... (QS. Al-Furqon: 63)
Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasa-i dan Sunan Ibn Majah. 6 Kitab hadits puncak yg jadi referensi utama bagi muslim di manapun.
Ribuan hadits yg mereka riwayatkan dan bersambung langsung pada Nabi itu transmisi sanadnya melalui sekitar 10.000 ulama' hadits.
Tentu syarat utama untuk bisa diterima sebagai seorang penyampai hadits (Rowi) adalah seorang muslim. Artinya non muslim/kafir, tdk bisa
Setelah itu ada beberapa kriteria ketat agar seseorang periwayatannya bisa diterima, dan perinciannya terdapat dalam ilmu mustholah hadis
Titik utama yg harus kita perhatikan saat ini adalah bahwa perawi ini orang Islam. Oke? So yg nggak Islam tidak mungkin jadi Rowi.
Jika kita mempelajari kategori ilmu hadits diroyah yg lain, kita tahu di sana ada ilmu yg namanya Jarh wa Ta'dil.
Ilmu ini khusus membicarakan status para perawi ini melalui latar belakang hidupnya, kepribadiannya, perilakunya dan IDEOLOGI dia
Aku pusatkan kultwit ini pada perawi 6 kitab tadi saja dan aku ambilkan dari referensi jarh wa ta'dil yg paling kecil, Taqribut Tahdzib
Jika kita mau menengok latar belakang para perawi itu, jangan heran jika ternyata di antara mereka banyak sekali berideologi melenceng!
Bahkan perawi yg jadi transmisi sanadnya Bukhori dan Muslim. Tidak sedikit di antara mereka berideologi bukan ahlussunnah wal jamaah
Di sana ada perawi berstatus rumiya bit tasyauyu', Rofidhi,fih tasyayyu' yasir, syi'i,rumiya bin nashb,mu'tazili kabir, rumiya bil irja'
Yakni ideologi mereka ada yg Syiah, mulai syiah soft sampai syiah hard, ada yg tukang mengkafirkan, ada yg liberal, ada kebatinan, dll
Dan meski seperti itu, jika mereka tak mempropagandakan ideologinya itu, periwayatan mereka diterima.
Jika benar ideologi2 itu membuat mereka kafir, bukan bagian dari Islam, maka artinya periwayatan mereka diterima.
Pemahaman sebaliknya, jika riwayat hadits mereka diterima walau ideologinya menyimpang, artinya mereka tetap Islam. Meski syiah/liberal
Ralat poin 15: jika ideologi2 menyimpang itu membuat mereka kafir, maka periwayatan mereka jelas tidak diterima
Dan sebagaimana kita ketahui dalam kenyataannya riwayat orang2 seperti itu diterima. Sebab dalam hal ini yg dijalankan adl hukum dhohir
Tidak pernah kami baca di kitab sejarah apapun dari era para salaf seseorang dikafirkan hanya sebab dia syiah atau mu'tazilah...
Kalau disalahkan, didebat, saling adu argumen itu hal yg biasa, tapi mereka semua tetap saling menghargai sebagai muslim yg sama
Lah ini ngaku salafi, manhaj salaf, tapi mudah betul mengeluarkan orang dari lingkaran Islam sebab syiah sebab liberal, manhaje sopo iku
Apalagi masalah yg diributkan pun ternyata juga menjadi permasalahan yg mengalami perbedaan pendapat sejak dulu.
Atau masalah2 furu'iyyah fiqhiyyah yg menerima ijtihad namun diplintir dg cara digeneralisir semisal persoalan khamr
Andai semacam syiah mengkafirkan yg non syiah, itu permasalahan ada dalam mereka. Kita sebagai sunni tidak diajarkan mengkafirkan orang
Pun hak justifikasi kafirnya seseorang, jika kita belajar fiqh jinayat adalah ada pada pemerintahan/lembaga resmi, bukan personal
Maka ribut2 segala macam soal kemarin jika yg dihadapi adl orang yg "informasi" (informasi lho ya, bukan ilmu) Islamnya masih cetek..
Hanya akan menjadi debat kusir tak berkesudahan dan menunjukkan kapasitas ilmiah orang itu yg terbukti hanya copy paste dan doktrinan sj
Mengutip perkataan abadi Guru Besarku, Abuya Sayyid Muhammad bin Alwy Al-Maliky dan Syaikh Hasan Massyat, bahwa..
... Seseorang yg makin luas ilmunya (ilmu, bukan informasi lho ya), luas pemikirannya, maka akan semakin lapang dadanya dg perbedaan
Artinya, berdiskusi (ah, bukan diskusi menurutku) dg orang yg suka main tabrak tak akan menghasilkan nilai positif apapun..
Sebab semakin diberi dalil, diberi jawaban, seilmiah apapun, malah akan membuatnya semakin kerasukan sebab memang sudah terisi nafsu
Maka menghadapi orang yg suka menyalahkan, merasa dirinya selalu benar pada akhirnya adalah cukup dg senyuman. Tak perlu diteruskan.
Wa idza khotobahum-ul JAHILUNA .. Qolu.. SALAMA... (QS. Al-Furqon: 63)
Syiah dan JIL Tetap Muslim
Baru saja dimentionanku ada ribut2 soal syiah dan JIL. Yg pasti aku dibilang sesat segala.
Oke, perlu aku jelaskan di sini, dan selanjutnya silakan (yg ribut2 tadi dan temen2nya) menjugde apa saja, yg pasti ini pendirianku..
Aku mengatakan bahwa syiah dan JIL, meski aku tidak sependapat dengan mereka, berseberangan jauh, adalah tetap bagian Islam.
Aku tahu memang sebagian saudara muslim maunya menyatakan bahwa syiah dan JIL ini sesat sesesat-sesatnya, dan bukan Islam.
Apa semudah itu mau menjudge kelompok lain yg berseberangan sebagai kelompok yg bukan Islam? Kafir? Mudah betul?
Kira2 mereka yg gegabah menganggap syiah dan JIL bukan bagian Islam itu, apa sudah bener islamnya?
Apa sudah tahu mana batas seseorang dikatakan tetap Islam dan mana dikatakan seseorang itu keluar Islam?
Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim, bisa kafir sendiri antum! Ingat itu baik2. Sama2 nyebur neraka ga sadar. Tahu2 reunian di sana
Aku katakan kenapa syiah dan JIL tetap bagian Islam meski mereka salah? Sebab dua hal saja. Dan ingat, dua hal ini adalah garis merah!
Syiah atau JIL masih tetep syahadat dan tetap sholat. Dan ditegaskan Nabi bahwa yg syahadat dan sholat darah mereka adalah haram!
Apa kapasitas antum sehingga begitu saja menyesatkan orang yg bilang Syiah dan JIL bagian Islam?
Oke, kalau ahmadiyyah jelas keluar sebab mereka berkeyakinan ada Nabi lain. Tapi JIL dan Syiah? Lagipula syiah sendiri beragam.
Jadikan pedoman, jadilah muslim yg cerdas, bahwa selama seseorang itu mengucapkan syahadat dan sholat menghadap kiblat, maka dia muslim!
Perihal akidahnya melenceng, suka otak atik syariat, menghina shahabat Nabi itu hal lain yg berhubung dg dosa.
Jangan gegabah mengeluarkan seseorang dari lingkaran Islam hanya sebab dosa. Itu otak sesat dan otak bebal orang khawarij.
Dan orang2 neo khawarij saat ini adalah mereka yg mudah menyesatkan kelompok muslim yg lain yg tidak sependapat dengannya.
Dan sepanjang sejarah islam sepanjang hampir 1500 tahun, orang tukang menyesatkan dan mengkafirkan inilah pemecah belah kerukunan ummat!
Tanda mereka (seperti yg digambarkan Nabi),ibadahnya kenceng, praktek berislamnya semangat, tp hatinya busuk menganggap diri paling baik
Maaf twitku agak keras sebab permasalahan mengkafirkan orang itu bukan hal ringan! Jangan jungkalkan hidungmu sendiri ke neraka
Dan bagi yg belajar fiqh tahawwulat, golongan ini adalah tanda menengah kiamat yg fitnahnya terus berlangsung sampai datang dajjal.
Dan nanti (orang yg suka menyesatkan dan mengkafirkan ini), saat Dajjal keluar, mereka akan bergabung otomatis dg dajjal. Mau?..
Jangan dikira yg aku kultwitkan ini sekedar bicara, sekedar bela diri. Seluruhnya berlandas hadits shahih cukup di kutubussitah
Setelah tasawwuf, syiah, JIL, dan yg menganggap mereka tetap bagian Islam itu kalian sesatkan, setelah ini giliran siapa lagi?
Oke, silakan keluarkan JIL dan syiah dari Islam jika mereka memang udah nggak syahadat nggak sholat. Meski mereka tetap salah.
Tapi jika mereka (syiah dan JIL) tetap syahadat normal, sholat biasa, meski akidah dan pemikirannya melenceng, apa hak kita mengeluarkan
Yg perlu kita lakukan adalah menyadarkan, meluruskan dg baik. Bukan memberi stempel di jidat sebagai "bukan lagi islam".
Ingat, memahami Islam ini jangan kayak cerita 3 orang buta menggambarkan gajah, hasilnya beda2 dan tengkar karepe dhewe
Tapi memahami syariah ini mesti menyeluruh, jangan atas dasar 1-2 dalil itu2 saja yg pemahamannya pun salah.
Sebab kata "kafir" ini konsekwensinya tidak ringan. Salah menggunakan akan menampar mukamu sendiri.
Inti kultwit ini adalah mendudukkan di mana kita memposisikan syiah dan JIL dalam Islam. Soal kesalahan2 mereka adl urusan berikutnya.
Lagipula (jika memang benar JIL dan syiah keluar dari Islam), judge bukan hak personal, tapi hukumah islamiyyah.
Semoga mencerahkan. Jangan mudah menyesatkan apalagi mengkafirkan orang. Timbang baik2 segalanya.
Yg pasti, Syiah (yg berjenis2) dan JIL (yg juga berjenis2), bagiku pribadi ada kesalahan dalam pemikiran mereka. Tp keluar dari Islam? Tidak
Kecuali jika mereka menabrak sesuatu yg "ma'lum fid din bid dhoruroh" (dasar2 agama yg diketahui muslim paling awam sekalipun)
Itupun jika tidak menabrak syahadat dan sholat ranah wilayahnya pun dosa besar, tidak sampai keluar dari Islam.
Waktunya orang ngajak non muslim masuk Islam, ini malah ada kelompok bebal yg semangat nendangi saudaranya sendiri keluar dari Islam, aneh
Perihal syiah yg katanya mengkafirkan di luar syiah itu problem internal mereka. Jangan balas mengkafirkan, apa bedanya sama mereka.
Muslim yg cerdas itu yg dalam tatacara berpikir tidak hanya satu arah saja. Tapi bisa dua arah bolak-balik. Belajarlah jadi seperti itu.
Kebenaran, sepahit apapun, harus dikatakan... Meski nama dan nyawa taruhannya.. Lan atanazal abadan.. Bi idznillah
Yg ditakuti oleh mereka2 yg punya tatacara berpikir nggak bener hanyalah orang2 berilmu. Sebab kematian ada di depan mereka
Kalau ada dua kamar, satunya isi orang salafi,satunya isi orang syiah, kamu hendak memilih sekamar dg siapa? Smentara kduanya mengkafirkanmu
Syiah punya prinsip membunuh yg tidak sepaham dg mereka jika mereka punya force & power. Salafi tidak sampai. Kecuali yg jadi teroris
Kalau aku ya milih nggak tidur malam itu, berdiri di luar kamar aja, daripada mati dicekik oleh salah satunya :D
Oke, perlu aku jelaskan di sini, dan selanjutnya silakan (yg ribut2 tadi dan temen2nya) menjugde apa saja, yg pasti ini pendirianku..
Aku mengatakan bahwa syiah dan JIL, meski aku tidak sependapat dengan mereka, berseberangan jauh, adalah tetap bagian Islam.
Aku tahu memang sebagian saudara muslim maunya menyatakan bahwa syiah dan JIL ini sesat sesesat-sesatnya, dan bukan Islam.
Apa semudah itu mau menjudge kelompok lain yg berseberangan sebagai kelompok yg bukan Islam? Kafir? Mudah betul?
Kira2 mereka yg gegabah menganggap syiah dan JIL bukan bagian Islam itu, apa sudah bener islamnya?
Apa sudah tahu mana batas seseorang dikatakan tetap Islam dan mana dikatakan seseorang itu keluar Islam?
Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim, bisa kafir sendiri antum! Ingat itu baik2. Sama2 nyebur neraka ga sadar. Tahu2 reunian di sana
Aku katakan kenapa syiah dan JIL tetap bagian Islam meski mereka salah? Sebab dua hal saja. Dan ingat, dua hal ini adalah garis merah!
Syiah atau JIL masih tetep syahadat dan tetap sholat. Dan ditegaskan Nabi bahwa yg syahadat dan sholat darah mereka adalah haram!
Apa kapasitas antum sehingga begitu saja menyesatkan orang yg bilang Syiah dan JIL bagian Islam?
Oke, kalau ahmadiyyah jelas keluar sebab mereka berkeyakinan ada Nabi lain. Tapi JIL dan Syiah? Lagipula syiah sendiri beragam.
Jadikan pedoman, jadilah muslim yg cerdas, bahwa selama seseorang itu mengucapkan syahadat dan sholat menghadap kiblat, maka dia muslim!
Perihal akidahnya melenceng, suka otak atik syariat, menghina shahabat Nabi itu hal lain yg berhubung dg dosa.
Jangan gegabah mengeluarkan seseorang dari lingkaran Islam hanya sebab dosa. Itu otak sesat dan otak bebal orang khawarij.
Dan orang2 neo khawarij saat ini adalah mereka yg mudah menyesatkan kelompok muslim yg lain yg tidak sependapat dengannya.
Dan sepanjang sejarah islam sepanjang hampir 1500 tahun, orang tukang menyesatkan dan mengkafirkan inilah pemecah belah kerukunan ummat!
Tanda mereka (seperti yg digambarkan Nabi),ibadahnya kenceng, praktek berislamnya semangat, tp hatinya busuk menganggap diri paling baik
Maaf twitku agak keras sebab permasalahan mengkafirkan orang itu bukan hal ringan! Jangan jungkalkan hidungmu sendiri ke neraka
Dan bagi yg belajar fiqh tahawwulat, golongan ini adalah tanda menengah kiamat yg fitnahnya terus berlangsung sampai datang dajjal.
Dan nanti (orang yg suka menyesatkan dan mengkafirkan ini), saat Dajjal keluar, mereka akan bergabung otomatis dg dajjal. Mau?..
Jangan dikira yg aku kultwitkan ini sekedar bicara, sekedar bela diri. Seluruhnya berlandas hadits shahih cukup di kutubussitah
Setelah tasawwuf, syiah, JIL, dan yg menganggap mereka tetap bagian Islam itu kalian sesatkan, setelah ini giliran siapa lagi?
Oke, silakan keluarkan JIL dan syiah dari Islam jika mereka memang udah nggak syahadat nggak sholat. Meski mereka tetap salah.
Tapi jika mereka (syiah dan JIL) tetap syahadat normal, sholat biasa, meski akidah dan pemikirannya melenceng, apa hak kita mengeluarkan
Yg perlu kita lakukan adalah menyadarkan, meluruskan dg baik. Bukan memberi stempel di jidat sebagai "bukan lagi islam".
Ingat, memahami Islam ini jangan kayak cerita 3 orang buta menggambarkan gajah, hasilnya beda2 dan tengkar karepe dhewe
Tapi memahami syariah ini mesti menyeluruh, jangan atas dasar 1-2 dalil itu2 saja yg pemahamannya pun salah.
Sebab kata "kafir" ini konsekwensinya tidak ringan. Salah menggunakan akan menampar mukamu sendiri.
Inti kultwit ini adalah mendudukkan di mana kita memposisikan syiah dan JIL dalam Islam. Soal kesalahan2 mereka adl urusan berikutnya.
Lagipula (jika memang benar JIL dan syiah keluar dari Islam), judge bukan hak personal, tapi hukumah islamiyyah.
Semoga mencerahkan. Jangan mudah menyesatkan apalagi mengkafirkan orang. Timbang baik2 segalanya.
Yg pasti, Syiah (yg berjenis2) dan JIL (yg juga berjenis2), bagiku pribadi ada kesalahan dalam pemikiran mereka. Tp keluar dari Islam? Tidak
Kecuali jika mereka menabrak sesuatu yg "ma'lum fid din bid dhoruroh" (dasar2 agama yg diketahui muslim paling awam sekalipun)
Itupun jika tidak menabrak syahadat dan sholat ranah wilayahnya pun dosa besar, tidak sampai keluar dari Islam.
Waktunya orang ngajak non muslim masuk Islam, ini malah ada kelompok bebal yg semangat nendangi saudaranya sendiri keluar dari Islam, aneh
Perihal syiah yg katanya mengkafirkan di luar syiah itu problem internal mereka. Jangan balas mengkafirkan, apa bedanya sama mereka.
Muslim yg cerdas itu yg dalam tatacara berpikir tidak hanya satu arah saja. Tapi bisa dua arah bolak-balik. Belajarlah jadi seperti itu.
Kebenaran, sepahit apapun, harus dikatakan... Meski nama dan nyawa taruhannya.. Lan atanazal abadan.. Bi idznillah
Yg ditakuti oleh mereka2 yg punya tatacara berpikir nggak bener hanyalah orang2 berilmu. Sebab kematian ada di depan mereka
Kalau ada dua kamar, satunya isi orang salafi,satunya isi orang syiah, kamu hendak memilih sekamar dg siapa? Smentara kduanya mengkafirkanmu
Syiah punya prinsip membunuh yg tidak sepaham dg mereka jika mereka punya force & power. Salafi tidak sampai. Kecuali yg jadi teroris
Kalau aku ya milih nggak tidur malam itu, berdiri di luar kamar aja, daripada mati dicekik oleh salah satunya :D
4 Jan 2014
Jilbab, Antara Kewajiban dan Parameter Kesholehan Muslimah
Sebenarnya, Berjilbab (menutup aurat) itu tidak ada hubungannya dengan akhlak, dengan moralitas
Dalam pandangan masyarakat kita, wanita berjilbab selalu diidentikkan sebagai wanita yang santun, kalem, rajin shalat...
...rajin bersedekah, sering hadir di majelis pengajian, dan berbagai predikat kesalehan lainnya.
Boleh jadi -dan faktanya- sebagian besar wanita berkerudung memang seperti yang dipersepsikan masyarakat.
Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung.
Ini tentunya merupakan hal yang lumrah dan spontanitas muncul dalam benak masyarakat.
Akibatnya, jika kebetulan ada wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan persepsi jilbab yang dikenakannya...
maka sebagian besar masyarakat langsung mengaitkannya dengan jilbab yang dia kenakan.
Tindakannya itu dianggap tidak sesuai dg jilbabnya. Lantas muncullah suara miring seperti, "Pakai jilbab, tapi kelakuannya seperti itu."
Karena hal inilah, dampaknya adalah sbagian muslimah yg blum berjilbab memilih tetap brtahan pd pilihannya untuk tidak mengenakan jilbab
Mereka berpikiran sangat sederhana sekali, "Daripada tidak bisa menjaga sikap saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya
... biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu, (nanti saja pakai jilbab kalau sudah tua, mau wafat)."
Atau muncul slogan unik, "Lebih baik pakai rok mini tapi bermental jilbab, daripada pakai jilbab tapi bermental rok mini."
Sebenarnya pengkonotasian pasti antara jilbab dengan keshalehan...
merupakan pemahaman yang kurang tepat dalam masyarakat kita dalam memandang hubungan antara jilbab dengan akhlak.
Karena pada dasarnya sudah seharusnya muslimah yang shalihah menjalankan agamanya dengan baik...
dan mengaplikasi perintah agama dalam kehidupan sehari-harinya, salah satunya adalah memakai jilbab.
Tetapi saya bisa mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik.
Berjilbab adalah murni perintah agama yang diberikan kepada kaum muslimah, tanpa melihat apakah moralnya baik atau buruk.
Jadi selama dia muslimah, berjilbab adalah kewajiban.
Tentu saja ada muslimah tak berjilbab, tapi itu adalah pilihan pribadi dia.
Nah, setiap pilihan tentu ada konsekwensinya, dan risiko tidak mengikuti intruksi syariat tentu saja ada sanksinya...
... dan sanksi syariat atas pelanggaran adalah dosa.
Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama.
Namun pada dasarnya pelaksanaan segenap taklimat agama yang berhubungan dengan larangan dan perintah (salah satunya tentang jilbab)...
adalah permasalahan menyendiri yang berhubungan dengan ketundukan seorang hamba pada Tuhannya.
Artinya,berakhlak baik tidak ada hubungan langsung dg itu,meski tentu scara implisit dari sudut pandang lain berkorelasi dn terkait erat
Contoh mudahnya,meski penjahat sekalipun, ia tetap wajib menunaikan shalat.Bukan lantas karena jahat sehingga shalat tidak wajib baginya
Okelah mungkin seorang muslimah yang belum berjilbab bilang cukup saya jilbabi hati saja dulu...
Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya.
Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam konteks bahasa yang lebih umum, menutup aurat)
Jadi kalau kita surfing di internet dan kebetulan melewati judul-judul aneh semacam "jilbab bugil", "berjilbab tapi telanjang",
Atau di keseharian kita menemukan cewek berjilbab tapi bergaulnya dengan lawan jenis sangat Laa Haula wa laa quwwata illa billah,
ngakak-ngakak, meluk-meluk, menggelayut manja pada lain jenis, jalan bergandengan, bergoncengan;
Atau akhir-akhir ini kita kerap menemukan berita muslimah berhijab (bahkan bercadar) yang terlibat kasus korupsi dan narkoba;
maka jangan cepat-cepat menyalahkan jilbabnya...
Karena dampak negatif generalisasi perspektif seperti itu adalah muslimah lain yang baik-baik dan berjilbab...
akhirnya menjadi objek omongan dan kecurigaan tak berdasar. "Jangan-jangan seperti itu juga."
Karena sekali lagi,moralitas tak ada hubungan dengan jilbab,meski tentu dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dg jilbabnya
Jadi, kesimpulannya,jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yg telah masuk usia baligh,tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek
Dan moral adalah sesuatu yang sangat dituntut dalam kehidupan sosial sekaligus sebagai bentuk Ihsan dalam beragama.
Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia tidak mengenakan....
itu pilihan pribadi, tentu saja berkonsekwensi dosa dan ada keharusan dari yang lain mengingatkan muslimah tadi untuk mengenakan jilbab.
Kalaupun si muslimah tadi tetap belum berkenan mengenakan, maka yang menasehati bebas tugas.
Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan jilbab, maka pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya
...sebagai bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah agama.
Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yg berhubungan dg tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.
Akhirnya, muslimah yang berjilbab dan berakhlak baik tentu saja adalah muslimah sempurna.
Adapun muslimah yang berjilbab namun akhlaknya tidak baik atau akhlaknya baik tetapi belum berjilbab...
... adalah muslimah yang belum sempurna dan sedang berproses menuju kepada kesempurnaan, Semoga segera meraihnya, insya Allah
Teori ini pernah kuungkap dua tahun lalu, banyak yang tidak sependapat namun kini menemukan pembenarannya.
Semoga kita selalu diberi Allah anugerah taufiq untuk kebaikan, dan menjalankan kewajiban agama kita sebaik-baiknya. Amin...
Dalam pandangan masyarakat kita, wanita berjilbab selalu diidentikkan sebagai wanita yang santun, kalem, rajin shalat...
...rajin bersedekah, sering hadir di majelis pengajian, dan berbagai predikat kesalehan lainnya.
Boleh jadi -dan faktanya- sebagian besar wanita berkerudung memang seperti yang dipersepsikan masyarakat.
Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung.
Ini tentunya merupakan hal yang lumrah dan spontanitas muncul dalam benak masyarakat.
Akibatnya, jika kebetulan ada wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan persepsi jilbab yang dikenakannya...
maka sebagian besar masyarakat langsung mengaitkannya dengan jilbab yang dia kenakan.
Tindakannya itu dianggap tidak sesuai dg jilbabnya. Lantas muncullah suara miring seperti, "Pakai jilbab, tapi kelakuannya seperti itu."
Karena hal inilah, dampaknya adalah sbagian muslimah yg blum berjilbab memilih tetap brtahan pd pilihannya untuk tidak mengenakan jilbab
Mereka berpikiran sangat sederhana sekali, "Daripada tidak bisa menjaga sikap saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya
... biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu, (nanti saja pakai jilbab kalau sudah tua, mau wafat)."
Atau muncul slogan unik, "Lebih baik pakai rok mini tapi bermental jilbab, daripada pakai jilbab tapi bermental rok mini."
Sebenarnya pengkonotasian pasti antara jilbab dengan keshalehan...
merupakan pemahaman yang kurang tepat dalam masyarakat kita dalam memandang hubungan antara jilbab dengan akhlak.
Karena pada dasarnya sudah seharusnya muslimah yang shalihah menjalankan agamanya dengan baik...
dan mengaplikasi perintah agama dalam kehidupan sehari-harinya, salah satunya adalah memakai jilbab.
Tetapi saya bisa mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik.
Berjilbab adalah murni perintah agama yang diberikan kepada kaum muslimah, tanpa melihat apakah moralnya baik atau buruk.
Jadi selama dia muslimah, berjilbab adalah kewajiban.
Tentu saja ada muslimah tak berjilbab, tapi itu adalah pilihan pribadi dia.
Nah, setiap pilihan tentu ada konsekwensinya, dan risiko tidak mengikuti intruksi syariat tentu saja ada sanksinya...
... dan sanksi syariat atas pelanggaran adalah dosa.
Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama.
Namun pada dasarnya pelaksanaan segenap taklimat agama yang berhubungan dengan larangan dan perintah (salah satunya tentang jilbab)...
adalah permasalahan menyendiri yang berhubungan dengan ketundukan seorang hamba pada Tuhannya.
Artinya,berakhlak baik tidak ada hubungan langsung dg itu,meski tentu scara implisit dari sudut pandang lain berkorelasi dn terkait erat
Contoh mudahnya,meski penjahat sekalipun, ia tetap wajib menunaikan shalat.Bukan lantas karena jahat sehingga shalat tidak wajib baginya
Okelah mungkin seorang muslimah yang belum berjilbab bilang cukup saya jilbabi hati saja dulu...
Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya.
Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam konteks bahasa yang lebih umum, menutup aurat)
Jadi kalau kita surfing di internet dan kebetulan melewati judul-judul aneh semacam "jilbab bugil", "berjilbab tapi telanjang",
Atau di keseharian kita menemukan cewek berjilbab tapi bergaulnya dengan lawan jenis sangat Laa Haula wa laa quwwata illa billah,
ngakak-ngakak, meluk-meluk, menggelayut manja pada lain jenis, jalan bergandengan, bergoncengan;
Atau akhir-akhir ini kita kerap menemukan berita muslimah berhijab (bahkan bercadar) yang terlibat kasus korupsi dan narkoba;
maka jangan cepat-cepat menyalahkan jilbabnya...
Karena dampak negatif generalisasi perspektif seperti itu adalah muslimah lain yang baik-baik dan berjilbab...
akhirnya menjadi objek omongan dan kecurigaan tak berdasar. "Jangan-jangan seperti itu juga."
Karena sekali lagi,moralitas tak ada hubungan dengan jilbab,meski tentu dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dg jilbabnya
Jadi, kesimpulannya,jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yg telah masuk usia baligh,tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek
Dan moral adalah sesuatu yang sangat dituntut dalam kehidupan sosial sekaligus sebagai bentuk Ihsan dalam beragama.
Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia tidak mengenakan....
itu pilihan pribadi, tentu saja berkonsekwensi dosa dan ada keharusan dari yang lain mengingatkan muslimah tadi untuk mengenakan jilbab.
Kalaupun si muslimah tadi tetap belum berkenan mengenakan, maka yang menasehati bebas tugas.
Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan jilbab, maka pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya
...sebagai bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah agama.
Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yg berhubungan dg tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.
Akhirnya, muslimah yang berjilbab dan berakhlak baik tentu saja adalah muslimah sempurna.
Adapun muslimah yang berjilbab namun akhlaknya tidak baik atau akhlaknya baik tetapi belum berjilbab...
... adalah muslimah yang belum sempurna dan sedang berproses menuju kepada kesempurnaan, Semoga segera meraihnya, insya Allah
Teori ini pernah kuungkap dua tahun lalu, banyak yang tidak sependapat namun kini menemukan pembenarannya.
Semoga kita selalu diberi Allah anugerah taufiq untuk kebaikan, dan menjalankan kewajiban agama kita sebaik-baiknya. Amin...
Kisah Turunnya Perintah Sholat Yang Menjadi '5' Waktu
Dalam salah satu hadits, di suatu kamis pagi, Nabi pernah berdoa, Allahumma barik ummati fi bukuriha yaumal khomis
Ya Allah, berkati ummatku di pagi hari mereka dalam hari kamis. Amiiin.. Semoga kita mendapatkan doa berkah dari Nabi, amin.
Semalam aku kultwitkan soal Refleksi atas Sholat kita melalui momentum Isra' Mi'raj.. Ini chirpnya: http://t.co/fzwuSLqs51
Sedikit aku ingin bercerita kala Nabi menerima perintah shalat itu di Sidrat al-Muntaha. Tempat agung setelah langit ketujuh.
Awal mula Nabi menerima perintah sholat itu adalah 50 waktu, bukan 5 waktu. Namun atas advice Nabi Musa, beliau diminta melakukan nego.
Hal itu sebab eksperimen Nabi Musa pada ummatnya yg secara fisik jauh lebih tangguh dari ummat Nabi Muhammad.
Nabi Musa khawatir Ummat Nabi Muhammad tidak akan sanggup melaksanakan shalat sebanyak itu. 50 waktu.
Nabi Muhammad pun mendengar saran Nabi Musa, beliau menghadap kembali kepada Allah meminta dispensasi atas 50 waktu itu.
Permohonan keringanan itu diterima, sampai hanya tinggal 5 waktu, stelah Nabi beberapa kali balik antara langit tmpt Nabi Musa dan Sidrat
Saat keringanan jumlah waktu shalat tinggal 5, Allah Menetapkan bahwa perintah telah final dan tidak bisa diganti lagi.
Sekaligus pemberitahuan soal pentingnya niat. Yg bisa menjadi bonus pahala luar biasa bagi ummat Islam untuk menambah poin2 pahala.
Yaitu, bahwa jika seorang muslim berniat melakukan suatu perbuatan baik, maka baginya telah dicatat satu pahala.
Dan jika niat tersebut dilaksanakan, maka dia akan memperoleh 10 pahala. Umpama tak jadi dilaksanakan maka telah dapat pahala niat tadi
Sebaliknya, jika seorang muslim berniat melakukan perbuatan buruk, baginya niat itu tidak tercatat sebagai satu dosa...
Namun jika niat buruk itu dilaksanakan, maka dia dalam daftar dosanya tercatat satu dosa saja.
Nah dari sini diterangkan bahwa niat seorang muslim itu bisa lebih baik dari perbuatannya. Apalagi jika direalisasikan.
Maka andai kita belum bisa melakukan perbuatan baik, setidaknya kita berniat untuk melakukannya. Itu saja telah tercatat satu pahala.
Maka kita harus punya manajemen niat yg tertata baik agar semakin banyak poin pahala yg bisa kita kumpulkan buat bekal di hari nanti.
Semoga mencerahkan. Dengan semangat Isro' Mi'roj kita susun planning perbuatan2 baik khususnya untuk bulan ramadhan nanti.
Barakallahu lana wa lakum jami'an... Amiin
Ya Allah, berkati ummatku di pagi hari mereka dalam hari kamis. Amiiin.. Semoga kita mendapatkan doa berkah dari Nabi, amin.
Semalam aku kultwitkan soal Refleksi atas Sholat kita melalui momentum Isra' Mi'raj.. Ini chirpnya: http://t.co/fzwuSLqs51
Sedikit aku ingin bercerita kala Nabi menerima perintah shalat itu di Sidrat al-Muntaha. Tempat agung setelah langit ketujuh.
Awal mula Nabi menerima perintah sholat itu adalah 50 waktu, bukan 5 waktu. Namun atas advice Nabi Musa, beliau diminta melakukan nego.
Hal itu sebab eksperimen Nabi Musa pada ummatnya yg secara fisik jauh lebih tangguh dari ummat Nabi Muhammad.
Nabi Musa khawatir Ummat Nabi Muhammad tidak akan sanggup melaksanakan shalat sebanyak itu. 50 waktu.
Nabi Muhammad pun mendengar saran Nabi Musa, beliau menghadap kembali kepada Allah meminta dispensasi atas 50 waktu itu.
Permohonan keringanan itu diterima, sampai hanya tinggal 5 waktu, stelah Nabi beberapa kali balik antara langit tmpt Nabi Musa dan Sidrat
Saat keringanan jumlah waktu shalat tinggal 5, Allah Menetapkan bahwa perintah telah final dan tidak bisa diganti lagi.
Sekaligus pemberitahuan soal pentingnya niat. Yg bisa menjadi bonus pahala luar biasa bagi ummat Islam untuk menambah poin2 pahala.
Yaitu, bahwa jika seorang muslim berniat melakukan suatu perbuatan baik, maka baginya telah dicatat satu pahala.
Dan jika niat tersebut dilaksanakan, maka dia akan memperoleh 10 pahala. Umpama tak jadi dilaksanakan maka telah dapat pahala niat tadi
Sebaliknya, jika seorang muslim berniat melakukan perbuatan buruk, baginya niat itu tidak tercatat sebagai satu dosa...
Namun jika niat buruk itu dilaksanakan, maka dia dalam daftar dosanya tercatat satu dosa saja.
Nah dari sini diterangkan bahwa niat seorang muslim itu bisa lebih baik dari perbuatannya. Apalagi jika direalisasikan.
Maka andai kita belum bisa melakukan perbuatan baik, setidaknya kita berniat untuk melakukannya. Itu saja telah tercatat satu pahala.
Maka kita harus punya manajemen niat yg tertata baik agar semakin banyak poin pahala yg bisa kita kumpulkan buat bekal di hari nanti.
Semoga mencerahkan. Dengan semangat Isro' Mi'roj kita susun planning perbuatan2 baik khususnya untuk bulan ramadhan nanti.
Barakallahu lana wa lakum jami'an... Amiin
Refleksi Sholat Kita Melalui Momentum Isra' Mi'raj
Momentum Isro' Mi'roj, menata langkah kembali. Bagaimana sikap Nabi saat dibohongkan dan ditertawakan dg peristiwa ini.
Saat beliau didebat untuk menunjukkan bukti bahwa beliau ke baitul makdis, ke al-aqsha hanya dalam tempo semalam saja
Dan saat beliau memberi jawaban berdasar fakta yang ada, beliau tetap dibohongkan dan dianggap tukang sihir, segala macam
Dan akhlak Nabi, setelah memberi jawaban serta masih dibohongkan, adalah lewatkan saja. Percaya, silahkan, tidak pun telah disampaikan
Cukup banyak sekali pelajaran kehidupan dari Isro' Mi'roj. Mulai saat Isro', saat Mi'roj, dan khususnya pasca Isro' Mi'roj itu sendiri.
Bagaimana sempatnya Nabi mengalami susah luar biasa sebab beliau tahu pasti akan dianggap sebagai pembual dg peristiwa agung itu
Tetapi kebenaran tetap harus disampaikan, apapun risikonya. Soal dianggap pembual para haters,diputar kata2 dan argumen, itu urusan nanti
Dan justru Dakwah Nabi semakin melambung setelah itu sebab secara tak langsung kejadian yg mereka anggap lucu itu nyebar ke mana2
Malam ini boleh dikatakan hampir mayoritas ummat Islam di dunia bergembira merayakan sekaligus meresapi syahdunya malam Isro' Mi'roj.
Peristiwa yg cukup penting dalam sejarah kenabian sekaligus biografi kehidupan beliau itu memang benar2 terjadi secara ruh dan fisik.
Perihal tanggal pasnya kapan (apa benar 27 rajab) atau perihal ada sebagian minoritas muslim yg tidak percaya...
...sebab menurutnya tidak logis, atau sikap minoritas lain yg menentang perayaan malam ini, itu semua tidak penting, cuekin saja.
Kalau kata orang Mekkah, syibak minnahum.. Nggak usah diurus. Yang terpenting adalah esensi dan banyaknya pelajaran dari peristiwa ini.
Kultwitku kali ini tidak akan menceritakan kronologi perjalanan fantastik Mekkah-Jerusalem, lalu Jerusalem ke Sidrat al-Muntaha itu
Itu sudah cukup banyak kita baca di media-media cetak atau sering kita dengar dari ceramah2 dan guru ngaji kita
Namun sebagian pelajaran yg bisa kita ambil dari kejadian luar biasa dan sangat mencengangkan itu.
Kita semua tahu bahwa ibadah terkrusial kita sebagai seorang muslim adalah sholat. Tanda utama seseorang itu Islam adl sholat.
Makanya dlm keadaan apapun,bagi seorang muslim, sholat itu wajib ditegakkan slama orang itu masih dalam keadaan sadar. Walau sakit parah
Bahkan dalam keadaan berkecamuknya perang, meski sholatnya harus sambil lari terbirit-birit ke sana kemari. Itu pentingnya shalat.
Nah, seluruh syariat yg ada dlm Islam, seluruhnya diwahyukan kepada Nabi di bumi. Kecuali sholat,diperintahkan secara langsung di langit
Dan waktu turunnya perintah kewajiban sholat itu tepat saat Nabi kita menerima perjalanan kehormatan Isro' Mi'roj ini.
Dan usai konferensi terhebat sepanjang sejarah kemanusiaan di Masjidil Aqsho. Pertemuan orang2 pilihan terbaik, 120.000 Nabi dan Rasul
Kenapa hanya shalat saja yg perintahnya diterima langsung oleh Nabi kita di langit? Sementara ibadah dan syariat yg lain, tidak?
Sebagai isyarat bahwa shalat adl ibadah teragung. Dan filosofi lainnya, saat kita mengerjakan shalat, sebagai tatakramanya...
. ...kita diharuskan untuk memi'rajkan ruh kita kala mulai takbirotul ihram, tepat saat Takbir, Allahu Akbar. Melupakan semua urusan kita
Memusatkan konsentrasi dan jiwa kita seolah kita sedang secara live berkomunikasi dan menghadap Allah Ta'ala.
Itu yg disebut dengan shalat yg khusyu'. Sholat yg "me-langit-kan" jiwa kita dan melupakan seluruh problematika hidup kita saat itu.
Makanya usai sholat, kita salam, sebagai tanda bahwa jiwa kita telah "kembali" ke bumi untuk balik melanjutkan aktivitas sehari2.
Muslim yg bisa sholat seperti ini, bisa total memi'rajkan ruhnya kala sholat, itu yg bisa menikmati bagaimana esensi indahnya sholat.
Dan sholat jenis inilah yg bisa menjaga perilaku, kepribadian, dan sikap seorang muslim dari hal2 yg tak elok secara moral dan sosial.
Tentu saja sebaliknya muslim yg meski sholatnya rajin tapi masih saja nakal, bisa jadi dia belum total memi'rajkan ruhnya.
Meski secara tatacara syariat sholatnya telah sah dan kewajibannya gugur. Namun efek positif sholat itu masih belum merasuk pada jiwanya
So, malam Isro' Mi'roj ini adalah malam kontemplasi bagi kita, apakah kita telah sholat sesuai substansinya?
Apakah kita telah menemukan esensi sholat dlm keseharian kita? Apakah kita telah mampu ekstase fly kala kita sholat?
Atau standar kualitas sholat kita masih mengharukan itu-itu saja. Takbir, ngelamun ke sana kemari, tahu2 pak imam udah salam. Cepetnya.
Atau saat jadi makmum masbuk, gara2 sholatnya ngelamun malah lupa nggak tahu ketinggalan berapa, jadinya malah panik, nggak khusyu' blas
Ya kalau sholat kita masih gitu2 saja, jiwa kita "masih" di bumi, belum termi'rajkan dg baik, maka wajar jika kita masih suka nakal.
Masih STMJ, Sholat Terus Maksiat Jalan.
Sekali lagi, momentum indah Isro' Mi'roj ini kita gunakan untuk mengkontemplasikan kembali bagaimana sholat kita.
Saatnya untuk menjadikan sholat dan diri kita lebih baik lagi. Meski baru sekedar memulainya dengan total ingat Allah saat takbir saja
Sebab bagaimanapun untuk menuju baik itu membutuhkan proses. Dan peringatan Isro' Mi'roj ini semacam alarm tahunan bagi kita.
Sekaligus pintu masuk. Terlebih sebentar lagi Ramadhan, bulan yg tak perlu lagi diilustrasikan bagaimana indahnya beribadah di situ.
Selamat merayakan Isro' Mi'roj, mendengarkan keindahan ceritanya dan memetik ratusan pelajaran dari perjalanan fantastik itu.
Selamat malam. Bersama berproses menjadi muslim-muslimah yg baik. Bukan muslim-muslimah yg merasa baik :) .. Bismillah..
Saat beliau didebat untuk menunjukkan bukti bahwa beliau ke baitul makdis, ke al-aqsha hanya dalam tempo semalam saja
Dan saat beliau memberi jawaban berdasar fakta yang ada, beliau tetap dibohongkan dan dianggap tukang sihir, segala macam
Dan akhlak Nabi, setelah memberi jawaban serta masih dibohongkan, adalah lewatkan saja. Percaya, silahkan, tidak pun telah disampaikan
Cukup banyak sekali pelajaran kehidupan dari Isro' Mi'roj. Mulai saat Isro', saat Mi'roj, dan khususnya pasca Isro' Mi'roj itu sendiri.
Bagaimana sempatnya Nabi mengalami susah luar biasa sebab beliau tahu pasti akan dianggap sebagai pembual dg peristiwa agung itu
Tetapi kebenaran tetap harus disampaikan, apapun risikonya. Soal dianggap pembual para haters,diputar kata2 dan argumen, itu urusan nanti
Dan justru Dakwah Nabi semakin melambung setelah itu sebab secara tak langsung kejadian yg mereka anggap lucu itu nyebar ke mana2
Malam ini boleh dikatakan hampir mayoritas ummat Islam di dunia bergembira merayakan sekaligus meresapi syahdunya malam Isro' Mi'roj.
Peristiwa yg cukup penting dalam sejarah kenabian sekaligus biografi kehidupan beliau itu memang benar2 terjadi secara ruh dan fisik.
Perihal tanggal pasnya kapan (apa benar 27 rajab) atau perihal ada sebagian minoritas muslim yg tidak percaya...
...sebab menurutnya tidak logis, atau sikap minoritas lain yg menentang perayaan malam ini, itu semua tidak penting, cuekin saja.
Kalau kata orang Mekkah, syibak minnahum.. Nggak usah diurus. Yang terpenting adalah esensi dan banyaknya pelajaran dari peristiwa ini.
Kultwitku kali ini tidak akan menceritakan kronologi perjalanan fantastik Mekkah-Jerusalem, lalu Jerusalem ke Sidrat al-Muntaha itu
Itu sudah cukup banyak kita baca di media-media cetak atau sering kita dengar dari ceramah2 dan guru ngaji kita
Namun sebagian pelajaran yg bisa kita ambil dari kejadian luar biasa dan sangat mencengangkan itu.
Kita semua tahu bahwa ibadah terkrusial kita sebagai seorang muslim adalah sholat. Tanda utama seseorang itu Islam adl sholat.
Makanya dlm keadaan apapun,bagi seorang muslim, sholat itu wajib ditegakkan slama orang itu masih dalam keadaan sadar. Walau sakit parah
Bahkan dalam keadaan berkecamuknya perang, meski sholatnya harus sambil lari terbirit-birit ke sana kemari. Itu pentingnya shalat.
Nah, seluruh syariat yg ada dlm Islam, seluruhnya diwahyukan kepada Nabi di bumi. Kecuali sholat,diperintahkan secara langsung di langit
Dan waktu turunnya perintah kewajiban sholat itu tepat saat Nabi kita menerima perjalanan kehormatan Isro' Mi'roj ini.
Dan usai konferensi terhebat sepanjang sejarah kemanusiaan di Masjidil Aqsho. Pertemuan orang2 pilihan terbaik, 120.000 Nabi dan Rasul
Kenapa hanya shalat saja yg perintahnya diterima langsung oleh Nabi kita di langit? Sementara ibadah dan syariat yg lain, tidak?
Sebagai isyarat bahwa shalat adl ibadah teragung. Dan filosofi lainnya, saat kita mengerjakan shalat, sebagai tatakramanya...
. ...kita diharuskan untuk memi'rajkan ruh kita kala mulai takbirotul ihram, tepat saat Takbir, Allahu Akbar. Melupakan semua urusan kita
Memusatkan konsentrasi dan jiwa kita seolah kita sedang secara live berkomunikasi dan menghadap Allah Ta'ala.
Itu yg disebut dengan shalat yg khusyu'. Sholat yg "me-langit-kan" jiwa kita dan melupakan seluruh problematika hidup kita saat itu.
Makanya usai sholat, kita salam, sebagai tanda bahwa jiwa kita telah "kembali" ke bumi untuk balik melanjutkan aktivitas sehari2.
Muslim yg bisa sholat seperti ini, bisa total memi'rajkan ruhnya kala sholat, itu yg bisa menikmati bagaimana esensi indahnya sholat.
Dan sholat jenis inilah yg bisa menjaga perilaku, kepribadian, dan sikap seorang muslim dari hal2 yg tak elok secara moral dan sosial.
Tentu saja sebaliknya muslim yg meski sholatnya rajin tapi masih saja nakal, bisa jadi dia belum total memi'rajkan ruhnya.
Meski secara tatacara syariat sholatnya telah sah dan kewajibannya gugur. Namun efek positif sholat itu masih belum merasuk pada jiwanya
So, malam Isro' Mi'roj ini adalah malam kontemplasi bagi kita, apakah kita telah sholat sesuai substansinya?
Apakah kita telah menemukan esensi sholat dlm keseharian kita? Apakah kita telah mampu ekstase fly kala kita sholat?
Atau standar kualitas sholat kita masih mengharukan itu-itu saja. Takbir, ngelamun ke sana kemari, tahu2 pak imam udah salam. Cepetnya.
Atau saat jadi makmum masbuk, gara2 sholatnya ngelamun malah lupa nggak tahu ketinggalan berapa, jadinya malah panik, nggak khusyu' blas
Ya kalau sholat kita masih gitu2 saja, jiwa kita "masih" di bumi, belum termi'rajkan dg baik, maka wajar jika kita masih suka nakal.
Masih STMJ, Sholat Terus Maksiat Jalan.
Sekali lagi, momentum indah Isro' Mi'roj ini kita gunakan untuk mengkontemplasikan kembali bagaimana sholat kita.
Saatnya untuk menjadikan sholat dan diri kita lebih baik lagi. Meski baru sekedar memulainya dengan total ingat Allah saat takbir saja
Sebab bagaimanapun untuk menuju baik itu membutuhkan proses. Dan peringatan Isro' Mi'roj ini semacam alarm tahunan bagi kita.
Sekaligus pintu masuk. Terlebih sebentar lagi Ramadhan, bulan yg tak perlu lagi diilustrasikan bagaimana indahnya beribadah di situ.
Selamat merayakan Isro' Mi'roj, mendengarkan keindahan ceritanya dan memetik ratusan pelajaran dari perjalanan fantastik itu.
Selamat malam. Bersama berproses menjadi muslim-muslimah yg baik. Bukan muslim-muslimah yg merasa baik :) .. Bismillah..
Pemahaman Sholat 5 Waktu Bukan Sekedar Pemahaman Tekstual
Tadi pagi sempat ada request dari pak @ariadinatajoni @likesuka soal orang yg merasa cukup dg sholat 5 waktu dan sunnah rawatibnya saja.
Dan anggapan sebagian bahwa sholat 5 waktu itu hanya sebagai pengontrol saja, yg bisa menjaga orang dari perbuatan2 buruk.
Sebenarnya pemahaman seperti ini bisa dimaklumi jika yg memahaminya adalah orang awam. Dan titik berangkatnya dari Q.S al-ankabut: 45. ( *terjemahan : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. )
Dan jika mencermati ayat, tentu saja pemahaman seperti itu (poin 1 dan 2) berangkatnya adl dari memahami ayat secara tekstual.
Umumnya, dan kecenderungan sebagian muslim saat ini adl memahami ayat dan hadits secara tekstual saja.
Padahal kecenderungan seperti ini (pemahaman ayat secara tekstual belaka) dalam banyak kasus justru menimbulkan kesalahpahaman..
Atau tidak mau beranjak ke manapun pokoknya "harus" seperti yg tercantum di teks. Yg pada kelanjutannya kerap menimbulkan kontradiksi
Atau tidak mau menambah amal, cukup itu saja sebab "berpegang teguh" pada teks ayat seperti yg diceritakan pak @ariadinatajoni
Sebenarnya, secara singkat, dalam memahami teks2 suci alqur'an & hadits itu ada teknisnya. Tdk bisa mentah2 begitu saja, sbb msih global.
Di sana (dalam teknis itu) ada istilah manthuq, mafhum muwafaqoh, mafhum mukholafah, fachwa-l khitob, korelasi antar ayat dsb.
Dan ini tugas para Ulama' spesialis untuk menjelaskannya. Tidak bisa langsung memahami ayat secara mentah apalagi cuma modal terjemah.
Ada juga smacam istilah "min bab al-adna ilal a'la", atau "min bab al-aula". Makanya pentingnya ushul fiqh, nahwu, balaghoh adl untk ini
Aku beri contoh saja. Dalam alqur'an ada larang anak mengatakan "uf" (dalam bahasa Jawa Timuran sih, jancuk) kepada kedua orang tuanya.
"wa laa taqul lahuma uffin wa laa tanharhuma".. Nah semisal ayat ini, dalam pemahamannya menyimpan kata "apalagi".
Kalau bilang "uf" saja tidak boleh, apalagi memukul. Bukan lantas nggak boleh bilang "uf" tapi dipahami boleh memukul boleh durhaka.
Nah begitu juga soal Q.S al-ankabut ayat 45 tadi. Bukan diartikan "hanya", tapi diartikan "bisa menjadi". Tentu saja beda jauh kan?
Dan bukan hanya lantas ambil cukup sholat 5 waktu itu saja lalu tidak menambah sholat2 sunnah yg lain.
Karena di sana banyak sekali ayat yg menganjurkan kita untuk banyak beramal, berlomba dlm kebaikan, fastabiqul khoirot, dsb.
Dan karena anjuran banyak beramal itu konteksnya umum, maka sholat sunnah jenis apapun masuk di dalamnya.
Atau semisal Nabi yg sholat sunnah malam begitu lama dan panjang sampai kedua kaki mulia beliau bengkak
Maka semisal memahami ayat sholat tadi, jika dipahami bisa menjadi pengontrol, pada maksud lain bisa dipahami menjadi motivator kebaikan
Kalau dipahami hanya menjadi pengontrol, maka tentu saja sholat tidak punya fungsi lain. Padahal faktanya tidak seperti itu.
Semisal sholat bisa menjadi media refreshing terbesat bagi otak (rohah dhihniyyah kubro) atas dasar hadits Nabi "ya Bilal, arihna biha"
Atau semisal sholat sebagai tempat kembali saat terjadi problem pelik, atas dasar hadits "idza hazabahu amrun badaro ila-s sholat".
Maka (semisal kasus pemahaman terbatas pada ayat sholat itu), jika dikorelasikan dg ayat lain, atau dipahami sesuai teknisnya..
Maka akan sangat banyak sekali hal positif dan pemahaman2 baru yg bisa kita temukan di balik ayat. Dan itu berlaku untuk semua teks.
Semoga mencerahkan, dan selamat malam jumat, saatnya memperbanyak baca sholawat pada Nabi. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad.
Dan anggapan sebagian bahwa sholat 5 waktu itu hanya sebagai pengontrol saja, yg bisa menjaga orang dari perbuatan2 buruk.
Sebenarnya pemahaman seperti ini bisa dimaklumi jika yg memahaminya adalah orang awam. Dan titik berangkatnya dari Q.S al-ankabut: 45. ( *terjemahan : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. )
Dan jika mencermati ayat, tentu saja pemahaman seperti itu (poin 1 dan 2) berangkatnya adl dari memahami ayat secara tekstual.
Umumnya, dan kecenderungan sebagian muslim saat ini adl memahami ayat dan hadits secara tekstual saja.
Padahal kecenderungan seperti ini (pemahaman ayat secara tekstual belaka) dalam banyak kasus justru menimbulkan kesalahpahaman..
Atau tidak mau beranjak ke manapun pokoknya "harus" seperti yg tercantum di teks. Yg pada kelanjutannya kerap menimbulkan kontradiksi
Atau tidak mau menambah amal, cukup itu saja sebab "berpegang teguh" pada teks ayat seperti yg diceritakan pak @ariadinatajoni
Sebenarnya, secara singkat, dalam memahami teks2 suci alqur'an & hadits itu ada teknisnya. Tdk bisa mentah2 begitu saja, sbb msih global.
Di sana (dalam teknis itu) ada istilah manthuq, mafhum muwafaqoh, mafhum mukholafah, fachwa-l khitob, korelasi antar ayat dsb.
Dan ini tugas para Ulama' spesialis untuk menjelaskannya. Tidak bisa langsung memahami ayat secara mentah apalagi cuma modal terjemah.
Ada juga smacam istilah "min bab al-adna ilal a'la", atau "min bab al-aula". Makanya pentingnya ushul fiqh, nahwu, balaghoh adl untk ini
Aku beri contoh saja. Dalam alqur'an ada larang anak mengatakan "uf" (dalam bahasa Jawa Timuran sih, jancuk) kepada kedua orang tuanya.
"wa laa taqul lahuma uffin wa laa tanharhuma".. Nah semisal ayat ini, dalam pemahamannya menyimpan kata "apalagi".
Kalau bilang "uf" saja tidak boleh, apalagi memukul. Bukan lantas nggak boleh bilang "uf" tapi dipahami boleh memukul boleh durhaka.
Nah begitu juga soal Q.S al-ankabut ayat 45 tadi. Bukan diartikan "hanya", tapi diartikan "bisa menjadi". Tentu saja beda jauh kan?
Dan bukan hanya lantas ambil cukup sholat 5 waktu itu saja lalu tidak menambah sholat2 sunnah yg lain.
Karena di sana banyak sekali ayat yg menganjurkan kita untuk banyak beramal, berlomba dlm kebaikan, fastabiqul khoirot, dsb.
Dan karena anjuran banyak beramal itu konteksnya umum, maka sholat sunnah jenis apapun masuk di dalamnya.
Atau semisal Nabi yg sholat sunnah malam begitu lama dan panjang sampai kedua kaki mulia beliau bengkak
Maka semisal memahami ayat sholat tadi, jika dipahami bisa menjadi pengontrol, pada maksud lain bisa dipahami menjadi motivator kebaikan
Kalau dipahami hanya menjadi pengontrol, maka tentu saja sholat tidak punya fungsi lain. Padahal faktanya tidak seperti itu.
Semisal sholat bisa menjadi media refreshing terbesat bagi otak (rohah dhihniyyah kubro) atas dasar hadits Nabi "ya Bilal, arihna biha"
Atau semisal sholat sebagai tempat kembali saat terjadi problem pelik, atas dasar hadits "idza hazabahu amrun badaro ila-s sholat".
Maka (semisal kasus pemahaman terbatas pada ayat sholat itu), jika dikorelasikan dg ayat lain, atau dipahami sesuai teknisnya..
Maka akan sangat banyak sekali hal positif dan pemahaman2 baru yg bisa kita temukan di balik ayat. Dan itu berlaku untuk semua teks.
Semoga mencerahkan, dan selamat malam jumat, saatnya memperbanyak baca sholawat pada Nabi. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad.
Mengenai Wanita Yang Berpergian Sendiri
Hari ini tadi aku mendapat request kultwit perihal hukum wanita bepergian seorang diri. Apakah boleh atau tidak? Simak kultwit berikut.
Sebelumnya hari kita ketahui terlebih dahulu bahwa sektor pembicaraan soal hukum seperti ini wilayahnya adalah fiqih.
Dan dalam fiqih, perbedaan pendapat adalah hal yg sangat lumrah sekali, serta hal itu bukan suatu kontradiksi, namun justru alternatif.
Yakni seseorang bisa ikut pendapat Imam A, atau boleh jg ikut pendapat Imam B dg catatan tahu argumen masing2.
Kembali pada bahasan, boleh dibilang, di antara hal yg cukup sensitif yg kerap sengaja diributkan dlm syariat adl perihal gender.
Suatu saat nanti akan kita bahas menyendiri tentang topik yg memang sengaja digunakan sebagai alat untuk menyudutkan syariat.
Dalam keseharian kita, terlebih di negara seperti Indonesia adl hal yg sangat lumrah sekali melihat wanita bepergian ke mana2 sendiri.
Namun jika menilik kepada hukum syariat, di sana terdapat hadits yg secara umum tekstualnya seolah melarang wanita bepergian sendiri.
Ada juga hadits yg menerangkan perihal wanita yg bepergian sendiri dari Hera (Iraq) sampai Hadhramaut (Yaman) tanpa takut apapun.
Nah bagaimana syariat memberikan hukum soal wanita yg bepergian sendiri? Yg pada perkembangannya menyangkut jg ke TKW di luar negeri
Sebenarnya, persoalan ini ada perincian, namun oleh sebagian orang dipahami bahwa wanita tidak diperkenankan pergi sendiri.
Atau dalam bahasa tegasnya: haram.
Sebelumnya, jika kita mempelajari bab haji, syarat wajib seorang wanita boleh haji adl didampingi suami atau mahram (keluarga terdekat).
Atau jika dia tidak ada suami, tidak ada mahram, maka bisa dg sesama wanita atau dalam rombongan yg menjamin keselamatannya.
Artinya, pemahaman sebaliknya, jika semua hal itu tidak ada, maka wanita tidak bisa berangkat haji seorang diri.
Oleh sebagian ulama' dikembangkan, jika dalam bab haji, yg merupakan rukun Islam saja seperti itu, maka di luar haji adl prioritas.
Yakni wanita tidak bisa melakukan perjalanan panjang sendiri kecuali dg suami/mahram/dg sesama wanita yg bisa dipercaya.
Yg perlu dijadikan catatan adl: Perjalanan Panjang. Maka jika perjalanan pendek, wanita bisa bepergian sendirian.
Perjalanan panjang di sini dalam literatur fiqh dijelaskan, perjalanan yg lebih dari 3 hari (pada masa blm adanya transportasi modern)
Dan dalam keterangan lain, perjalanan panjang adl radius 83 km. Jadi lebih dari itu tdk bisa wanita pergi sendiri. Ini bagi yg melarang.
Dan dalam keterangan lain, perjalanan panjang adl radius 83 km. Jadi lebih dari itu tdk bisa wanita pergi sendiri. Ini bagi yg melarang.
Namun dalam madzhab syafi'i, ada beberapa alasan lain yg membolehkan wanita pergi sendiri jarak jauh, semisal mengembalikan hutang, dll
Dan pada pendapat lain, wanita bisa melakukan perjalanan sendiri tanpa suami/mahram/teman wanita, meski jauh jika madhmunul amni
Maksud madhmunul amni di sini adalah jika keselamatannya benar2 terjamin. Jika keselamatannya dikhawatirkan, maka tdk boleh, meski dekat
Aturan semacam ini kita jangan mengartikannya dg kacamata terbalik bahwa syariat itu terkesan mengekang kebebasan wanita.
Justru sebaliknya, yaitu syariat menaruh aturan seperti ini adalah untuk menjaga keselamatan wanita itu dalam keadaan apapun.
Tentu juga dalam tatakramanya, seorang wanita jika ingin bepergian sendiri diharuskan meminta izin kepada suami atau ortu/walinya.
Kesimpulannya, ada beberapa hal yg harus diperhatikan soal wanita yg akan melakukan bepergian sendirian. Yg terpenting adl keamanan.
Sebab jika kita memperhatikan berbagai macam pendapat itu, titik tekan permasalahannya adl pada keselamatan si wanita.
Ini memang jika seorang wanita itu hidup sendirian, atau semisal tidak/belum punya suami, tidak ada mahram, teman wanita, dll.
Namun baiknya, tentu saja seorang wanita jika bepergian jauh, bersama suaminya, mahramnya, atau temannya. Tidak sendirian.
Dan soal pergi jauh sendiri inipun (dari sudut pandang "sebaiknya") tdk cuma hanya wanita, tetapi pria jg. & wanita lebih diprioritaskan
Sebab di hadits lain Nabi menganjurkan hendaknya seseorang itu tidak pergi jauh sendiri, tetapi berdua, atau rombongan
Namun bukan lantas pergi sendirian itu dilarang. Boleh2 saja tidak masalah. Hanya untuk wanita yg terpenting adalah tadi.
Semoga menambah ilmu dan mencerahkan. Selamat berakhir pekan, hendak diisi liburan ke mana nih? :) moga selalu dalam lindungan Allah
Bagi suami, bagi yg cowok, luangkan waktu bagi istrimu atau keluarga wanitamu jika dia ingin bepergian, temani, jaga selalu :)
Syukur2 jika bisa/ada kendaraan sendiri sehingga istri atau keluarga wanitamu
Sebelumnya hari kita ketahui terlebih dahulu bahwa sektor pembicaraan soal hukum seperti ini wilayahnya adalah fiqih.
Dan dalam fiqih, perbedaan pendapat adalah hal yg sangat lumrah sekali, serta hal itu bukan suatu kontradiksi, namun justru alternatif.
Yakni seseorang bisa ikut pendapat Imam A, atau boleh jg ikut pendapat Imam B dg catatan tahu argumen masing2.
Kembali pada bahasan, boleh dibilang, di antara hal yg cukup sensitif yg kerap sengaja diributkan dlm syariat adl perihal gender.
Suatu saat nanti akan kita bahas menyendiri tentang topik yg memang sengaja digunakan sebagai alat untuk menyudutkan syariat.
Dalam keseharian kita, terlebih di negara seperti Indonesia adl hal yg sangat lumrah sekali melihat wanita bepergian ke mana2 sendiri.
Namun jika menilik kepada hukum syariat, di sana terdapat hadits yg secara umum tekstualnya seolah melarang wanita bepergian sendiri.
Ada juga hadits yg menerangkan perihal wanita yg bepergian sendiri dari Hera (Iraq) sampai Hadhramaut (Yaman) tanpa takut apapun.
Nah bagaimana syariat memberikan hukum soal wanita yg bepergian sendiri? Yg pada perkembangannya menyangkut jg ke TKW di luar negeri
Sebenarnya, persoalan ini ada perincian, namun oleh sebagian orang dipahami bahwa wanita tidak diperkenankan pergi sendiri.
Atau dalam bahasa tegasnya: haram.
Sebelumnya, jika kita mempelajari bab haji, syarat wajib seorang wanita boleh haji adl didampingi suami atau mahram (keluarga terdekat).
Atau jika dia tidak ada suami, tidak ada mahram, maka bisa dg sesama wanita atau dalam rombongan yg menjamin keselamatannya.
Artinya, pemahaman sebaliknya, jika semua hal itu tidak ada, maka wanita tidak bisa berangkat haji seorang diri.
Oleh sebagian ulama' dikembangkan, jika dalam bab haji, yg merupakan rukun Islam saja seperti itu, maka di luar haji adl prioritas.
Yakni wanita tidak bisa melakukan perjalanan panjang sendiri kecuali dg suami/mahram/dg sesama wanita yg bisa dipercaya.
Yg perlu dijadikan catatan adl: Perjalanan Panjang. Maka jika perjalanan pendek, wanita bisa bepergian sendirian.
Perjalanan panjang di sini dalam literatur fiqh dijelaskan, perjalanan yg lebih dari 3 hari (pada masa blm adanya transportasi modern)
Dan dalam keterangan lain, perjalanan panjang adl radius 83 km. Jadi lebih dari itu tdk bisa wanita pergi sendiri. Ini bagi yg melarang.
Dan dalam keterangan lain, perjalanan panjang adl radius 83 km. Jadi lebih dari itu tdk bisa wanita pergi sendiri. Ini bagi yg melarang.
Namun dalam madzhab syafi'i, ada beberapa alasan lain yg membolehkan wanita pergi sendiri jarak jauh, semisal mengembalikan hutang, dll
Dan pada pendapat lain, wanita bisa melakukan perjalanan sendiri tanpa suami/mahram/teman wanita, meski jauh jika madhmunul amni
Maksud madhmunul amni di sini adalah jika keselamatannya benar2 terjamin. Jika keselamatannya dikhawatirkan, maka tdk boleh, meski dekat
Aturan semacam ini kita jangan mengartikannya dg kacamata terbalik bahwa syariat itu terkesan mengekang kebebasan wanita.
Justru sebaliknya, yaitu syariat menaruh aturan seperti ini adalah untuk menjaga keselamatan wanita itu dalam keadaan apapun.
Tentu juga dalam tatakramanya, seorang wanita jika ingin bepergian sendiri diharuskan meminta izin kepada suami atau ortu/walinya.
Kesimpulannya, ada beberapa hal yg harus diperhatikan soal wanita yg akan melakukan bepergian sendirian. Yg terpenting adl keamanan.
Sebab jika kita memperhatikan berbagai macam pendapat itu, titik tekan permasalahannya adl pada keselamatan si wanita.
Ini memang jika seorang wanita itu hidup sendirian, atau semisal tidak/belum punya suami, tidak ada mahram, teman wanita, dll.
Namun baiknya, tentu saja seorang wanita jika bepergian jauh, bersama suaminya, mahramnya, atau temannya. Tidak sendirian.
Dan soal pergi jauh sendiri inipun (dari sudut pandang "sebaiknya") tdk cuma hanya wanita, tetapi pria jg. & wanita lebih diprioritaskan
Sebab di hadits lain Nabi menganjurkan hendaknya seseorang itu tidak pergi jauh sendiri, tetapi berdua, atau rombongan
Namun bukan lantas pergi sendirian itu dilarang. Boleh2 saja tidak masalah. Hanya untuk wanita yg terpenting adalah tadi.
Semoga menambah ilmu dan mencerahkan. Selamat berakhir pekan, hendak diisi liburan ke mana nih? :) moga selalu dalam lindungan Allah
Bagi suami, bagi yg cowok, luangkan waktu bagi istrimu atau keluarga wanitamu jika dia ingin bepergian, temani, jaga selalu :)
Syukur2 jika bisa/ada kendaraan sendiri sehingga istri atau keluarga wanitamu
Memahami Kembali Nash Quran/Sunnah
Sering aku sampaikan bahwa memahami nash Qur'an/sunnah secara tekstual dan tanpa memahami persambungannya itu selalu menimbulkan masalah
Hal ini sebab nash-nash itu saling berhubung satu sama lain. Artinya memahami syariat ini harus melihatnya secara utuh, bukan sepotong2
Di antara nash yg sering dipahami salah, bahkan berujung pada mengkafirkan yg lain adalah soal hadits tasyabbuh
( *ket : At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya.)
Man tasyabbaha bi qoumin fa huwa minhum... seseorang yg menyerupai suatu bangsa maka dia adalah bagian mereka
Hadits ini sangat sering disalahgunakan untuk menyalahkan muslim yg lain dan serta merta melabelinya kufur jika pakai adat bangsa lain
Terutama jika kebetulan kebiasaan yg ditiru adalah adat orang Barat, Eropa, Amerika. Cepat sekali melabeli kafir begitu saja? mudah betul?
Padahal jika dicermati dg baik, apa ada di situ kata kufur andai seorang muslim menyerupai kebiasaan bangsa lain?
Belum juga hadits ini adalah masuk kategori hadist mutlaq yang muqoyyad atau hadits aam yang makhsus. Lagi2 di sini pentingnya Ushul Fiqh
Maka, hadits tadi pada dasarnya hanya untuk hal-hal yang negatif yang bertentangan dg syariat dan moral yang berlaku
Itupun andai bertentangan dengan moral dan tak sejalan dengan ruh syariat tidak serta merta begitu saja dilabeli kafir. Tidak semudah itu
Aku beri satu contoh saja, semisal ada di antara kita mengutip Kalimat di Bibel, seperti "Semua indah pada waktunya".
Apa lantas serta merta seseorang itu jadi kufur hanya gara-gara mengutip dengan dalih dia menyerupai orang nashrani? mudah sekali?
Orang yg menjudge yg lain dg hadits ini hanya gara2 melihat muslim yg lain mengutip bibel justru melakukan beberapa kesalahan fatal
Pertama, dia salah menggunakan hadits ini sekaligus salah menempatkannya pula. Jadinya salah alamat dan tidak nyambung.
Kedua, memang menurut keyakinan kita bahwa Injil, Taurat dan Zabur telah mengalami pengubahan dan pemalsuan di sana-sini
Namun di dalamnya masih banyak bertebaran sisa-sisa Firman Allah yg asli. Ini harus kita perhatikan baik-baik
Jadi semisal kita menemukan kata yg sesuai dg yg ada dalam Qur'an atau Sunnah maka itu masih termasuk bagian ajaran yg tidak diubah
Semisal kalimat tadi, semua indah pada waktunya, sama kandungannya dg hadits Man ta'ajjala bi syai-in qobla awanih, uqiba bi hirmanih
Bahwa jika seseorang tergesa terhadap sesuatu sebelum waktunya maka dia akan terhalang dari yg diingininya itu.
Artinya memang segala sesuatu itu indah pada waktunya.
Ketiga, orang ini lupa sama sekali dg hadits al-hikmah dhoollatul mu'min, aina wajadaha fa huwa ahaqqu biha
Bahwa ilmu, kebijaksanaan apapun adalah benda kaum muslim yg hilang, di mana saja dia menemukannya maka dia berhak atasnya
Keempat, ini anehnya, orang yg menyalahkan yg lain dg pakai hadits tasyabbuh ini, juga pakai facebook, twitter dan sejenisnya!
Ya Subhanallah! Apa nggak melihat facebook, twitter itu siapa yang membuat? ini namanya meludah ke atas tepercik muka sendiri
Kenapa dia tidak menyetempel dahinya sendiri bahwa dia juga kafir sebab menyerupai/mengikuti kebiasaan bangsa lain?
Pelajaran penting lain, bahwa kesalahan dalam berpikir, kesalahan memaknai nash syariat itu hasilnya selalu kontradiktif
Maka artikan nash2 suci itu sesuai dg apa yg dimaksudkan oleh Musyarri' (Allah dan Nabi2nya), jangan diartikan semau pusar sendiri.
Semisal dia berdalih, itu kan hal duniawi, hadits itu buat hal yg berhubung dg agama saja.
Lagi2 dalihnya itupun mentah sebab (jika disesuaikan dg cara serampangan dia) hadits tadi umum mencakup apa saja.
Alhasil apapun alasannya akan selalu kontradiksi dan menikam dia sendiri serta akan selalu memaksanya menelan pil pahit
Ya tentu saja sebab cara memahami nash syariat yg salah. Efek ketidakpahaman akan manthuq (tekstual) dan mafhum (konstektual)
Akhirnya, kita masih perlu banyak belajar lagi, banyak kesalahan bersikap gara2 kesalahpahaman yg kita alami.
Parahnya jika sampai kesalahpahaman itu digunakan untuk menjudge saudara muslim yg lain, merasa yg paling benar sendiri.
Ubah paradigma berpikir yg salah itu. Agama ini mengajarkan kita untuk berpikir, agama ini bukan doktrin mentah begitu saja.
Akhirnya, mari bersama menjadi muslim yang baik. Bukan menjadi muslim yg MERASA baik (sifatnya iblis itu, merasa-merasa). Wallahu A'lam
Sikap moderat (Wasathi) itu memang selalu yang paling selamat. Yuk, memulai lagi hari-hari dengan semangat. Bismillah :)
Hal ini sebab nash-nash itu saling berhubung satu sama lain. Artinya memahami syariat ini harus melihatnya secara utuh, bukan sepotong2
Di antara nash yg sering dipahami salah, bahkan berujung pada mengkafirkan yg lain adalah soal hadits tasyabbuh
( *ket : At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya.)
Man tasyabbaha bi qoumin fa huwa minhum... seseorang yg menyerupai suatu bangsa maka dia adalah bagian mereka
Hadits ini sangat sering disalahgunakan untuk menyalahkan muslim yg lain dan serta merta melabelinya kufur jika pakai adat bangsa lain
Terutama jika kebetulan kebiasaan yg ditiru adalah adat orang Barat, Eropa, Amerika. Cepat sekali melabeli kafir begitu saja? mudah betul?
Padahal jika dicermati dg baik, apa ada di situ kata kufur andai seorang muslim menyerupai kebiasaan bangsa lain?
Belum juga hadits ini adalah masuk kategori hadist mutlaq yang muqoyyad atau hadits aam yang makhsus. Lagi2 di sini pentingnya Ushul Fiqh
Maka, hadits tadi pada dasarnya hanya untuk hal-hal yang negatif yang bertentangan dg syariat dan moral yang berlaku
Itupun andai bertentangan dengan moral dan tak sejalan dengan ruh syariat tidak serta merta begitu saja dilabeli kafir. Tidak semudah itu
Aku beri satu contoh saja, semisal ada di antara kita mengutip Kalimat di Bibel, seperti "Semua indah pada waktunya".
Apa lantas serta merta seseorang itu jadi kufur hanya gara-gara mengutip dengan dalih dia menyerupai orang nashrani? mudah sekali?
Orang yg menjudge yg lain dg hadits ini hanya gara2 melihat muslim yg lain mengutip bibel justru melakukan beberapa kesalahan fatal
Pertama, dia salah menggunakan hadits ini sekaligus salah menempatkannya pula. Jadinya salah alamat dan tidak nyambung.
Kedua, memang menurut keyakinan kita bahwa Injil, Taurat dan Zabur telah mengalami pengubahan dan pemalsuan di sana-sini
Namun di dalamnya masih banyak bertebaran sisa-sisa Firman Allah yg asli. Ini harus kita perhatikan baik-baik
Jadi semisal kita menemukan kata yg sesuai dg yg ada dalam Qur'an atau Sunnah maka itu masih termasuk bagian ajaran yg tidak diubah
Semisal kalimat tadi, semua indah pada waktunya, sama kandungannya dg hadits Man ta'ajjala bi syai-in qobla awanih, uqiba bi hirmanih
Bahwa jika seseorang tergesa terhadap sesuatu sebelum waktunya maka dia akan terhalang dari yg diingininya itu.
Artinya memang segala sesuatu itu indah pada waktunya.
Ketiga, orang ini lupa sama sekali dg hadits al-hikmah dhoollatul mu'min, aina wajadaha fa huwa ahaqqu biha
Bahwa ilmu, kebijaksanaan apapun adalah benda kaum muslim yg hilang, di mana saja dia menemukannya maka dia berhak atasnya
Keempat, ini anehnya, orang yg menyalahkan yg lain dg pakai hadits tasyabbuh ini, juga pakai facebook, twitter dan sejenisnya!
Ya Subhanallah! Apa nggak melihat facebook, twitter itu siapa yang membuat? ini namanya meludah ke atas tepercik muka sendiri
Kenapa dia tidak menyetempel dahinya sendiri bahwa dia juga kafir sebab menyerupai/mengikuti kebiasaan bangsa lain?
Pelajaran penting lain, bahwa kesalahan dalam berpikir, kesalahan memaknai nash syariat itu hasilnya selalu kontradiktif
Maka artikan nash2 suci itu sesuai dg apa yg dimaksudkan oleh Musyarri' (Allah dan Nabi2nya), jangan diartikan semau pusar sendiri.
Semisal dia berdalih, itu kan hal duniawi, hadits itu buat hal yg berhubung dg agama saja.
Lagi2 dalihnya itupun mentah sebab (jika disesuaikan dg cara serampangan dia) hadits tadi umum mencakup apa saja.
Alhasil apapun alasannya akan selalu kontradiksi dan menikam dia sendiri serta akan selalu memaksanya menelan pil pahit
Ya tentu saja sebab cara memahami nash syariat yg salah. Efek ketidakpahaman akan manthuq (tekstual) dan mafhum (konstektual)
Akhirnya, kita masih perlu banyak belajar lagi, banyak kesalahan bersikap gara2 kesalahpahaman yg kita alami.
Parahnya jika sampai kesalahpahaman itu digunakan untuk menjudge saudara muslim yg lain, merasa yg paling benar sendiri.
Ubah paradigma berpikir yg salah itu. Agama ini mengajarkan kita untuk berpikir, agama ini bukan doktrin mentah begitu saja.
Akhirnya, mari bersama menjadi muslim yang baik. Bukan menjadi muslim yg MERASA baik (sifatnya iblis itu, merasa-merasa). Wallahu A'lam
Sikap moderat (Wasathi) itu memang selalu yang paling selamat. Yuk, memulai lagi hari-hari dengan semangat. Bismillah :)
Belajar Bijak Menerapkan Syari'at
Hari ini mendapat informasi menarik perihal PMII Grobogan yg katanya mengadakan pelantikan anggotanya di Klenteng
Siapapun tahu bahwa organisasi mahasiswa ini dikenal ada hubungan dg NU walaupun tak lagi jadi underbouw NU...
Sama halnya dg berita beberapa waktu lalu saat ada Kyai yg ceramah di gereja (tanpa melihat isi ceramah)...
Aku tidak akan bicara soal boleh apa tidak di sini, karena itu hal cukup jelas dalam syariat.. Sholat saja boleh di tempat2 itu...
Namun lebih pada bijak apa tidak. Mengingat keadaan saat ini. Dan dua berita tadi mengingatkanku pada Mauqif S. Umar bin Khattab
Terlebih umumnya muslim bangsa kita, terlihat sangat belum siap menerima perbedaan bahkan dlm level paling sederhana dlm fiqh sekalipun
Belum di sana ditambah adanya pihak2 yg memang ingin menangguk di air keruh. Apalagi kalau sudah bersinggungan dg hal2 sensitif, agama
Kala peristiwa penyerahan Jerusalem dari Byzantium Roma ke Ummat Islam sekitar tahun 20 H, pernah terjadi hal yg serupa dg seperti ini...
Saat Khalifah kedua, S. Umar bin Khattab (salah satu sosok 100 tokoh dunia berpengaruh sepanjang masa, menurut Michael H. Hart)...
. ...dipersilahkan untuk melakukan shalat sunnah di salah satu gereja terbesar di Jerusalem kala itu, Kanisah al-Qiyamah (saint apa ya?)
S. Umar bin Khattab mengambil sunnah (sikap) menolak hal itu (untuk tidak sholat di gereja) dg alasan bukan haram...
. ..bukan juga agar tidak dikomplain pasukan muslimin saat itu. Tapi beliau memandang sangat jauh sekali ke depan...
...yg dg bashiroh (pandangan hati) beliau sangat tahu bahwa Ummat Islam akan sampai pada kualitas ilmu agama yg menyedihkan...
. ...seperti saat ini, dg jawaban singkat, agar tindakan beliau tidak dijadikan hujjah (argumen) yg disalahgunakan orang2 setelahku...
Entah apa yg terjadi andai saat itu S. Umar bin Khattab tetap shalat di gereja, pasti keadaan saat ini akan jauh lebih kacau lagi
Dan S. Umar tetap sholat dua rakaat hanya saja di halaman Kanisah Qiyamah itu. Tidak di dalam.
Pelajaran penting apa kita ambil dari sini? Ini bukan soal keadaan yg mesti di-kudu-kan agar masyarakat kita menerima...
Memangnya dikira semua orang cara berpikirnya sama. Beda kepala beda pikiran...
Apalagi kalau pemahaman soal agama masih sat-hi (di permukaan), hal2 dasar seputar ibadah, belum masuk pada substansi...
Cukup elegan sekali S. Umar bin Khattab memberikan pelajaran kehidupan kepada kita bahwa...
Beda antara hukum dan kebijakan dalam menerapkan hukum itu sendiri...
Dan ini pula yg diterapkan oleh Nabi serta 4 Khalifah Rasyidin setelahnya. Dan ini yg dimaksud oleh Nabi dg haditsnya...
Alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafa' arrasyidina almahdiyyina min ba'di, addhu alaiha bin nawadzij...
Tetaplah kalian pada sunnahku dan sunnah khalifah rasyidin setelahku, gigit kuat2. Sunnah di sini adl sikap/kebijakan menerapkan hukum
Bukan sunnah2 ibadah itu. Makanya, bisa jadi sesuatu itu boleh, tapi jika diterapkan namun menjadikan fitnah, malah jatuhnya salah
Sementara memicu hal yg bisa menimbulkan fitnah adl sangat terlarang oleh syariat. Bahkan provokatornya terlaknat langsung oleh Allah
Contoh sederhana dlm hal ini di lingkungan kami adl cadar. Hampir 98% keluarga wanita alumni almamater kami tak bercadar
Padahal kami dlm kurun waktu minimal 10 tahun berada di Makkah yg masyarakatnya bercadar. Scara logika semestinya menerapkan hal yg sama
Tapi kenapa tidak? Bukan sebab tidak bisa mengharuskannya pada keluarga, istri dan putri, tapi lebih pada menghindari fitnah...
Apalagi di Indonesia pengguna cadar identik sekali dg aliran keras yg kerap banyak melakukan hal2 bertentangan dg ruh syariat
Maka kasus semisal penggunaan cadar atau pelantikan di klenteng, ceramah di gereja, secara hukum syariat sih boleh2 saja
Tetapi apa hal yg boleh itu lantas mesti diterapkan begitu saja tanpa melihat keadaan? Di sini kebijaksanaan itu diperlukan
Kalau contoh kebijakan model gini dari Nabi sendiri ya rencana mengembalikan Ka'bah ke bentuk semula. Tidak dilakukan sebab...
...melihat ketidaksiapan masyarakat Arab melihat perubahan yg ekstrem. Padahal ini Nabi, utusan langsung dari Allah...
Namun beliau ingin memberi pelajaran besar pada ummatnya, khususnya para pemimpin dan kalangan terpelajarnya, yakni...
Pandai2lah dan bijaklah dalam menerapkan ilmu, teori yg kalian punya. Bukan asal menerapkan semau gue sendiri, sekarep udele dewe...
Apalagi memaksakan menerapkan sementara masyarakat belum siap dg hal itu. Bakal dibrogali dg tomat bosok sampean kalau tetap nekat...
Atau pasti dihujat sana sini khususnya mereka2 yg tidak mengerti atau yg kerap memahami agama dlm bentuk teks tertulis saja itu...
Pada akhirnya, di samping kita dituntut untuk belajar teori ilmu agama, kita juga dituntut untuk belajar bijak dlm menerapkan teori itu
Melihat situasi & keadaan, agar tidak menimbulkan fitnah. Karena fitnah itu tidur & Allah Melaknat siapapun yg berani2 membangunkannya
Al-fitnatu na-imah, la'anallahu man aiqodhoha..
Siapapun tahu bahwa organisasi mahasiswa ini dikenal ada hubungan dg NU walaupun tak lagi jadi underbouw NU...
Sama halnya dg berita beberapa waktu lalu saat ada Kyai yg ceramah di gereja (tanpa melihat isi ceramah)...
Aku tidak akan bicara soal boleh apa tidak di sini, karena itu hal cukup jelas dalam syariat.. Sholat saja boleh di tempat2 itu...
Namun lebih pada bijak apa tidak. Mengingat keadaan saat ini. Dan dua berita tadi mengingatkanku pada Mauqif S. Umar bin Khattab
Terlebih umumnya muslim bangsa kita, terlihat sangat belum siap menerima perbedaan bahkan dlm level paling sederhana dlm fiqh sekalipun
Belum di sana ditambah adanya pihak2 yg memang ingin menangguk di air keruh. Apalagi kalau sudah bersinggungan dg hal2 sensitif, agama
Kala peristiwa penyerahan Jerusalem dari Byzantium Roma ke Ummat Islam sekitar tahun 20 H, pernah terjadi hal yg serupa dg seperti ini...
Saat Khalifah kedua, S. Umar bin Khattab (salah satu sosok 100 tokoh dunia berpengaruh sepanjang masa, menurut Michael H. Hart)...
. ...dipersilahkan untuk melakukan shalat sunnah di salah satu gereja terbesar di Jerusalem kala itu, Kanisah al-Qiyamah (saint apa ya?)
S. Umar bin Khattab mengambil sunnah (sikap) menolak hal itu (untuk tidak sholat di gereja) dg alasan bukan haram...
. ..bukan juga agar tidak dikomplain pasukan muslimin saat itu. Tapi beliau memandang sangat jauh sekali ke depan...
...yg dg bashiroh (pandangan hati) beliau sangat tahu bahwa Ummat Islam akan sampai pada kualitas ilmu agama yg menyedihkan...
. ...seperti saat ini, dg jawaban singkat, agar tindakan beliau tidak dijadikan hujjah (argumen) yg disalahgunakan orang2 setelahku...
Entah apa yg terjadi andai saat itu S. Umar bin Khattab tetap shalat di gereja, pasti keadaan saat ini akan jauh lebih kacau lagi
Dan S. Umar tetap sholat dua rakaat hanya saja di halaman Kanisah Qiyamah itu. Tidak di dalam.
Pelajaran penting apa kita ambil dari sini? Ini bukan soal keadaan yg mesti di-kudu-kan agar masyarakat kita menerima...
Memangnya dikira semua orang cara berpikirnya sama. Beda kepala beda pikiran...
Apalagi kalau pemahaman soal agama masih sat-hi (di permukaan), hal2 dasar seputar ibadah, belum masuk pada substansi...
Cukup elegan sekali S. Umar bin Khattab memberikan pelajaran kehidupan kepada kita bahwa...
Beda antara hukum dan kebijakan dalam menerapkan hukum itu sendiri...
Dan ini pula yg diterapkan oleh Nabi serta 4 Khalifah Rasyidin setelahnya. Dan ini yg dimaksud oleh Nabi dg haditsnya...
Alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafa' arrasyidina almahdiyyina min ba'di, addhu alaiha bin nawadzij...
Tetaplah kalian pada sunnahku dan sunnah khalifah rasyidin setelahku, gigit kuat2. Sunnah di sini adl sikap/kebijakan menerapkan hukum
Bukan sunnah2 ibadah itu. Makanya, bisa jadi sesuatu itu boleh, tapi jika diterapkan namun menjadikan fitnah, malah jatuhnya salah
Sementara memicu hal yg bisa menimbulkan fitnah adl sangat terlarang oleh syariat. Bahkan provokatornya terlaknat langsung oleh Allah
Contoh sederhana dlm hal ini di lingkungan kami adl cadar. Hampir 98% keluarga wanita alumni almamater kami tak bercadar
Padahal kami dlm kurun waktu minimal 10 tahun berada di Makkah yg masyarakatnya bercadar. Scara logika semestinya menerapkan hal yg sama
Tapi kenapa tidak? Bukan sebab tidak bisa mengharuskannya pada keluarga, istri dan putri, tapi lebih pada menghindari fitnah...
Apalagi di Indonesia pengguna cadar identik sekali dg aliran keras yg kerap banyak melakukan hal2 bertentangan dg ruh syariat
Maka kasus semisal penggunaan cadar atau pelantikan di klenteng, ceramah di gereja, secara hukum syariat sih boleh2 saja
Tetapi apa hal yg boleh itu lantas mesti diterapkan begitu saja tanpa melihat keadaan? Di sini kebijaksanaan itu diperlukan
Kalau contoh kebijakan model gini dari Nabi sendiri ya rencana mengembalikan Ka'bah ke bentuk semula. Tidak dilakukan sebab...
...melihat ketidaksiapan masyarakat Arab melihat perubahan yg ekstrem. Padahal ini Nabi, utusan langsung dari Allah...
Namun beliau ingin memberi pelajaran besar pada ummatnya, khususnya para pemimpin dan kalangan terpelajarnya, yakni...
Pandai2lah dan bijaklah dalam menerapkan ilmu, teori yg kalian punya. Bukan asal menerapkan semau gue sendiri, sekarep udele dewe...
Apalagi memaksakan menerapkan sementara masyarakat belum siap dg hal itu. Bakal dibrogali dg tomat bosok sampean kalau tetap nekat...
Atau pasti dihujat sana sini khususnya mereka2 yg tidak mengerti atau yg kerap memahami agama dlm bentuk teks tertulis saja itu...
Pada akhirnya, di samping kita dituntut untuk belajar teori ilmu agama, kita juga dituntut untuk belajar bijak dlm menerapkan teori itu
Melihat situasi & keadaan, agar tidak menimbulkan fitnah. Karena fitnah itu tidur & Allah Melaknat siapapun yg berani2 membangunkannya
Al-fitnatu na-imah, la'anallahu man aiqodhoha..
1 Jan 2014
Apakah Ritual Rabu Wekasan Termasuk Bid'ah?
Selamat pagi tweeps, selamat memasuki tahun baru 2014, moga tahun ini bisa lebih baik dari tahun 2013 kemarin, sudah buat resolusi hidup?
Tahun baru kali ini (01.01.2014) bertepatan dg tanggal 29 Shofar 1435 H, hari Rabu lagi, yg sebagian orang menyebutnya dg Rabo Wekasan
Atau hari Rabu yg jatuh di akhir bulan Safar. Kenapa aku kultwit soal ini? Sebab banyaknya pertanyaan seputar hari ini di TL-ku
Dan belum ada yg aku jawab, yakni adakah amalan khusus di hari rabu akhir safar ini? Yg katanya malapetaka diturunkan pd hari ini...
..seram betul kan kedengerannya? Katanya jg ada sholat li daf'il bala', sholat menolak petaka di hari ini, apa Nabi pernah menuntunkan?
Sebelum lebih jauh membahas soal Rabu Wekasan, Atau yg katanya Arbi'a Nahs Mustamir, ingin aku beritahukan dulu pada tweeps bahwa...
Ada keamburadulan maklumat sputar Rabu Wekasan ini jg hadits yg berkenaan dg shofar skaligus kekurangtahuan asal usul ritual Rabu Wekasan
Akibatnya yg terjadi (yah seperti biasa lah) perdebatan dan tentu saja pembid'ahan. Sementara yg melakukan, tetap show must go on
Pertanyaannya? Apakah memang ada amalan khusus yg diajarkan Nabi perihal Rabu Akhir Shofar? Secara teks hadits, tidak ada
Lalu, berarti yg dilakukan kebanyakan orang dg ritual amal2 pada Rabu Akhir Shofar itu bid'ah dong? Tidak bisa jg secepat itu menjudge
Perlu kita pelajari dulu asal usul amalan yg dilakukan umumnya masyarakat itu sekaligus korelasi hadits2 seputar ini
Semalam baru saja saat kajian Shahih Muslim dg Guru Besar kami aku mendapatkan satu hadits sangat penting seputar turun malapetaka ini
Hadits yg terdapat dlm Shahih Muslim ini menyatakan bahwa ada satu hari dan satu waktu dlm setahun momen diturunkannya malapetaka
Hanya saja hadits itu tidak menyebutkan bahwa momen turunnya malapetaka itu turun di hari Rabu akhir shofar
Yg menarik adl penjelasan berikutnya di Hadits itu. Info tambahan dari Laits bin Sa'd al-Fahmi, bahwa orang2 non Arab percaya...
Jika hari diturunkannya malapetaka itu adl pada bulan Kanun al-Awwal, atau dalam kalender Gregorian ya bulan Desember-Januari ini
Alhasil, tsabat (jelas dan tetap) dari Nabi bahwa dlm satu tahun ada waktu diturunkannya waba' (malapetaka) hanya saja tdk bilang kapan
Lantas itu orang2 melakukan doa tolak bala' pada hari Rabu Akhir Shofar itu dari mana? Nah ini dari hasil tajribah (pengalaman)...
Dari orang2 shalih. Kejadian mirip waktu Lailatul Qodar yg dirahasiakan tetapi tdk menutup di sana ada orang2 shalih yg diberitahu
Dan karena ini tajribah, maka kasusnya adl kembali ke keyakinan dan kemantapan masing2, titik ini yg harus kita pahami bersama dulu
Dari referensi yg aku baca, tajribah dan kasyf (penyingkapan tabir) bahwa waktu diturunkannya malapetaka di hari rabu akhir sofar itu...
...tak hanya dialami satu orang saja, namun beberapa ahlillah melihat hal yg sama, makanya mereka memberi taujih (arahan)...
...agar pada hari rabu akhir shofar itu kita semua berdoa agar selamat dari malapetaka. Arahan yg tak salah, dan tentu saja...
...dalam doa2 kita pun kita selalu meminta kepada Allah agar melindungi kita dari segala mara bahaya...
Nah, kalau yg sholat li daf'il bala' (sholat tolak malapetaka) itu apa? Emangnya ada? Sebenarnya ini salah kaprah penyebutan...
Aslinya ya hanya sholat sunnah mutlak biasa saja & ini untuk memperkuat efek doa. Bukankah kita jg terbiasa doa didahului dg sholat kan?
Terus yg baca yasin, ada ayat yg diulang 313x tu apa? Bukannya malah menambah2 Qur'an?
Ya tentu saja tidak, yg namanya menambah itu mengubah, dan pengulangan ayat di sini itu semisal taukid. Jg hal ini didapat dari tajribah
Sama seperti seseorang membaca al-Ikhlas 3x, ada faedah khusus dan ini tentu saja bab/ilmu menyendiri...
Lalu bagaimana dg hadits "La shofaro"? Bukannya malah ritual ini bertabrakan dg hadits shahih itu?
Tidak juga, sebab hadits ini adl untuk membatalkan anggapan dari era jahiliyyah bahwa bulan shofar itu membawa sial & kenahasan
Dan orang2 Arab pra Islam sering melakukan pengubahan bulan2 untuk menghindari anggapan buruk (tasya-um) kenahasan2
Maka jika dicermati dan dipahami dg baik bahwa ritual doa berlindung dari malapetaka di rabu akhir sofar sama sekali tak berhubungan...
Dg hadits "laa shofaro" itu meski sama2 ada kata Shofar. Adapun hadits Arbi'a Nahs Mustamir oleh Imam Assakhowi dikatakan...
Bahwa hadits itu Wahi (sangat2 lemah), hadits yg mengindakasikan bahwa rabu adl hari sial. Dan lagi2 jika dicermati, tak ada hubungan...
...dg ritual masyarakat umum di Rabu akhir shofar meski sama2 hari rabu. Jadi keduanya itu (shofar & rabu) adl kebetulan saja
So kesimpulannya gimana? Karena ini adl prosesi doa bersama saja maka ya kembali ke diri kita masing2, mantap ya lakukan...
Kalau tidak ya tidak perlu menyalahkan apalagi membid'ahkan yg melakukan. Perihal kok pas hari rabu ya tadi, arahan saja...
Wa illa, setiap saat kita juga berdoa pada Allah agar dilindungi dari segala marabahaya dan bala' kan? So apanya yg diributkan...
Pada akhirnya, yg jelas saat ini (merayakan atau tidak) kita sedang bahagia dg masuknya tahun baru 2014...
Lebih dari itu, momennya jg pas dg kita masuk pada bulan mulia kelahiran Nabi, bulan maulid... Bulan penuh cahaya
Apa ya masih mau ribut lagi? Botol betul, nggak capek a ribut2 terus mulai dari Natal, Tahun Baru, Rabu Wekasan lalu Maulid?
Muslim kualitas cap apa yg selalu suka dg keributan, sesama muslim sendiri lagi, di bulan mulia kelahiran Nabi lagi...
Sudah cukup capek kita diributkan dg natal kemarin, tahun baru + rabu akhir shofar hari ini, dan mau melelahkan lagi dg maulid?
Udah, pakai filosofi "anjing menggonggong kafilah berlalu" untuk persoalan maulid. Waktu kita bergembira ria dg hari kelahiran Junjungan
Yg alergi dg Nabi, yg hendak meributkan maulid biar sana dg hati busuk penuh kesumat biar buat tulisan2, pidato2. Kita tinggalkan mereka
Semoga mencerahkan, menambah ilmu. Tak ada masalah apapun dg ritual rabu akhir shofar sebab itu hanya momen berdoa saja. Doa tak bid'ah
Saatnya buat agenda2 & rencana2 lebih baik untuk meningkatkan kualitas keislaman kita. Mumpung tahun baru. Salam..
Tahun baru kali ini (01.01.2014) bertepatan dg tanggal 29 Shofar 1435 H, hari Rabu lagi, yg sebagian orang menyebutnya dg Rabo Wekasan
Atau hari Rabu yg jatuh di akhir bulan Safar. Kenapa aku kultwit soal ini? Sebab banyaknya pertanyaan seputar hari ini di TL-ku
Dan belum ada yg aku jawab, yakni adakah amalan khusus di hari rabu akhir safar ini? Yg katanya malapetaka diturunkan pd hari ini...
..seram betul kan kedengerannya? Katanya jg ada sholat li daf'il bala', sholat menolak petaka di hari ini, apa Nabi pernah menuntunkan?
Sebelum lebih jauh membahas soal Rabu Wekasan, Atau yg katanya Arbi'a Nahs Mustamir, ingin aku beritahukan dulu pada tweeps bahwa...
Ada keamburadulan maklumat sputar Rabu Wekasan ini jg hadits yg berkenaan dg shofar skaligus kekurangtahuan asal usul ritual Rabu Wekasan
Akibatnya yg terjadi (yah seperti biasa lah) perdebatan dan tentu saja pembid'ahan. Sementara yg melakukan, tetap show must go on
Pertanyaannya? Apakah memang ada amalan khusus yg diajarkan Nabi perihal Rabu Akhir Shofar? Secara teks hadits, tidak ada
Lalu, berarti yg dilakukan kebanyakan orang dg ritual amal2 pada Rabu Akhir Shofar itu bid'ah dong? Tidak bisa jg secepat itu menjudge
Perlu kita pelajari dulu asal usul amalan yg dilakukan umumnya masyarakat itu sekaligus korelasi hadits2 seputar ini
Semalam baru saja saat kajian Shahih Muslim dg Guru Besar kami aku mendapatkan satu hadits sangat penting seputar turun malapetaka ini
Hadits yg terdapat dlm Shahih Muslim ini menyatakan bahwa ada satu hari dan satu waktu dlm setahun momen diturunkannya malapetaka
Hanya saja hadits itu tidak menyebutkan bahwa momen turunnya malapetaka itu turun di hari Rabu akhir shofar
Yg menarik adl penjelasan berikutnya di Hadits itu. Info tambahan dari Laits bin Sa'd al-Fahmi, bahwa orang2 non Arab percaya...
Jika hari diturunkannya malapetaka itu adl pada bulan Kanun al-Awwal, atau dalam kalender Gregorian ya bulan Desember-Januari ini
Alhasil, tsabat (jelas dan tetap) dari Nabi bahwa dlm satu tahun ada waktu diturunkannya waba' (malapetaka) hanya saja tdk bilang kapan
Lantas itu orang2 melakukan doa tolak bala' pada hari Rabu Akhir Shofar itu dari mana? Nah ini dari hasil tajribah (pengalaman)...
Dari orang2 shalih. Kejadian mirip waktu Lailatul Qodar yg dirahasiakan tetapi tdk menutup di sana ada orang2 shalih yg diberitahu
Dan karena ini tajribah, maka kasusnya adl kembali ke keyakinan dan kemantapan masing2, titik ini yg harus kita pahami bersama dulu
Dari referensi yg aku baca, tajribah dan kasyf (penyingkapan tabir) bahwa waktu diturunkannya malapetaka di hari rabu akhir sofar itu...
...tak hanya dialami satu orang saja, namun beberapa ahlillah melihat hal yg sama, makanya mereka memberi taujih (arahan)...
...agar pada hari rabu akhir shofar itu kita semua berdoa agar selamat dari malapetaka. Arahan yg tak salah, dan tentu saja...
...dalam doa2 kita pun kita selalu meminta kepada Allah agar melindungi kita dari segala mara bahaya...
Nah, kalau yg sholat li daf'il bala' (sholat tolak malapetaka) itu apa? Emangnya ada? Sebenarnya ini salah kaprah penyebutan...
Aslinya ya hanya sholat sunnah mutlak biasa saja & ini untuk memperkuat efek doa. Bukankah kita jg terbiasa doa didahului dg sholat kan?
Terus yg baca yasin, ada ayat yg diulang 313x tu apa? Bukannya malah menambah2 Qur'an?
Ya tentu saja tidak, yg namanya menambah itu mengubah, dan pengulangan ayat di sini itu semisal taukid. Jg hal ini didapat dari tajribah
Sama seperti seseorang membaca al-Ikhlas 3x, ada faedah khusus dan ini tentu saja bab/ilmu menyendiri...
Lalu bagaimana dg hadits "La shofaro"? Bukannya malah ritual ini bertabrakan dg hadits shahih itu?
Tidak juga, sebab hadits ini adl untuk membatalkan anggapan dari era jahiliyyah bahwa bulan shofar itu membawa sial & kenahasan
Dan orang2 Arab pra Islam sering melakukan pengubahan bulan2 untuk menghindari anggapan buruk (tasya-um) kenahasan2
Maka jika dicermati dan dipahami dg baik bahwa ritual doa berlindung dari malapetaka di rabu akhir sofar sama sekali tak berhubungan...
Dg hadits "laa shofaro" itu meski sama2 ada kata Shofar. Adapun hadits Arbi'a Nahs Mustamir oleh Imam Assakhowi dikatakan...
Bahwa hadits itu Wahi (sangat2 lemah), hadits yg mengindakasikan bahwa rabu adl hari sial. Dan lagi2 jika dicermati, tak ada hubungan...
...dg ritual masyarakat umum di Rabu akhir shofar meski sama2 hari rabu. Jadi keduanya itu (shofar & rabu) adl kebetulan saja
So kesimpulannya gimana? Karena ini adl prosesi doa bersama saja maka ya kembali ke diri kita masing2, mantap ya lakukan...
Kalau tidak ya tidak perlu menyalahkan apalagi membid'ahkan yg melakukan. Perihal kok pas hari rabu ya tadi, arahan saja...
Wa illa, setiap saat kita juga berdoa pada Allah agar dilindungi dari segala marabahaya dan bala' kan? So apanya yg diributkan...
Pada akhirnya, yg jelas saat ini (merayakan atau tidak) kita sedang bahagia dg masuknya tahun baru 2014...
Lebih dari itu, momennya jg pas dg kita masuk pada bulan mulia kelahiran Nabi, bulan maulid... Bulan penuh cahaya
Apa ya masih mau ribut lagi? Botol betul, nggak capek a ribut2 terus mulai dari Natal, Tahun Baru, Rabu Wekasan lalu Maulid?
Muslim kualitas cap apa yg selalu suka dg keributan, sesama muslim sendiri lagi, di bulan mulia kelahiran Nabi lagi...
Sudah cukup capek kita diributkan dg natal kemarin, tahun baru + rabu akhir shofar hari ini, dan mau melelahkan lagi dg maulid?
Udah, pakai filosofi "anjing menggonggong kafilah berlalu" untuk persoalan maulid. Waktu kita bergembira ria dg hari kelahiran Junjungan
Yg alergi dg Nabi, yg hendak meributkan maulid biar sana dg hati busuk penuh kesumat biar buat tulisan2, pidato2. Kita tinggalkan mereka
Semoga mencerahkan, menambah ilmu. Tak ada masalah apapun dg ritual rabu akhir shofar sebab itu hanya momen berdoa saja. Doa tak bid'ah
Saatnya buat agenda2 & rencana2 lebih baik untuk meningkatkan kualitas keislaman kita. Mumpung tahun baru. Salam..
Seputar Hadist2 Bani Israel
Selamat malam tweeps, siang tadi aku mendapat link otak-atik perihal Qur'an dari salah satu pemikir yg belajar di luar negeri
Aku tidak akan menanggapi isi kultwit itu secara umum, namun pada poin tertentu saja yg pada dasarnya merupakan hal2 pokok
Namun ada ketidaktepatan maklumat (atau entah jika sengaja menutup mata atau pengkaburan pada pembaca atau sensasi) mengingat dia pemikir
Bahwa dlm kultwitnya dikatakan jika para ulama melarang periwayatan kisah2 dari Bangsa Israel pra Nabi Muhammad (Israi-iliyyat)
Coba dicek lagi dikultwit dia, atau sejenis itu yg tentu arahnya adl tidak diterimanya riwayat2 mengandung kisah2 isra-iliyyat
Tapi apa benar seperti itu? Bahwa hadits2/riwayat yg mengandung Isra-iliyyat tidak diterima begitu saja? Kebetulan ini dirosahku jg
Singkat saja seperti di awal twit bahwa Hadits kategori isra-iliyyat adl hadits yg bercerita kisah2 bangsa Israel sebelum Nabi Muhammad
Hadits/riwayat kategori ini sangat banyak bertebaran di kitab2 tafsir semisal Jami' al-Bayan-nya Thobari, Ma'alim Tanzil-nya al-Baghowi..
Atau Addurr al-Mantsur-nya As-Suyuthi, Tafsirnya Ibn Abi Hatim dan lain sebagainya. Bahkan ada jg di Bukhori dan Muslim...
Transmisi Riwayat2 Isra-iliyyat ini kebanyakan berujung kepada 4 orang. Abdullah bin Salam (sahabat), Ka'b al-Ahbar...
Dan kedua tokoh ini sebelum masuk Islam adl pemeluk agama Yahudi sekali penelaah kitab2 kuno baik di Yahudi & Kristen
Dua tokoh yg lain adl Wahb bin Munabbih al-Abnawi dan Ibn Juraij al-Makky. Ketiga tokoh ini seluruhnya Tsiqoh (kredibel)
Kecuali Abdullah bin Salam yg jelas Adil sebab Sahabat Nabi. Nah, bagaimana status riwayat2 Isra-iliyyat ini? Dg perawi2 sekelas itu
Secara singkat, melalui dasar Hadits Shahih dari Nabi perihal bagaimana menyikapi kisah2 Isra-iliyyat bahwa kisah2 ttg mereka itu...
Jika kita mendengarnya adl tidak membenarkannya juga tidak membohongkannya (laa tusoddiquhum wa laa tukaddzibuhum).. Ini arahan Nabi
Kecuali kisah Isra-iliyyat yg diriwayatkan Nabi sendiri, dg sanad yg shahih, maka sudah pasti benar dan tentu saja diterima
Dg kata lain (dari arahan Nabi itu) adl ambil pelajaran di balik kisah2 itu, soal benar tidaknya adl hal lain...Tentu yg dri selain Nabi
Nah dari sini para ahli hadits dan tafsir, para ulama raksasa itu memberitahukan bahwa tak semua kisah Isra-iliyyat itu ditolak...
Harus dipelajari lebih dulu bagaimana isi kisah itu dan bagaimana status sanad (mata rantai periwayatan) dari kisah itu...
Jika isinya tak bertentangan dg Qur'an/Sunnah serta sanadnya selamat, maka bisa diterima bahkan bisa jadi hujjah
Namun jika sanadnya kacau (semisal ada perawi yg lemah atau tukang bohong atau tukang pemalsu) baru tidak diterima dan tertolak...
Begitu jg jika matn (isi) kisah isra-iliyyat tersebut bertentangan dg Qur'an/Sunnah, tidak logis, serta tatabahasanya kacau...
Maka dlm dua kondisi ini riwayat israiliyyat tersebut tidak bisa diterima serta terlarang untuk digunakan. Kecuali cuma jdi bacaan saja
So, jika dia memahami posisi Isra-iliyyat sendiri dlm syariat itu dg baik, maka boleh jdi pemikir tadi tak akan menulis seperti itu
Atau bahkan lebih besar dari sekedar Isra-iliyyat, bahkan posisi Qur'an pun menurutnya adl "kepunyaan orang Islam"...
Maka menanggapi kultwit itu secara ilmiah tak akan menghasilkan titik temu jika terjadi benturan dlm hal2 dasar...
Lepas dari semua itu, alhasil yg penting bagi tweeps adl ilmu bahwa dlm khazanah periwayatan hadits ada riwayat kategori israiliyyat
Dan bagaimana kita menanggapi riwayat2 itu (semisal kisah2 seputar Nabi Adam, Ibunda Hawa, Habil & Qobil) sbb rata2 kisahnya menarik
Semoga menyegarkan dan menambah maklumat menjelang tidur. Salam
Aku tidak akan menanggapi isi kultwit itu secara umum, namun pada poin tertentu saja yg pada dasarnya merupakan hal2 pokok
Namun ada ketidaktepatan maklumat (atau entah jika sengaja menutup mata atau pengkaburan pada pembaca atau sensasi) mengingat dia pemikir
Bahwa dlm kultwitnya dikatakan jika para ulama melarang periwayatan kisah2 dari Bangsa Israel pra Nabi Muhammad (Israi-iliyyat)
Coba dicek lagi dikultwit dia, atau sejenis itu yg tentu arahnya adl tidak diterimanya riwayat2 mengandung kisah2 isra-iliyyat
Tapi apa benar seperti itu? Bahwa hadits2/riwayat yg mengandung Isra-iliyyat tidak diterima begitu saja? Kebetulan ini dirosahku jg
Singkat saja seperti di awal twit bahwa Hadits kategori isra-iliyyat adl hadits yg bercerita kisah2 bangsa Israel sebelum Nabi Muhammad
Hadits/riwayat kategori ini sangat banyak bertebaran di kitab2 tafsir semisal Jami' al-Bayan-nya Thobari, Ma'alim Tanzil-nya al-Baghowi..
Atau Addurr al-Mantsur-nya As-Suyuthi, Tafsirnya Ibn Abi Hatim dan lain sebagainya. Bahkan ada jg di Bukhori dan Muslim...
Transmisi Riwayat2 Isra-iliyyat ini kebanyakan berujung kepada 4 orang. Abdullah bin Salam (sahabat), Ka'b al-Ahbar...
Dan kedua tokoh ini sebelum masuk Islam adl pemeluk agama Yahudi sekali penelaah kitab2 kuno baik di Yahudi & Kristen
Dua tokoh yg lain adl Wahb bin Munabbih al-Abnawi dan Ibn Juraij al-Makky. Ketiga tokoh ini seluruhnya Tsiqoh (kredibel)
Kecuali Abdullah bin Salam yg jelas Adil sebab Sahabat Nabi. Nah, bagaimana status riwayat2 Isra-iliyyat ini? Dg perawi2 sekelas itu
Secara singkat, melalui dasar Hadits Shahih dari Nabi perihal bagaimana menyikapi kisah2 Isra-iliyyat bahwa kisah2 ttg mereka itu...
Jika kita mendengarnya adl tidak membenarkannya juga tidak membohongkannya (laa tusoddiquhum wa laa tukaddzibuhum).. Ini arahan Nabi
Kecuali kisah Isra-iliyyat yg diriwayatkan Nabi sendiri, dg sanad yg shahih, maka sudah pasti benar dan tentu saja diterima
Dg kata lain (dari arahan Nabi itu) adl ambil pelajaran di balik kisah2 itu, soal benar tidaknya adl hal lain...Tentu yg dri selain Nabi
Nah dari sini para ahli hadits dan tafsir, para ulama raksasa itu memberitahukan bahwa tak semua kisah Isra-iliyyat itu ditolak...
Harus dipelajari lebih dulu bagaimana isi kisah itu dan bagaimana status sanad (mata rantai periwayatan) dari kisah itu...
Jika isinya tak bertentangan dg Qur'an/Sunnah serta sanadnya selamat, maka bisa diterima bahkan bisa jadi hujjah
Namun jika sanadnya kacau (semisal ada perawi yg lemah atau tukang bohong atau tukang pemalsu) baru tidak diterima dan tertolak...
Begitu jg jika matn (isi) kisah isra-iliyyat tersebut bertentangan dg Qur'an/Sunnah, tidak logis, serta tatabahasanya kacau...
Maka dlm dua kondisi ini riwayat israiliyyat tersebut tidak bisa diterima serta terlarang untuk digunakan. Kecuali cuma jdi bacaan saja
So, jika dia memahami posisi Isra-iliyyat sendiri dlm syariat itu dg baik, maka boleh jdi pemikir tadi tak akan menulis seperti itu
Atau bahkan lebih besar dari sekedar Isra-iliyyat, bahkan posisi Qur'an pun menurutnya adl "kepunyaan orang Islam"...
Maka menanggapi kultwit itu secara ilmiah tak akan menghasilkan titik temu jika terjadi benturan dlm hal2 dasar...
Lepas dari semua itu, alhasil yg penting bagi tweeps adl ilmu bahwa dlm khazanah periwayatan hadits ada riwayat kategori israiliyyat
Dan bagaimana kita menanggapi riwayat2 itu (semisal kisah2 seputar Nabi Adam, Ibunda Hawa, Habil & Qobil) sbb rata2 kisahnya menarik
Semoga menyegarkan dan menambah maklumat menjelang tidur. Salam
Bertatakrama Dengan Al-Qur'an
Kemarin aku kultwit perihal apakah boleh wanita haid membaca/memegang Qur'an? http://t.co/tVger2Exep dan setelahnya ada pertanyaan2
Di antara pertanyaan2 sahabat2 pembaca kultwitku adl bagaimana sekarang semisal jika kita di kendaraan & ingin tilawah?
Sementara tentu saja namanya di perjalanan tdk memungkinkan untuk wudhu & sementara hati tenang dg tilawah?
Ada jg pertanyaan "nawar" soal aplikasi Qur'an di gadget, masa' mesti wudhu dulu, lagian males jg mau wudhu, dan daripada nganggur...
...mending baca tilawah di gadget tu tanpa harus repot2 wudhu, lagipula ada yg membolehkan. Pertanyaan2 yg cukup terarah..
Sebelum menjawab pertanyaan2 itu kemarin, aku sempat tercenung, apa sih sulitnya wudhu untuk baca Qur'an?
Dan jika tak punya wudhu serta semisal ada di perjalanan, apa tidak bisa mengganti tilawah (yg ada tatakrama wudhu) dg dzikir/sholawat?
Sempat jg terlintas pikiran, apa saking terdidiknya dlm cekokan alam rasionalitas sehingga bertatakrama pd Qur'an pun tak sempat?
Seperti di awal kultwitku kemarin (makanya mbok ya dibaca dg tenang, jangan tergesa) bahwa persoalan dg Qur'an bukan cuma semata hukum
Tetapi jg tatakrama, adab kita kepada Kitab Suci ini. Sangat ketat sekali para Ulama terdahulu kita mendidik adab pd Qur'an ini
Dan adab terbesar kepada Qur'an adl memegangnya, membawanya dan membacanya dalam keadaan diri kita suci dari najis dan hadats
Ini bukan persoalan daripada nganggur mending tilawah, bukan persoalan tenang sebab tilawah, bukan soal ngejar target one day one juz
Tetapi lebih pada seberapa ketundukanmu pd aturan syariat terhadap Qur'an dan seberapa adabmu kepada Qur'an
Sebab Qur'an bukan bacaan biasa, bukan novel, bukan buku2 pelajaran, tapi ia adl Kitab Suci yg kita dididik beda dlm menghadapinya
Makanya dlm definisi Qur'an sendiri ada kalimat "muta'abbadun bi tilawatih", membacanya dianggap ibadah. Nah pantaskah ibadah dg hadats?
Bahkan di sana ada kitab khusus yg ditulis soal ini, oleh Imam Annawawi, "Attibyan fi adabi hamalatil Qur'an", soal tatakrama pd Qur'an
Mulai bagaimana kita membawanya, yakni dg didekap di dada, bukan dikepit di ketiak (mana ketiaknya bau & bajunya kuning bekas keringet)
Bukan pula dicangking kayak membawa koran atau buku2 bacaan biasa. Saat membacanya dipangku atau diangkat dg tangan...
Bukan dg meletakkannya begitu saja di lantai sejajar dg kaki kita yg bau kaos kaki nggak dicuci sebulan itu...
Tidak meletakkan benda apapun meski pena (apalagi kacamata, atau yg lain) di atas Qur'an saat membacanya. Membalik halamannya...
...tidak dg jari yg kita kasih ludah apalagi mulut belum sikatan lagi. Saat meletakkannya bertumpuk Qur'an mesti diletakkan paling atas
Dan lain sebagainya dari seabreg bagaimana tata cara kita beradab kepada Qur'an, kepada sumber syariat...
Sangat kontras, sangat paradoks sekali saat seseorang semangat menjalankan/menegakkan syariat tp dia kurang ajar pada sumber syariat
Makanya aku sempat aku bilang bahwa seseorang itu bisa kufur bukan sbb tidak menjalankan syariat, tapi karena kurang ajar kepada syariat
Dan setan serta nafsu jg pinter dlm menjerumuskan, tak hanya dg cara jelek, tapi dg cara yg seolah bagus tapi hakikatnya jelek
Semisal tilawah tanpa wudhu. Ini hanya contoh kecil saja. Masih banyak sekali modus kebaikan tp ternyata itu jebakan setan
Makanya, ada kata hikmah tenar berbunyi gini, man tafaqqoha wa lam yatasawwof fa qod tafassaq
Bahwa orang menjalankan syariat saja tanpa tatakrama, tanpa adab, kurang ajar, bisa2 dia jadi fasiq, segaris saja dg kufur
Wa man tashowwafa wa lam yatafaqqoh fa qod tazandaq.. Dan yg tatakrama saja tanpa menjalankan syariat, bisa2 zindiq, awal kekufuran
Lha yg tepat gimana? Wa man tafaqqoha wa tashowwafa, fa qod tahaqqoq.. Yg menjalankan syariat + tatakrama, maka dia sampai hakikat agama
Aku pribadi tidak ada aplikasi Qur'an di gadgetku, sbb apa saja bisa masuk di gadget, mulai dari "surga" sampai "neraka"...
Belum lagi kita meletakkan gadget seenaknya. Sekali lagi ini bukan persoalan boleh atau tidak, tetapi tatakrama
Makanya pesan abadi Guru Besar kami adl "Addzauq fauqol ilm", bahwa kepekaan bertatakrama itu di atas ilmu
Ilmu, setinggi apapun; gelar, sebanyak apapun, tanpa kepekaan tatakrama & tanpa ketinggian adab, hanya menghasilkan sosok memuakkan
Apalagi pada Qur'an, maka jika ingin dpt faedah tilawah, jaminan tilawah kita diterima Allah, bertatakramalah pada Qur'an
Dan tatakrama terpenting pada Qur'an adl membacanya dlm keadaan suci, dlm keadaan kita punya wudhu...
Jangan asal semangat, asal ngejar ODOJ, sampai tilawah nggak wudhu, haid2 tetep tilawah, keplek itu namanya
Karena agama ini bukan hanya menjalankan syariat, tetapi bagaimana beradab pada syariat, beradab pada sumber syariat (Qur'an)
Juga beradab pada Sang Pembawa Syariat (Nabi Muhammad). Tak ada faedah apapun jika berani kurang ajar pada Qur'an dan kepada Nabi
Semoga menambah ilmu, manfaat, barokah dan mencerahkan serta semakin tahu bertatakrama kepada Al-Qur'an. Salam.
Di antara pertanyaan2 sahabat2 pembaca kultwitku adl bagaimana sekarang semisal jika kita di kendaraan & ingin tilawah?
Sementara tentu saja namanya di perjalanan tdk memungkinkan untuk wudhu & sementara hati tenang dg tilawah?
Ada jg pertanyaan "nawar" soal aplikasi Qur'an di gadget, masa' mesti wudhu dulu, lagian males jg mau wudhu, dan daripada nganggur...
...mending baca tilawah di gadget tu tanpa harus repot2 wudhu, lagipula ada yg membolehkan. Pertanyaan2 yg cukup terarah..
Sebelum menjawab pertanyaan2 itu kemarin, aku sempat tercenung, apa sih sulitnya wudhu untuk baca Qur'an?
Dan jika tak punya wudhu serta semisal ada di perjalanan, apa tidak bisa mengganti tilawah (yg ada tatakrama wudhu) dg dzikir/sholawat?
Sempat jg terlintas pikiran, apa saking terdidiknya dlm cekokan alam rasionalitas sehingga bertatakrama pd Qur'an pun tak sempat?
Seperti di awal kultwitku kemarin (makanya mbok ya dibaca dg tenang, jangan tergesa) bahwa persoalan dg Qur'an bukan cuma semata hukum
Tetapi jg tatakrama, adab kita kepada Kitab Suci ini. Sangat ketat sekali para Ulama terdahulu kita mendidik adab pd Qur'an ini
Dan adab terbesar kepada Qur'an adl memegangnya, membawanya dan membacanya dalam keadaan diri kita suci dari najis dan hadats
Ini bukan persoalan daripada nganggur mending tilawah, bukan persoalan tenang sebab tilawah, bukan soal ngejar target one day one juz
Tetapi lebih pada seberapa ketundukanmu pd aturan syariat terhadap Qur'an dan seberapa adabmu kepada Qur'an
Sebab Qur'an bukan bacaan biasa, bukan novel, bukan buku2 pelajaran, tapi ia adl Kitab Suci yg kita dididik beda dlm menghadapinya
Makanya dlm definisi Qur'an sendiri ada kalimat "muta'abbadun bi tilawatih", membacanya dianggap ibadah. Nah pantaskah ibadah dg hadats?
Bahkan di sana ada kitab khusus yg ditulis soal ini, oleh Imam Annawawi, "Attibyan fi adabi hamalatil Qur'an", soal tatakrama pd Qur'an
Mulai bagaimana kita membawanya, yakni dg didekap di dada, bukan dikepit di ketiak (mana ketiaknya bau & bajunya kuning bekas keringet)
Bukan pula dicangking kayak membawa koran atau buku2 bacaan biasa. Saat membacanya dipangku atau diangkat dg tangan...
Bukan dg meletakkannya begitu saja di lantai sejajar dg kaki kita yg bau kaos kaki nggak dicuci sebulan itu...
Tidak meletakkan benda apapun meski pena (apalagi kacamata, atau yg lain) di atas Qur'an saat membacanya. Membalik halamannya...
...tidak dg jari yg kita kasih ludah apalagi mulut belum sikatan lagi. Saat meletakkannya bertumpuk Qur'an mesti diletakkan paling atas
Dan lain sebagainya dari seabreg bagaimana tata cara kita beradab kepada Qur'an, kepada sumber syariat...
Sangat kontras, sangat paradoks sekali saat seseorang semangat menjalankan/menegakkan syariat tp dia kurang ajar pada sumber syariat
Makanya aku sempat aku bilang bahwa seseorang itu bisa kufur bukan sbb tidak menjalankan syariat, tapi karena kurang ajar kepada syariat
Dan setan serta nafsu jg pinter dlm menjerumuskan, tak hanya dg cara jelek, tapi dg cara yg seolah bagus tapi hakikatnya jelek
Semisal tilawah tanpa wudhu. Ini hanya contoh kecil saja. Masih banyak sekali modus kebaikan tp ternyata itu jebakan setan
Makanya, ada kata hikmah tenar berbunyi gini, man tafaqqoha wa lam yatasawwof fa qod tafassaq
Bahwa orang menjalankan syariat saja tanpa tatakrama, tanpa adab, kurang ajar, bisa2 dia jadi fasiq, segaris saja dg kufur
Wa man tashowwafa wa lam yatafaqqoh fa qod tazandaq.. Dan yg tatakrama saja tanpa menjalankan syariat, bisa2 zindiq, awal kekufuran
Lha yg tepat gimana? Wa man tafaqqoha wa tashowwafa, fa qod tahaqqoq.. Yg menjalankan syariat + tatakrama, maka dia sampai hakikat agama
Aku pribadi tidak ada aplikasi Qur'an di gadgetku, sbb apa saja bisa masuk di gadget, mulai dari "surga" sampai "neraka"...
Belum lagi kita meletakkan gadget seenaknya. Sekali lagi ini bukan persoalan boleh atau tidak, tetapi tatakrama
Makanya pesan abadi Guru Besar kami adl "Addzauq fauqol ilm", bahwa kepekaan bertatakrama itu di atas ilmu
Ilmu, setinggi apapun; gelar, sebanyak apapun, tanpa kepekaan tatakrama & tanpa ketinggian adab, hanya menghasilkan sosok memuakkan
Apalagi pada Qur'an, maka jika ingin dpt faedah tilawah, jaminan tilawah kita diterima Allah, bertatakramalah pada Qur'an
Dan tatakrama terpenting pada Qur'an adl membacanya dlm keadaan suci, dlm keadaan kita punya wudhu...
Jangan asal semangat, asal ngejar ODOJ, sampai tilawah nggak wudhu, haid2 tetep tilawah, keplek itu namanya
Karena agama ini bukan hanya menjalankan syariat, tetapi bagaimana beradab pada syariat, beradab pada sumber syariat (Qur'an)
Juga beradab pada Sang Pembawa Syariat (Nabi Muhammad). Tak ada faedah apapun jika berani kurang ajar pada Qur'an dan kepada Nabi
Semoga menambah ilmu, manfaat, barokah dan mencerahkan serta semakin tahu bertatakrama kepada Al-Qur'an. Salam.
Wanita Haid dan Membaca Al Quran
Selamat menikmati akhir pekan sahabat semua. Beberapa waktu terakhir ini aku banyak mendapat pertanyaan yg bermula dari kebingungan
Sebenarnya ini hal yg sangat dasar sekali dalam syariat tetapi tiba2 terjadi sedikit kekacauan gara2 fatwa2 baru yg disalahpaham...
. ...atau yg disalahsampaikan oleh orang yg tak memahami fatwa itu dg baik. Yakni seputar bolehkah wanita haid membaca Qur'an?
Sehingga berkembang menjadi bolehkah wanita haid MEMEGANG Qur'an? Karena sebab pemahaman salah itu ada sbagian muslimah yg...
Tetap memegang Qur'an (otomatis membacanya) walau dia jelas2 haid. Khususnya dari kalangan mereka yg mengaku bermanhaj salaf
Sebelum aku membahas lebih jauh soal hukum wanita membaca/memegang Qur'an saat haid mesti kita ketahui bahwa ranah dari bahasan ini...
Tak hanya berhubung dg hukum fiqh/hukum syariat saja. Tetapi adab & tatakrama kepada Qur'an itu sendiri...
Karena bagaimana seorang muslim/muslimah bisa dpt faedah (apalagi pahala) dari Qur'an jika bersikap kurang ajar pada Kitab Suci itu?
Secara ringkas, dan dari 4 madzhab bahwa ada beberapa larangan bagi muslimah saat haid, di antaranya, sholat, puasa dan thowaf
Dan terjadi sedikit perbedaan pendapat apakah wanita haid dibolehkan membaca Qur'an?
Jumhur (mayoritas), khususnya dari Madzhab Syafi'i, Hambali dan Hanafi mengatakan larangan membaca Qur'an bagi wanita haid/nifas
Hanya madzhab Maliki yg mengatakan boleh wanita haid/nifas baca Qur'an itupun "an dhohri Qolb", atau hapalan.. Bukan melihat
Dan ini jg dikhususkan bagi mereka yg menghapal Qur'an saja, bukan umumnya muslimah sebab takut hapalannya hilang
Adapun membaca dg melihat (catatan: tanpa memegang Qur'an) aku pribadi belum menemukan ulama yg mengatakannya boleh...
Entah jika madzhabnya Daud addzohiri yg dipopulerkan Ibn Hazm mengatakan hal itu.
Dalil ketidakbolehan wanita haid/nifas membaca Qur'an yg dijadikan pedoman oleh jumhur diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah & Baihaqi
Hanya saja oleh Baihaqi dihukumi bahwa hadits itu Dhoif dan riwayat hanya Marfu' dari Ibn Umar. Lha kok bisa jadi dalil? Aku jelaskan
Adapun MEMEGANG Qur'an bagi wanita haid/nifas mutlak tidak boleh dg dalil pada QS. Al-Waqi'ah 79. Tak satupun Ulama bilang boleh
Perihal hadits lemah yg dijadikan alasan tidak dikuatkannya pendapat mayoritas itu sempat dijadikan perputaran bahasan dg pertanyaan2
Bukankah tak ada larangan langsung dari Nabi dan di zaman Nabi tentunya para sahabiyat membaca Qur'an jg kan?
Pertanyaan ini harus kembali jg ke sejarah masa Nabi dan kondisi masyarakat saat itu yg hampir 80% adl tidak bisa baca dan tulis...
Dan bangsa Arab saat itu mengandalkan kekuatan hafalannya, jadi mereka tidak membaca namun maklumat diikat dg memori super mereka
Dan hal yg sangat maklum sekali bahwa satu2nya bangsa di dunia ini yg mempunyai kekuatan hapalan luar biasa adl bangsa Arab
Nah dari sini kenapa madzhab maliki membolehkan wanita haid baca Qur'an tetapi masih ada embel2 an dhohri qolb (hapalan)
Yakni tidak membaca langsung pada Qur'an itu. Lha sekarang bagaimana kalau sedang dlm rangka belajar baca Qur'an?
Jawaban cukup sederhana, apa belajar baca Qur'an mesti harus langsung pakai Qur'an? Di sana ada buku2 model Iqro', Qiro-ati dll
Lalu bukankah haditsnya itu jg lemah? Meski diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Untuk bahasan ini, sudah masuk teknis
Karena pertanyaannya langsung pada tokoh raksasa seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal & Imam Abu Hanifah
Sementara gelar ahli hadits mereka tak cuma sekedar "tsiqoh" (kredibel) namun level tertinggi, "Imamun Hujjah"...
Kok bisa mereka "menggunakan" hadits yg katanya lemah itu sebagai dalil atas pelarangan wanita haid membaca Qur'an
Harus diketahui jg bahwa 3 Imam raksasa ini masanya seabad lebih di atas at-Tirmidzy, Ibn Majah apalagi al-Baihaqi
Dan sudah dimaklumi bagi para pendalam ilmu hadits bahwa 3 Imam ini (plus Imam Malik) mempunyai kriteria sendiri soal menghukumi hadits
Artinya, bisa jadi hadits yg ada pada at-Tirmidzy, Ibn Majah & Baihaqi itu lemah, tapi bagi 3 Imam tadi adl shahih
Sbb ada perbedaan transmisi sanad pada riwayat mereka yg mungkin di transmisinya Tirmidzi itu lemah tapi di transmisi Imam Syafi'i, kuat
Alhasil, kembali pada bahasan bahwa intinya, mayoritas ulama salaf mulai dari era salaf tdk memperkenankan wanita haid baca Qur'an
Hanya Imam Malik yg membolehkan itupun bukan umum buat muslimah, tapi kelompok tertentu...
Ibnu Taimiyah dlm fatwanya memang membolehkan secara umum, namun yg kami paham maksud beliau sama dg Imam Malik
Artinya lebih amannya saat haid/nifas wanita tak membaca Qur'an, tapi diganti dg dzikir2, sholawat2...
Toh pada dasarnya saat wanita haid/nifas itu tidak baca/pegang Qur'an dia hakikatnya sedang melaksanakan perintah syariat
Dg kata lain jika wanita haid nekat memegang Qur'an justru dia melanggar aturan syariat, yg dlm hal ini tentu saja maksiat dan dosa
Ada yg berargumen, bukannya di Qur'an yg dimaksud Muttoharun itu malaikat? Pertanyaan balik, sejak kapan ada malaikat nyentuh Qur'an?
Kalau membawa tafsir Qur'an bagaimana? Jika karakter dlm tafsir itu lebih banyak dari lafadz Qur'an maka tak apa2...
Hukum tambahan, bagaimana sekarang dg aplikasi Qur'an di gadget? Apakah wanita haid boleh membaca di situ?
Ada beberapa jawaban namun fatwa dari Majma' Fiqh internasional menurutku yg paling aman dan paling sreg di hati...
Yakni jika aplikasi Qur'an di gadget itu diaktifkan maka hukumnya seperti seluruh hukum yg berlaku atas Qur'an manual
Dg kata lain harus punya wudhu saat membacanya, tak boleh dibawa masuk ke Wc dan lain2
Adapun jika aplikasinya itu sedang tidak diaktifkan, maka hukumnya balik ke gadget biasa yg bisa dibawa ke manapun termasuk WC
Semoga menambah ilmu dan mencerahkan. Hati2, sekarang banyak sekali usaha menjerumuskan ummat Islam ke perbuatan2 dosa namun...
...dibungkus dg perkara2 yg sepintar terlihat syar'i. Semakin hari jebakan semakin beragam dan mematikan
Terutama hal2 yg berhubungan dg transaksi (mu'amalah), bisnis...
Atau yg brhubungan dg Qur'an semisal pndapat koplo bhwa Qur'an asli di lauh mahfudz sdang yg di kita adl mushaf hingga ditaruh sembarang
Dg tujuan agar muslim/muslimah bersikap kurang ajar pada Kitab Sucinya itu hingga tak ada manfaat apapun yg balik padanya...
Akhirnya, jika ingin mendapatkan rahasia Qur'an, maka bertatakramalah pada Qur'an, khususnya menyentuhnya dlm keadaan suci tanpa hadats
Sebenarnya ini hal yg sangat dasar sekali dalam syariat tetapi tiba2 terjadi sedikit kekacauan gara2 fatwa2 baru yg disalahpaham...
. ...atau yg disalahsampaikan oleh orang yg tak memahami fatwa itu dg baik. Yakni seputar bolehkah wanita haid membaca Qur'an?
Sehingga berkembang menjadi bolehkah wanita haid MEMEGANG Qur'an? Karena sebab pemahaman salah itu ada sbagian muslimah yg...
Tetap memegang Qur'an (otomatis membacanya) walau dia jelas2 haid. Khususnya dari kalangan mereka yg mengaku bermanhaj salaf
Sebelum aku membahas lebih jauh soal hukum wanita membaca/memegang Qur'an saat haid mesti kita ketahui bahwa ranah dari bahasan ini...
Tak hanya berhubung dg hukum fiqh/hukum syariat saja. Tetapi adab & tatakrama kepada Qur'an itu sendiri...
Karena bagaimana seorang muslim/muslimah bisa dpt faedah (apalagi pahala) dari Qur'an jika bersikap kurang ajar pada Kitab Suci itu?
Secara ringkas, dan dari 4 madzhab bahwa ada beberapa larangan bagi muslimah saat haid, di antaranya, sholat, puasa dan thowaf
Dan terjadi sedikit perbedaan pendapat apakah wanita haid dibolehkan membaca Qur'an?
Jumhur (mayoritas), khususnya dari Madzhab Syafi'i, Hambali dan Hanafi mengatakan larangan membaca Qur'an bagi wanita haid/nifas
Hanya madzhab Maliki yg mengatakan boleh wanita haid/nifas baca Qur'an itupun "an dhohri Qolb", atau hapalan.. Bukan melihat
Dan ini jg dikhususkan bagi mereka yg menghapal Qur'an saja, bukan umumnya muslimah sebab takut hapalannya hilang
Adapun membaca dg melihat (catatan: tanpa memegang Qur'an) aku pribadi belum menemukan ulama yg mengatakannya boleh...
Entah jika madzhabnya Daud addzohiri yg dipopulerkan Ibn Hazm mengatakan hal itu.
Dalil ketidakbolehan wanita haid/nifas membaca Qur'an yg dijadikan pedoman oleh jumhur diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah & Baihaqi
Hanya saja oleh Baihaqi dihukumi bahwa hadits itu Dhoif dan riwayat hanya Marfu' dari Ibn Umar. Lha kok bisa jadi dalil? Aku jelaskan
Adapun MEMEGANG Qur'an bagi wanita haid/nifas mutlak tidak boleh dg dalil pada QS. Al-Waqi'ah 79. Tak satupun Ulama bilang boleh
Perihal hadits lemah yg dijadikan alasan tidak dikuatkannya pendapat mayoritas itu sempat dijadikan perputaran bahasan dg pertanyaan2
Bukankah tak ada larangan langsung dari Nabi dan di zaman Nabi tentunya para sahabiyat membaca Qur'an jg kan?
Pertanyaan ini harus kembali jg ke sejarah masa Nabi dan kondisi masyarakat saat itu yg hampir 80% adl tidak bisa baca dan tulis...
Dan bangsa Arab saat itu mengandalkan kekuatan hafalannya, jadi mereka tidak membaca namun maklumat diikat dg memori super mereka
Dan hal yg sangat maklum sekali bahwa satu2nya bangsa di dunia ini yg mempunyai kekuatan hapalan luar biasa adl bangsa Arab
Nah dari sini kenapa madzhab maliki membolehkan wanita haid baca Qur'an tetapi masih ada embel2 an dhohri qolb (hapalan)
Yakni tidak membaca langsung pada Qur'an itu. Lha sekarang bagaimana kalau sedang dlm rangka belajar baca Qur'an?
Jawaban cukup sederhana, apa belajar baca Qur'an mesti harus langsung pakai Qur'an? Di sana ada buku2 model Iqro', Qiro-ati dll
Lalu bukankah haditsnya itu jg lemah? Meski diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Untuk bahasan ini, sudah masuk teknis
Karena pertanyaannya langsung pada tokoh raksasa seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal & Imam Abu Hanifah
Sementara gelar ahli hadits mereka tak cuma sekedar "tsiqoh" (kredibel) namun level tertinggi, "Imamun Hujjah"...
Kok bisa mereka "menggunakan" hadits yg katanya lemah itu sebagai dalil atas pelarangan wanita haid membaca Qur'an
Harus diketahui jg bahwa 3 Imam raksasa ini masanya seabad lebih di atas at-Tirmidzy, Ibn Majah apalagi al-Baihaqi
Dan sudah dimaklumi bagi para pendalam ilmu hadits bahwa 3 Imam ini (plus Imam Malik) mempunyai kriteria sendiri soal menghukumi hadits
Artinya, bisa jadi hadits yg ada pada at-Tirmidzy, Ibn Majah & Baihaqi itu lemah, tapi bagi 3 Imam tadi adl shahih
Sbb ada perbedaan transmisi sanad pada riwayat mereka yg mungkin di transmisinya Tirmidzi itu lemah tapi di transmisi Imam Syafi'i, kuat
Alhasil, kembali pada bahasan bahwa intinya, mayoritas ulama salaf mulai dari era salaf tdk memperkenankan wanita haid baca Qur'an
Hanya Imam Malik yg membolehkan itupun bukan umum buat muslimah, tapi kelompok tertentu...
Ibnu Taimiyah dlm fatwanya memang membolehkan secara umum, namun yg kami paham maksud beliau sama dg Imam Malik
Artinya lebih amannya saat haid/nifas wanita tak membaca Qur'an, tapi diganti dg dzikir2, sholawat2...
Toh pada dasarnya saat wanita haid/nifas itu tidak baca/pegang Qur'an dia hakikatnya sedang melaksanakan perintah syariat
Dg kata lain jika wanita haid nekat memegang Qur'an justru dia melanggar aturan syariat, yg dlm hal ini tentu saja maksiat dan dosa
Ada yg berargumen, bukannya di Qur'an yg dimaksud Muttoharun itu malaikat? Pertanyaan balik, sejak kapan ada malaikat nyentuh Qur'an?
Kalau membawa tafsir Qur'an bagaimana? Jika karakter dlm tafsir itu lebih banyak dari lafadz Qur'an maka tak apa2...
Hukum tambahan, bagaimana sekarang dg aplikasi Qur'an di gadget? Apakah wanita haid boleh membaca di situ?
Ada beberapa jawaban namun fatwa dari Majma' Fiqh internasional menurutku yg paling aman dan paling sreg di hati...
Yakni jika aplikasi Qur'an di gadget itu diaktifkan maka hukumnya seperti seluruh hukum yg berlaku atas Qur'an manual
Dg kata lain harus punya wudhu saat membacanya, tak boleh dibawa masuk ke Wc dan lain2
Adapun jika aplikasinya itu sedang tidak diaktifkan, maka hukumnya balik ke gadget biasa yg bisa dibawa ke manapun termasuk WC
Semoga menambah ilmu dan mencerahkan. Hati2, sekarang banyak sekali usaha menjerumuskan ummat Islam ke perbuatan2 dosa namun...
...dibungkus dg perkara2 yg sepintar terlihat syar'i. Semakin hari jebakan semakin beragam dan mematikan
Terutama hal2 yg berhubungan dg transaksi (mu'amalah), bisnis...
Atau yg brhubungan dg Qur'an semisal pndapat koplo bhwa Qur'an asli di lauh mahfudz sdang yg di kita adl mushaf hingga ditaruh sembarang
Dg tujuan agar muslim/muslimah bersikap kurang ajar pada Kitab Sucinya itu hingga tak ada manfaat apapun yg balik padanya...
Akhirnya, jika ingin mendapatkan rahasia Qur'an, maka bertatakramalah pada Qur'an, khususnya menyentuhnya dlm keadaan suci tanpa hadats
Langganan:
Postingan (Atom)