Jika politik dijalankan dengan moral mungkin wajah bangsa ini berbeda dengan yang sekarang...
tapi dalam catatan sejarah, sangat sedikit penguasa yang menjalankan politik bermoral kecuali bisa dihitung dg jari
sejarah politik dinasti2 yg menisbatkan diri pada Islam dan mengatasnamakan khilafah pun sangat penuh warna darah
mungkin khilafah utsmaniyyah saja yg agak bersih dari darah, namun tak lepas dari wanita di beberapa penguasanya... kelemahan yg lain
saat pergantian dinasti ummayyah ke abbasiyyah, yg terekam sejarah, seluruh raja umawi dibongkar kuburannya dan dipancang mayatnya, dendam
keadilan hanya ada pada beberapa khalifah(khususnya khalifah empat dan umar bin abdul aziz),itupun musuh2 politik mereka bajingan luar biasa
dinasti Mameluk, atau daulah ayyubiyah, pergantian penguasanya seolah ada ritual tetap, kudeta berdarah oleh penguasa berikutnya
Hanya Beybars dan Barsbay saja yang sukses memimpin dinasti mameluk sampai wafat normal, selebihnya terbunuh oleh penggantinya
membaca buku tipis Tarikhul Khulafa' cukup menggambarkan bagaimana membawa nama agama untuk kepentingan keji politik
apalagi kalau mau masuk ke kitab2 raksasa semisal Bidayah wan Nihayah, Al-Kamil fit Tarikh... lebih gila lagi
dan politik Indonesia saat ini, jika dibandingkan dg yg ada di kitab2 sejarah itu, masih "cukup" aman dan lugu, tapi korup luar biasa
kalau tidak mau melompat jauh ke budaya bangsa lain, silakan pelajari sejarah kerajaan2 di negara kita masa penjajahan, politik2nya
jika ada yg tanya, bagaimana menjalankan politik dg agama/moral? cukup sederhana, terapkan keadilan (prakteknya yg sulit)
sebab jika seorang pejabat itu menerapkan keadilan, maka semua syariat pun otomatis jalan...
tetapi jika ada yang menuntut penerapan syariat sementara keadilan tidak jalan, maka tuntutan itu selamanya hanya akan berupa teriakan
makanya di hadits dijelaskan bahwa di antara 7 kelompok yg nanti berhak mendapat layanan VIP naungan Arsy, adalah pemimpin yang adil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar