Memang kalau bicara fiqh terus, otak bisa kaku... Dan hawanya memang panas... Maka mengimbangi fiqh dg tasawwuf adalah suatu kepastian
Hanya sayang sebab gencarnya informasi salah dari pengacau2 itu hingga banyak sekali saat ini orang mngalami kesalahan dlm memahami tasawwuf
Dikiranya tasawwuf adalah ajaran sesat, gara2 membaca tulisan dari tukang2 ngarang yg bahkan pengertian global tasawwuf sendiri tdk mengerti
Itupun saat diberitahu begini lho sebenernya tasawwuf, dari sumber dan data yg valid, tetap bersikukuh mengingkari.
Maka jika sudah seperti itu (ketiadaan objektivitas) maka pemberian pemahaman apapun soal tasawwuf tak akan masuk ke otak beku orang itu
Sebenarnya inti permasalah itu satu, sebab pada dasarnya khilafnya itu khilaf syakli.. Lagi2 terbelenggu istilah.
Sementara orang yg masih mbulet di istilah, perumpamaannya kalau makan durian, nggak makan isinya, tapi makan kulitnya yg berduri itu
Ya tahu sendirilah bagaimana judgement kita kalau ada orang makan kulit, nggak makan isi... Kata edan itu udah paling sopan
Padalah trilogi aqidah-fiqih-tasawwuf (iman-islam-ihsan) itu sama sekali tidak bisa dipisah. Memisah salah satunya artinya ketimpangan agama
Agama ini cukup luas, melihatnya jangan seperti cara orang buta mengilustrasikan gajah. Harus benar2 lapang dada dan lapang otak..
Yg aku herankan dari mereka yg menyesatkan tasawwuf atau aqidah asy'ariyyah adalah satu hal saja.
Mereka tidak pernah bisa menjawab lugas kalau ditanya apa sih tasawwuf/aqidah asy'ariyyah itu? Hanya ndlongop seperti ikan mas koki
Bahkan mereka yg selalu berkoar ikut manhaj salaf atau apatah itu jika ditanya sebutkan 7 syarat manhaj salaf mereka pun gugup tidak tahu
Kalau persyaratan saja tidak tahu terus mengikut apanya? Sama saja dengan taqlid buta. Tak ada bedanya dg orang awam. Malah selamat awam
Luaskan cakrawala berpikir kita soal agama, maka kita akan bisa bernafas lega melihat segala jenis perbedaan baik dlm ideologi dan kehidupan
Yang pasti, dalam menanggapi perbedaan itu jangan marah2, jangan emosi dulu, masa' lupa dg hadits Nabi "Laa Taghdhob"? Jangan marah?
Maka memandang syariah ini jangan cuma dari satu dua dalil dan dalilnya itu2 saja sampai bosan, di kemanakan ribuan dalil yg lain?
Belum lagi kaidah palsu dan karangan tapi cukup menghancurkan persatuan, "ini tidak pernah dilakukan Nabi". Dalil2an yg sangat menyesatkan.
Problem laten yg dialami mereka sebenarnya ada pada hati, yaitu merasa paling baik dan paling benar.
Padahal perasaan ini (yg kerap tidak mereka sadari itu) adalah penyebab utama ditendangnya Iblis dari surga.
Jadi mereka tidak sadar jika dalam hati mereka tumbuh penyakit hati terfatal, anawiyyah dan tak sadar jika mereka mengekor jejak Iblis
Sementara obat menghilangkan penyakit anawiyyah itu hanya satu, sayang mereka tidak mau... Yaitu belajar tasawwuf.
Ingat.. Selama seseorang merasa baik (dalam hal apapun, apalagi agama), artinya dia tidak akan pernah sampai pada tujuan.
Atau sampai tapi dalam keadaan babak belur luluh lantak itupun setelah hancur2an. Sebab orang yg merasa baik hakikatnya terjebak kebodohan
Selamat malam, moga jadi renungan... Bersama saling mengingatkan untuk menjadi muslim yg baik.. Bukan menjadi muslim yg merasa baik
Sumber chirp di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar