Ada banyak pelajaran penting soal bagaimana cara kita bersikap dari hasil diskusi, rejoinder, perdebatan, tanggapan,dan reaksi soal khamr
Terjadi pro kontra yang hebat, diskusi ilmiah tinggi, dan masing-masing mengeluarkan argumen sesuai arah pandang yg diikuti.
Sebenarnya semuanya bisa menjadi positif jika di antara kita ummat Islam, meski berbeda pemikiran, bisa saling menghormati perbedaan
Namun yang aku pantau dari diskusi (atau entah twitwar) lebih banyak membuat kita saling berbenturan sebab lagi2 karena over dlm reaksi
Kultwitku ini tidak akan lagi mengungkit soal #Khamr atau #Miras, namun aku ingin kita merenungkan cara kita dalam bersikap
Sudahkah kita bisa inshof (proporsional), bisa moderat, bisa memandang permasalahan sesuai amanah ilmu dan yg diinginkan syariat?
Sudahkah juga kita bisa melihat dengan baik ikhtilaful madzahib, ikhtilaful aro', ikhtilaf wijhah nadhor tanpa melihat sosok?
Sudahkah kita bisa mempraktekkan kaidah "Lihatlah apa yg dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan"? Kaidah S.Ali bin Abi Thalib?
Karena reaksi2 atas diskusi dari tweeps moderat, fundamental, dan liberal kemarin benar2 menunjukkan bagaimana kualitas ilmiah kita
Aku pribadi melihat memang ada penyembunyian sengaja dan upaya menutup mata atas kebenaran dari saudara muslim beraliran kiri.
Padahal aku yakin sekali mereka tahu kaidah dan hukum yg sebenarnya, namun sikap intihal (pemlintiran) begitu halus dilakukan
Dari saudara muslim yg condong ke kanan, terlihat juga masih suka menggeneralisir (ta'mim) terhadap masalah, hingga timbul problem baru
Semisal ada beberapa poin dari saudara muslim kiri yg benar,tapi berhubung melihat orangnya, benci dulu, akhirnya kebenaran itu tertolak
Begitu juga saudara muslim yg kiri dalam memandang yg kanan, berhubung apriori dulu, maka segalanya dianggap terlalu keras dan intoleran
Ada juga permasalahan yg pada dasarnya murni furu'iyyah, tapi oleh saudara muslim yg kanan dikamuflase seolah itu masalah ushuliyyah.
Akhirnya diskusi yg pada dasarnya bisa ditemukan,malah menjadi debat kusir dan saling membodohkan.Bukan sikap muslim yg baik dlm diskusi
Kita lupa dg sabda Nabi "Khudzil hikmah min ayyi syai-in khorojat"
Kita lupa dengan paradigma "Al-Muslim akhul muslim", malah terjadi sebaliknya, "al-muslim aduwwul muslim", aneh tapi nyata.
Kita mengaku agen dakwah tapi kita lupa fiqhud da'wah, "ud'u ila sabili robbika bil hikmah... wa jadilhum billati hiya ahsan".
Kita saling ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik, tapi kita melupakan Ihsan. Yg akhirnya justru malah menimbulkan pertengkaran
Kita mengaku mengikuti salaf, tapi kita lupa (atau malah tidak tahu) bagaimana akhlak salaf dalam menanggapi perbedaan
Bahkan aku yakin banyak di antara kita yg belum tahu seperti apa manhaj salaf fi fahmin nushush baina annadhoriyyah wa at-tathbiq
Coba renungkan, andai Nabi masih ada dan melihat gaya diskusi kita, reaksi kita pada lawan bicara, apa beliau akan suka?
Kita masih perlu banyak belajar, bagaimana cara menyikapi perbedaan madzhab, dan perbedaan ideologi.
Lebih dari itu kita masih harus belajar bagaimana moral berbicara menghadapi orang yg tidak kita suka
Terpenting lagi adalah bagaimana menata hati kita saat berada dalam momentum genting seperti itu.
Sebab jika kita gagal menata hati dalam keadaan seperti itu, semisal merasa baik, merasa paling benar, itu artinya awal kehancuran kita
Sebab kita tidak sadar jika setan ternyata sukses menunggangi kita namun lewat jalan lain, lewat modus semangat dakwah salah niat
Semoga mencerahkan. Kita harus belajar lebih banyak lagi, sebab antara aksi dan reaksi ada satu jarak penting yg mesti kita perhatikan
dan jarak pendek antara aksi dan reaksi inilah yg menunjukkan kita ini muslim dengan kualitas apa.
Mari bersama belajar dan terus belajar menjadi muslim yang baik, bukan menjadi muslim yang MERASA baik. Bismillah
itu pasti, yg kanan jg @djasmia: tapi ust. Muslim kiri itu harus diluruskan bukan? Kasian sm yg awam seperti kami2 yg masih cetek ilmunya
Kita harus ingat sikap Imam As-Syafi'i dalam berdebat yg malah mengharap kebenaran dari pihak lawan
Kita juga harus ingat sikap beliau bahwa dalam diskusi dan debat adalah mencari kebenaran, meski kebenaran ada di pihak lawan
Karena jika diskusi didasari lebih dulu oleh gengsi dan merasa benar sendiri, artinya orang itu telah gagal dlm mencari kebenaran
Andai dia benar pun, maka kebenarannya itu alal hawa, bukan alal haq, tidak lillah, namun malah memuaskan setan dan nafsu
Aku forward kultwit ini juga kepada sahabatku fillah wa lillah, Ustadz @salimafillah ... memang ukhuwwah itu sejatinya indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar