9 Apr 2014

Cara Dakwah ke Liberal dan ke Radikal

Saat kultwit soal khilafah tadi sempat ada yg bertanya,kenapa twit2ku selalu nampak keras pada yg militan/fundamental, tp tdk pd liberal?

Dengan Islam kanan (tafrith) aku terkesan begitu keras, sementara dg Islam kiri (ifroth) aku terkesan malah sering bercanda

Sebenarnya ini rahasia dapur, namun sebab amanah ilmu dan metodologi dakwah bil hikmah, maka perlu aku sampaikan meski ringkas

Aku juga sempat menjawab pada yang bertanya tadi bahwa keduanya aku garap namun dengan cara dan metode berbeda

Karena kedua kelompok muslim dg cara pandang yg berbeda ini memerlukan penanganan yg berbeda jg, tidak bisa disamakan

Dan cara ini bukan dari aku, aku hanya mengikut dan meneruskan. Karena cara ini Rasulullah sendiri yang mengajarkan dan menuntunkan

5 Abad berikutnya, cara yg dituntunkan Nabi itu dipopulerkan lagi oleh Imam Ghozali melalui karyanya "Ihya' Ulumiddin"

5 abad berikutnya lagi dipopulerkan kembali oleh Imam Abdullah bin Alawy al-Haddad dalam "Al-Fushul ilmiyyah wal ushul al-hikamiyyah"

5 Abad berikutnya lagi, dipopulerkan kembali oleh Guru Besarku Abuya Sayyid Muhammad bin Alwy al-Maliky dalam dua magnum opus beliau

Yaitu kitab "Mafahim yajib an tushohhah" dan "Manhajus Salaf fi fahmin Nushuh baina annadhoriyyah wa attathbiq".

Sekaligus aku melihat dg mata kepala sendiri bagaimana cara beliau memperlakukan orang liberal dan orang militan/fundamental

Intinya, jika boleh mengungkapkannya dengan perumpamaan, menghadapi orang fundamental itu dg metode "Jewer kuping".

Sebab mereka cara meluruskannya dengan seperti itu, tentu saja setelah di ajak diskusi, sebab karakter mereka cenderung menyerang

Baru jika mereka mau mendengarkan (setelah dijewer), maka metode berikutnya yg lebih lembut baru bisa diterapkan

Mereka dg dibegitukan tidak akan lari sebab secara mental mereka lebih bagus, punya keberanian lebih, hanya caranya salah.

Adapun menghadapi orang liberal atau awam tidak bisa dg cara seperti itu. Jika diumpamakan, harus pakai metode "Elus2 punggung"

Karena jika dikerasi (pakai acara umpat2an lagi) maka mereka akan kabur dan justru menjauh dari kebenaran yg kita sampaikan.

sekedar diketahui, bahwa fenomena banyaknya muslim yg jadi liberal atau malah atheis adalah sebab kesalahan cara penyampaian.

Bahkan ada ulama yg bilang bahwa yg bertanggungjawab atas fenomena ini adalah justru mereka yg mengaku paling beragama (mutadayyin)

Bagaimana orang nggak kabur kalau disalah-salahkan, dikafir2kan? Sementara sejak kecil dia merasa dirinya jg Islam

Maka cara kami adalah menarik tangan yg kabur itu sembari menjewer telinga yg marah2i si kabur tadi. He.. Gini lho yg bener itu.

Dan ini tetap dengan menjaga hati dan moralitas tinggi dan tidak merasa bahwa diri ini paling benar.

Perihal setelah itu kedua kelompok marah2 dan tidak mau dibilangi lagi ya sudah, itu bukan tugas kita. Sudah berbeda kasus lagi.

Dalam istilah S. Ali bin Abi Tholib, "Kun min namathil awsath, yarji'u ilaihil gholi wa yalhaquhu attali".

Dalam berdakwah, jadilah kelompok tengah (moderat), yg jadi tempat kembalinya orang fundamental dan yg diikuti satunya (liberal).

Soal ini Nabi memberi contoh sangat bagus kala ada pemuda yg ingin berzina. Para sahabat sudah mau marah2, tapi sikap Nabi berbeda

Atau saat ada orang desa yang kencing di Masjid, sahabat juga sudah mau ngamuk, namun ditahan Nabi dan beliau memberi contoh elegan

Kalau contoh yg keras saat Nabi membagi hasil rampasan perang dan Nabi dibilang tdk adil, Nabi bentak orang itu.

Jadi semua ada metodenya, dan ini yang dimaksud dg sunnah, yaitu bagaimana cara bersikap Nabi atas sesuatu yg terjadi.

Sepertinya suatu saat perlu aku kultwitkan apa maksud hadits "alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafa' arrosyidina min ba'di".

Berpeganglah pada Sunnahku dan sunnah khalifah rasyidah setelahku. Apa maksud kata "sunnah" dalam hadits beliau itu.

Selamat malam, moga menjadi tambahan ilmu sebelum tidur.. Jangan lupa wudhu dan doa sebelum tidur. Salam :)

Kullu syai-in yu'khodzu wa yurodd illa qoulu shohibi hadzal qobr.. Segala sesuatu itu pasti ada pro kontra kecuali sabda Nabi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar